07/21/2011
Berdayakan Masyarakat Menjadi Pengusaha Andal
Setelah sekian kali jatuh bangun, kini usaha yang bermodalkan Rp5 juta itu telah berhasil menggarap proyek yang bernilai Rp2 miliar. Keberhasilan Asril tersebut diperoleh berkat keikutsertaannya dalam program Local Business Development (LBD) yang diadakan Chevron di Indonesia.
Bagi Asril, mengikuti program LBD merupakan sebuah momentum " penting yang mampu mengubah dirinya dalam berwirausaha. Dahulu Asril hanya berpikir bagaimana mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan memanfaatkan kekayaan alamyang ada di bumi Riau. Hingga akhirnya ia tertarik untuk melakukan pembalakan liar, apalagi ketika itu illegal logging sedang booming di Riau.
Selama 12 tahun, Asril menggeluti dunia perkayuan, mulai dari pekerja lapangan, menjadi supir truk pengangkut kayu, sampai membuka pengolahan kayu sisa (sawmill) sendiri. Sampai akhirnya Asril menyadari ke-keliruannya dengan melakukan pembalakan liar. Selain merusak ekosistem, ia juga takut berurusan dengan penegak hukum.
Akhirnya pada 2001 dia mendengar kabar bahwa PT
Chevron Pacific Indonesia (CPI) membuka program LBD yang merupakan inovasi dari program community development (CD). Dengan mengikuti program LBD ini, Chevron memberikan kesempatan kepada pengusaha lokal untuk mengerjakan proyek di Chevron. Selain it u, melalui program LBD, para rekanan juga akan mendapatkan banyak ilmu tentang pengelolaan proyek, memahami persyaratan administrasi, nilai-nilai pekerjaan, dan lainnya.
Mendapat kabar ini, ia pun langsung mendaftar. Tapi persoalannya, Asril bukanlah pengusaha kantoran. Belumpernah mempunyai badan usaha, sehingga pelbagai hal yang berhubungan dengan surat menyurat, perizinan, penawaran proyek, atau yang berhubungan dengan itu tak pernah dia lakukan sama sekali.
Usaha yang dijalankan selama ini benar-benar autodidak dan tidak berdasarkan prinsip akuntansi. Maklum, seumurhidupnya, dia hanya pernah sekolah selama enam bulan. "Membalas SMS saja saya minta tolong kepada karyawan. Takut salah-salah menge tiknya. Beruntung, saat mengikuti LBD, tim dan rekanan LBD lain mendidik saya dengan telaten. Saya pun jadi tidak malu-malu untuk bertanya," kata Asril lugas.
Setelah sekian kali jatuh bangun, kini usaha yang bermodalkan Rp5 juta itu telah berhasil menggarap proyek yang bernilai Rp2 miliar. Keberhasilan Asril tersebut diperoleh berkat keikutsertaannya dalam program Local Business Development (LBD) yang diadakan Chevron di Indonesia.
Bagi Asril, mengikuti program LBD merupakan sebuah momentum " penting yang mampu mengubah dirinya dalam berwirausaha. Dahulu Asril hanya berpikir bagaimana mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan memanfaatkan kekayaan alamyang ada di bumi Riau. Hingga akhirnya ia tertarik untuk melakukan pembalakan liar, apalagi ketika itu illegal logging sedang booming di Riau.
Selama 12 tahun, Asril menggeluti dunia perkayuan, mulai dari pekerja lapangan, menjadi supir truk pengangkut kayu, sampai membuka pengolahan kayu sisa (sawmill) sendiri. Sampai akhirnya Asril menyadari ke-keliruannya dengan melakukan pembalakan liar. Selain merusak ekosistem, ia juga takut berurusan dengan penegak hukum.
Akhirnya pada 2001 dia mendengar kabar bahwa PT
Chevron Pacific Indonesia (CPI) membuka program LBD yang merupakan inovasi dari program community development (CD). Dengan mengikuti program LBD ini, Chevron memberikan kesempatan kepada pengusaha lokal untuk mengerjakan proyek di Chevron. Selain it u, melalui program LBD, para rekanan juga akan mendapatkan banyak ilmu tentang pengelolaan proyek, memahami persyaratan administrasi, nilai-nilai pekerjaan, dan lainnya.
Mendapat kabar ini, ia pun langsung mendaftar. Tapi persoalannya, Asril bukanlah pengusaha kantoran. Belumpernah mempunyai badan usaha, sehingga pelbagai hal yang berhubungan dengan surat menyurat, perizinan, penawaran proyek, atau yang berhubungan dengan itu tak pernah dia lakukan sama sekali.
Usaha yang dijalankan selama ini benar-benar autodidak dan tidak berdasarkan prinsip akuntansi. Maklum, seumurhidupnya, dia hanya pernah sekolah selama enam bulan. "Membalas SMS saja saya minta tolong kepada karyawan. Takut salah-salah menge tiknya. Beruntung, saat mengikuti LBD, tim dan rekanan LBD lain mendidik saya dengan telaten. Saya pun jadi tidak malu-malu untuk bertanya," kata Asril lugas.
Sumber : Harian Seputar Indonesia