" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Murung, Masa Depan Bisnis Sangkar Burung

Murung, Masa Depan Bisnis Sangkar Burung


>>>>Murung, Masa Depan Bisnis Sangkar Burung
Perputaran uang setiap perajin di Desa Dawuhan Mangli, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember, Jawa Timur, memang masih terbatas. Modal usaha mereka juga berasal dari tabungan sendiri. Hampir tak ada bantuan pembiayaan yang menyapa perajin sangkar burung.

PAS-PASAN. Mungkin kata inilah yang cocok disematkan ketika melihat permodalan para perajin sangkar burung di Jember, Jawa Timur. Sebagian besar perajin merasa kesulitan mengembangkan usahanya

Apalagi, harga balian baku untuk membuat sangkar burung ini terus merambat naik. Pandi memberi contoh, harga cat anti gores sebagai pelapis akhir sangkar burung bisa naik menjadi Rp 43.000 dari Rp 5.000 per kaleng. Sementara, harga rotan mencapai Rp 13.000 per kilogram.

Jelas saja, kenaikan harga i.iliaii baku ini mengikis keuntungan mereka "Kalau untuk permintaan, dibandingkan lima tahun yang lalu memang lebih banyak sekarang, namun harganya jauh lebih murah," kata Pandi, salah satu perajin sangkar burung di Jember.

Banyak di antara mereka juga membanting harga lantaran persaingan bisnis yang semakin ketat di antara para perajin. Mereka harus rela mendapat sedikit keuntungan, asalkan barangnya laku terjual. "Sangkar burung yang dulu harganya bisa Rp 165.000, kini hanya dijual paling Rp 125.000," ungkap Pandi.

Kebanyakan perajin sangkar burung ini tak menjual barangnya langsung ke konsumen. Mereka masih lx-r!;tiituiiH pada |u-nu-]ml.sehingga keuntungan yang diperoleh tipis. "Bahkan lebih banyak penjualan sangkar burung yang larinya ke pengepul," kata Pandi.

Memang, bila dibandingkan dengan berjualan langsung kepada konsumen, cara pemasaran lewat pengepul dinilai lebih aman. Pasalnya, rata-rata perajin membuat produk berdasarkan permintaan pengepul dengan jumlah yang banyak. Hanya, mereka tidak bisa mengetahui pasar sangkar burung yang sebenarnya.

Oleh karena itu, para perajin juga berharap adanya sebuah wadah, seperti koperasi, untuk mengembangkan usaha pembuatan sangkar burung ini. Mereka juga berharap Pemerintah Daerah Jember membantu mereka terutama dalam penciptaan sistem pemasaran dan iklim investasi yang baik. Dengan cara ini, mereka yakin usaha bisa lebih maju dan menguntungkan.

Kurangnya perhatian dari berbagai elemen dan adanya suatu anggapan bahwa profesi kerajinan sangkar burung ini kurang menjanjikan bagi masa-depan, membuat para perajin enggan mewariskan usaha pembuatan sangkar burung pada anak-anaknya Pandi misalnya, mengungkapkan, pekerjaan ini hanya cukup untuk makan saja Menurutnya, membuat kurungan ini memakan banyak waktu. Tak bisa dibuat dalam satu hari kerja Dibandingkan, kuli, mereka tetap bisa santai di malah hari," ujarnya

Pandi menghitung, keuntungan yang diperoleh pada setiap penjualan sangkar burung, hanya berkisar Rp 20.000 hingga Rp 30.000. Selain Pandi, Abdul Rohman juga berharap, anak-anaknya tidak meneruskan usaha ini karena minim laba Kebetulan, "Anak saya tidak ada yang berbakat membuat sangkar burung," katanya Abdul Rohman atau yang lebih akrab dipanggil Kiki ini juga berharap, anak-anaknya akan mendapatkan pekerjaan yang lebih mapan dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya

Sumber : Harian Kontan
Handoyo (Jember)


Entri Populer