" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Geliat Usaha Masyarakat di Daerah

Geliat Usaha Masyarakat di Daerah

  
>>>>>Geliat Usaha Masyarakat di Daerah


JAKARTA (Suara Kaiya) Koperasi peternak sapi perah Sarana Makmur di Glagaharjo, Sleman, DI Yogyakarta, kini mencoba bangkit setelah bencana erupsi Gunung Merapi

Tidak ada cara lain, selain harus menumbuhkan kembali usaha petenakan sapi. Apalagi, penduduk di sini bergantung pada peternakan sapi," kata Ketua Koperasi Sarana Makmur Daud Suroto di sela rapat anggota tahunan (RAT) di Sleman, Selasa (7/6).

Menurut dia, sebelum er .psi Merapi, jumlah sapi peternak ada sekitar 1.100 ekor dengan produksi susu mencapai 4.200 liter per hari. Namun, akibat letusan Merapi, banyak sapi yang mati dan produksi susu turun hanya 40 liter per hari. Tetapi, kini produksi susu 600 liter per hari," ujarnya.

Sebelum erupsi Merapi, aset koperasi mencapai Rp 7 miliar, dan kini hanya sekitar Rp 4 miliar. Jumlah anggota koperasi yang mencapai 500 peternak, kini hanya 300 peternak. Sapi bantuan pemerintah banyak dijual untukbiaya perbaikan rumah dan biaya hidup sehari-hari.

Sementara itu, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia wilayah kerja Pabrik Gula Rendeng Kudus, Jawa Tengah, meminta pemerintah meninjau kembali kebijakan tentang gula rafinasi. Produk gula ini mulai beredar di pasaran. Kuslan, Ketua APTRI Wilayah PG Rendeng Kudus, mengatakan, permintaan AP-TRJ didasarkan pada kenyataan bahwa peredaran gula rafinasi ke pasaran dipastikan merugikan petani tebu. Ini dikarenakan harga jualnya lebih murah dibanding gula produksi petani.

Sejak beredarnya gula rafinasi di wilayah Sulawesi, gula pasir produksi PG Rendeng sulit menembus pasar luar Jawa Ini dikarenakan harga jualnya lebih mahal dibanding gula rafinasi. Padahal, berdasarkan aturan, gula rafinasi seharusnya hanya untuk industri makanan dan minuman atau tidak dijual untuk umum.

Karena itu, menurut dia, pemerintah perlu meninjau ulang kebijakan tentang gularafinasi, terutama mengenai kapasitas produksi dan penggunaannya Tahun lalu, di Kudus dilakukan operasi gula rafinasi di pasaran dan terbukti ada

Di tempat terpisah, ekspor karet Sumatera Utara (Sumut) hingga April 201) melonjak hingga 79,39 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. "Sejauh ini permintaan karet kita masih bagus. Ini meskipun Jepang sebagai pengimpor utama ekonominya belum pulih setelah mengalami bencana tsunami, beberapa waktu lalu," kata Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah.

Pasar utama ekspor karet Sumut meliputi Jepang, China, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan India Sampai sekarang permintaan dari negara-negara tersebut masih stabil. Menurut dia, harga ekspor karet juga bertahan di tingkat 4,5 dolar AS per kilogram. "Jadi, harga di tingkat pabrik berkisar Rp 34.300 hingga Rp 36.300 per kg," katanya


Sumber: Suara Karya
(Sututo/Wahyudi/M Tampubolon)


Entri Populer