>>>>>>Mengolah Kresek Bekas Menjadi Baju Pengantin yang Cantik
Siapa sangka, tas plastik alias kresek bekas bisa menjadi baju pengantin. Di tangan Erni S. Nandang, limbah yang sulit terurai ini tak hanya bisa jadi bahan baju pengantin seharga jutaan rupiah, tapi juga berbagai perlengkapan dan suvenir pernikahan. Dia pun dapat mengantongi omzet minimal Rp 10 juta per bulan dari bisnisnya tersebut.
MUNGKIN tidak ada dalam benak Anda, kantong plastik atawa kresek bekas bisa menjelma menjadi gaun pengantin. Tas kresek bekas juga dapat diolah menjadi aneka suvenir, kartu undangan, dan tempat hantaran prosesi pernikahan.
Beragam produk pernikahan berbahan baku kresek ln kas itu lahir dari tangan Emi Suhaina Ilham Fadzry, ;itau populer dengan Erni S. Nandang. Dia adalah pemilik Lembaga Pelatihan Kerja
(LPK) Bu Nandang di Cilacap, Jawa Tengah.
Emi membuat pernak-pernik pernikahan berbahan baku kresek bekas pertama kali pada awal tahun 2010.
Saat itu, ada salah satu anak didiknya di LPK Bu Nandang yang akan menikah. Kebetulan, orang itu peserta terbaik LPK. Oleh karena itu, "Saya putuskan untuk memberi hadiah berupa kartu undangan, suvenir, dekorasi, dan gaun pengantin dari kresek bekas," kata Erni. Ya, LPK Bu Nandang selama ini memang Iebih banyak bergerak dalam pelatihan kerajinan dari balian baku limbah.
Di luar dugaan, banyak pengunjung pesta pernikahan anak didiknya itu yang tertarik dengan karya-karya Erni dari kresek bekas. Sejak saat itu, permintaan produk-produk perlengkapan pernikahan dari kresek bekas terus berdatangan. Erni lalu menjadikan usaha kerajinan ini sebagai bisnis intinya
Tren dan kesadaran masyarakat terhadap produk ramah lingkungan, menurut Emi, membuat orang menyerbu barang-barang berbau go green. "Inilah yang membuat usaha kerajinan dari kresek bekas saya maju pesat," ujar dia.
Walau terbuat dari kresek bekas, baju pengantin bikinan Emi dijamin tidak gampang sobek atau menimbulkan alergi di kulit. Balikan, diajuga membuat model baju pengantin yang lagi tren saat ini.
Untuk membuat baju pengantin tersebut, Emi mengumpulkan kresek bekas dari warga sekitar. Untuk itu, dia menyediakan tempat sampah khusus untuk menampung kresek bekas di lingkungan tempat tinggalnya di daerah Cilacap.
Emi juga mendapat pasokan dari para peserta didik LPK Bu Nandang yang juga sering membawa kresek bekas dari rumah mereka masing-masing. Walau lebih mudah mendapatkannya, Erni menolak menggunakan kresek baru sebagai bahan baku baju pengantin atau produk pernikahan lainnya. "Kalau memakai kresek yang baru, nilai penyelamatan lingkungannya tidak ada sama sekali," tegasnya.
Walau prosesnya lumayan panjang, Emi tak mengalami kesulitan dalam pembuatan gaun pengantin atau produk pernikahan lainnya dari plastik kresek bekas.
Setelah terkumpul, kresek bekas kemudian dibersihkan dan dipilah-pilah. Erni memilih plastik yang kuat, sebab ada juga kresek yang terlalu rapuh untuk menjadi bahan baku utama.
Dalam proses pembuatan-nya, Emi juga memanfaatkan alat khusus untuk mengubah kresek menjadi lembaran sehingga lebih rapih. Kresek yang sudah berbentuk lembaran lalu digulung sampai kecil dan diikat dengan gelang karet. Setelah itu, ikatan plastik tersebut digabungkan hingga berbentuk segitiga
Proses selanjutnya adalahmenempelkan resek yang telah berbentuk segitiga pada pola dengan cara dijahit. Pola-pola dasar itu kemudian disatukan hingga menjadi gaun pengantin. Erni menambahkan glitter dan pernak-pernik lain seperti mutiara yang terbuat dari kabel bekas untuk membuat baju pengantin lebih manis. "Saya banyak dibantu murid LPK Bu Nandang," katanya
Untuk membikin satu set baju pengantin pria dan wanita, Emi membutuhkan kurang lebih 1.000 kresek bekas. Agar lebih alami, ia sengaja tidak menggunakan pewarna sama sekali.
Karena kebutuhan kresek bekas yang besar dan demi menjaga kelancaran produksi, Emi membangun tiga gudang penyimpanan kantong plastik bekas. Namun, ia mengungkapkan, keberadaan ketiga gudang itu pernah menyulut protes sang suami. Tapi, saya jawab nanti itu akan jadi uang" kata Emi tertawa
Betul saja, kresek bekas kini memang jadi tambang uang. Sebab hargajual satu set pakaian pe-ngantin mencapai jutaan rupiah. Sayangnya, dia tidak mau blak-blakan mengungkap berapa harga pastinya Alasannya, harga baju pengantin buatannya tergantung model yang diminta "Memang mahal, karena ini langka Kalau di ibaratkan musik, ini termasuk jazz," kata Emi.
Tetapi, Erni menuturkan, masih banyak masyarakat yang ragu memakai baju pengantin dari kresek bekas. Makanya, pesanannya tidak sebanyak produk-produk pernikahan buatannya yang juga terbuat dari kresek bekas, seperti kartu undangan dan suvenir.
Dengan balian bekas itu, Emi juga membuat tempat hantaran pernikahan dengan bentuk Candi Borobudur. Harga jualnya cuma Rp 35.000 per unit. Sedangkan harga produk suvenir mulai Rp 500 per unit. Dalam setiap pemesanan, dia minimal mendapat order pembuatan 10 hantaran dan 1.000 suvenir.
Jika ditambah pesanan pakaian pengantin, ia mendapat omzet paling sedikit Rp 10 juta setiap bulan. Pendapatannya akan lebih besar lagi kalau Emi memperoleh pesanan baju lebih banyak lagi. Maklum, "Marginnya besar, sebab modalnya kan hanya keterampilan," katanya.Berbagai pelatihan baik tentang pembuatan produk dari limbah maupun mengenai kesadaran lingkungan memadi ajang promosi produk-produk Emi.
Sumber : Harian Kontan