" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Biarkan Ide Mengalir dan Tuang dalam Karya Nyata

Biarkan Ide Mengalir dan Tuang dalam Karya Nyata

 07/17/2011
>>>> Biarkan Ide Mengalir dan Tuang dalam Karya Nyata

Pengusaha kerajinan dari bahan limbah, Edie Juandie, tak ingin ide-ide yang mengalir deras dalam benaknya terhambat. Ia pun menyingkirkannya dengan cara membuat produk yang bahannya mudah didapat, di mana saja, kapan saja, dan gratis. Ia pun membuktikan ide dalam produk bernilai tinggi.

IDE yang cuma ada di pikiran tanpa dilontarkan atau diwujudkan, tidak akan berarti apa-apa. Tapi, jika ide itu yang telah melalui berbagai proses, muncul dalam wujud yang sebenarnya, bukan mustahil akan diapresiasi masyarakat.

Seperti pengalaman Edie Juandie (52) yang menjadi pengusaha kerajinan limbah. Ia tak mengekang idenya, tapi tentu saja setiap idenya itu berwujud sesuatu.

Seperti suatu ketika, ia dan rekannya, menyantap jagung bakar, di Lembang,Jawa Barat. Saat itu, pikirannya sedang buntu. "Nah, setelah melahap jagung, tiba-tiba teman saya menyeletuk, enaknya diapain ya bonggol jagung yang berserakkan itu. Saat itu, saya juga muncul ide. Bonggol itu bisa dijadikan sesuatu dan menjadi karya yang indah. Tentu mempunyai nilai rupiahnya," tutur Edie Juandie saat ditemui Berita Kota di rumahnya, Kedung Halang, Bogor, beberapa waktu lalu.

Ia ingin membuat kerajinan dari bonggol jagung. Setelah itu, ia giat mempraktekkan idenya dengan melakukan berbagai percobaan. Tidak ada satu bonggol jagung yang bcrkarung-karung itu pun terlewat untuk diujicobakan.

Limbah limbah jagung itu dijadikan berbagai macam produk, antara lain toples kue, tudung lampu, hingga sketsel atau pembatas ruang. Ia juga terus menggali berbagai disain lain dari bonggol jagung-nya. "Hanya saja, dua tahun uji coba itusaya tidak pernah berani menjual. Baru berani menjual setelah tahun ini ikut dalam pameran yang kemarin diselenggarakan di Jakarta Convention Center dan SMESCO," kata Edie.

Menurutnya, ketika uji coba itu dimulai, ia sudah bertekad akan membangun bisnis yang produknya diperuntukkan bagi masyarakat kalangan menengah ke atas. Ia mengatakan, menentukan pasar produknya sangat penting, bukan semata-mata membela gengsi.

jujur saja, dari bahan sisa yang sudah menjadi sampah ini dan saya harus punguti setiap malam selama dua tahun itu akhirnya mampu dijual dengan harga ratusan ribu rupiah, bahkan jutaan rupiah. Ini bukan gengsi, tapi sejauh mana orang berpikir atau punya idc ketika melihat tumpukan bonggol jagung yang sia-sia dan sudah pasti dilihat sepintas mata karena bukan apa-apa," ucapnya.

Menjual Ide

Bisnis yang dilakukan Edie Juandic bukan cuma sebatas produk. Tapi, ia menjual ide dalam industri kreatif. Ia menjual idc yang memanfaatkan limbah menjadi hasil kerajinan dengan unsur etnik. Ia juga ingin menanamkan ide ke orang lain, bahwa bukan saatnya lagi mencari pekerjaan, tetapi membuat pekerjaan yang bisa membuka peluang kerja bagi orang lain.

Ia berpikir bagaimana memanfaatkan bonggol jagung bakar yang berserakan. Atau, ia melihat banyak limbah kulit dan biji salak di Bogor hasil buangan asinan bogor. Bagaimana memanfaatkan limbah itu menjadi produk bermutu. Selain itu, ia juga memanfaatkan limbah lainnya, seperti nangka, pinus, kayu, dan logam. Lelaki itu berusaha memahami karakter material yang akan digunakannya. Selain itu, ia juga mengckplorasi desain produknya menjadi produk bermanfaat dan bernilai tinggi.

"Selama ini seorang perajin mengekspor hasil dan berkarya hanya sebatasproduk untuk jualan. Saya menilai hal itu menjadi hanya bagian yang tertekan. Oleh karena itu, sejak lama saya lebih memilih menjual ide. Di mana ide itu dibuktikan dalam hasil karya," kata Edie Juandie.

Lelaki yang telah merasakan pahit getir-nya membangun usaha mandiri itu, telah menjalani berbagai macam profesi. Ia pun pernah menelan pil pahit ditipu rekan bisnisnya. Bahkan, ia juga pernah gulung tikar di bidang furnitur kayu khusus anak-anak, karena peristiwa bom Bali. Tetapi, pengalamannya itu tidak mematikan ide-ide dan semangat yang terus mengalir dalam dirinya.

Misalnya, ketika bisnis furniturnya bangkrut, pikirannya terus berkeliaran mencari ide memanfaatkan limbah kayu yang bertebaran di ruang workshop-nya. Ia pun membuat kerajinan dari limbah kayu yang bernilai ekonomi.

Ayah empat anak ini, semua produk kerajinan yang sudah dibuatnya itu hanya sebatas idc dari sebuah kenakalan dan kei-scngan pikirannya. Bagi Edie, ide-ide yang muncul itu sebagai bagian dari dirinya untuk mengeluarkan apa yang ada di dalam benaknya.

"Ketika semua masalah datang, saya melihatnya bukan hanya sebagai cobaan saja. Tapi lebih pada tuntutan bagaimana Iata dipaksa untuk terus bisa kreatif dan terus berinovasi. Buat saya hal itu menjadi penting,karena sekecil apa pun hasilnya itu tetap sebagai usaha dari ide yang kita punyai," kata Edie.

Pengalaman lebih dari 15 tahun di bidang kerajinan, membuat Edie tidak mau menyerah karena tidak memiliki ide. Semua harus dicari dan tidak hanya sekedar menjual produk atau mengejar materi saja. Termasuk ia tidak menyerah soal modal yang bagi banyak pengusaha atau calon pengusaha dianggap sebagai momok terbesar ketika akan memulai usaha.

Ia mengatakan, semua keluhan yang muncul itu hanya akan menutup kemampuan seseorang dalam menggali ide. "Sebenarnya saya melihat ketika orang sudah mulai terjebak pada masalah modal, itu sama dengan mengurung diri dari semua ide yang sebenarnya ada. Kalau saya tidak ingin seperti itu. Saya cukup bagaimana harus membuat idc dan menjadi karya," kata Edie yang menyebutkan manusia lebih baik menjadi manusia yang bebas menuangkan idc-idenya.

Dalam menuangkan ide-idcnya itu, ia menetapkan empat syarat, yakni bahan baku yang tidak terbatas, di mana saja, kapan saja, dan gratis. Keempat syarat itu akan melepaskan diri dari hambatan-hambatan klise yang kerap muncul ketika akan memulai usaha. Alasan klasik yang kerap muncul, yakni kurang modal, bahan baku, dan tenaga kerja. Selain itu, ia juga ingin orang bebas berpikir dan bcrimajina-si, dan mau melakukan berbagai percobaan untuk mewujudkan idc-idenya itu. tr

Sumber : Berita Kota

Entri Populer