" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Dengan Kain Perca, Memberdayakan Para Penderita Cacat

Dengan Kain Perca, Memberdayakan Para Penderita Cacat


>>>Dengan Kain Perca, Memberdayakan Para Penderita Cacat

Walau memiliki kondisi tubuh kurang sempurna, Irma Suryati mampu menjadi perempuan mandiri. Dia mengajarkan cara membuat keset kain perca kepada masyarakat di enam kabupaten di Jawa Tengah. Saat ini, ada sekitar 2.500 ibu rumahtangga dan 150 orang cacat fisik yang mendapat manfaat dari kerja keras Irma.

IRMA Suryati lahir di Semarang pada 25 September 1975. Saat masih bayi, Irma mendapat serangan polio. Itu sebabnya, kakinya tak berfungsi sempurna sehingga dia harus menggunakan kmk atau tongkat Setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Semarang, Irma berusaha mandiri dengan melamar pekerjaan ke berbagai perusahaan. "Tapi, tidak ada yang terima karena saya oenyandang cacat. Merekadiskriminatif terhadap orang cacat," keluh Inna.

Karena tak kunjung mendapat pekerjaaan, pada tahun 1995, Irma masuk ke Pusat Pelatihan Rehabilitasi Centrum Prof. Dr. Soeharso di Surakarta. Lembaga pelatihan bagi penyandang cacat ini kemudian berganti nama menjadi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSDB) Prof. Dr. Soeharso di 2003

Di lembaga ini, Irma mengambil jurusan fotografi. Namun, setelah beberapa lama mengikuti kelas, dia baru sadar bahwa ini bukan jurusan yang tepat Sejatinya, ia lebih suka bergelut di kerajinan tangan.Apalagi, sejak kelas 1 SMA, dia suka membuat kerajinan tangan berupa bed cover dan gantungan kunci. Ia lalu memutuskan pindah jurusan.

Selepas mengikuti pelatihan, Irma menikah dengan Agus Prianto. Kisah cinta mereka yang bermula di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso berlanjut ke pelaminan. Setelan menikah, mereka tinggal di Semarang dan membangun keluarga secara mandiri tanpa meminta uang dari orang tua.

Keinginan untuk mandiri membuat Irma bercita-cita menciptakan lapangan kerja sendiri. "Akhirnya, saya buka usaha menjahit," kata ibu 5 anak ini. Dari usaha itu, dia mendapat banyak pesanan baju dan celana.

Narnun, penghasilanmenjahit dirasakan tak mencukupi kebutuhan hidup rumahtangga Untuk menambah pendapatan keluarga, dia lalu terpikir untuk memanfaatkan sisa kain jahitan menjadi keset perca

Temyata, banyak yang menyukai keset hasilbuatannya "Ada yang beli ratusan, malah ada yang sampai ribuan," katanya dengan hati senang. Melihat perkembangan yang menggembirakan itu, tahun 1997, Irma membangun usaha pembuatan keset dengan mempekerjakan para penyandang cacat bernama

Ziha Konveksi. Saat itu, ada sekitar 30 penyandang cacat menjadi pegawai untuk memproduksi keset
Ziha Konveksi kian besar dan kapasitas produksinya pun meningkat Omzetnya mencapai Rp 75 juta per bulan. Namun, kesuksesan produksi keset kain perca Irma terhambat I setelah pada 2002, api ft melahap ruko miliknya I "Aset saya habis Rp 800 fe juta," ucap Irma

Kejadian itu memaksa j Irma dan keluarga pulang ke kampung Agus, suaminya, di Desa Karangsari, Kebumen. Di tempat itulah, dia memulai usaha produksi keset dari awal.

Ia kumpulkan sisa kain katun dari penjahit-penjahit di Kebumen untuk dijadikan keset. Seperti juga hasil produksi Ziha dahulu, keset Irma laku keras. Dia lalu kembali merekrut beberapa temannya di BBRSDB melalui pemberitahuan mulut ke mulut Irma juga merekrut orang-orang cacat di Kebumen termasuk ibu rumahtangga

Bahkan sejak tiga tahun lalu, ia juga mempekerjakan waria dan wanita tuna susila (WTS). Saat ini, ia sudah mempekerjakan sekitar 150 penyandang cacat fisik dan 2.500 ibu rumahtangga "Mereka semua tidak hanya di Kebumen. Ada juga di Banyumas, Purworejo, Wonosari, Purbalingga, dan Magelang. Waria dan WTS paling banyak dari Banyu- -mas," tutur Irma

Mereka masuk dalam kelompok berdasarkan wilayah. Kelompok-kelompok ini terbentuk setelah mendapat pelatihan dari Irma Melalui seorang koordinator, Irma berhubungan dengan kelompok-kelompok tersebut
Koordinator yang saat ini sudah mencapai 100 orang bertugas mengambil bahan baku keset berupa kain perca di rumah Irma Kain-kain itu kemudian dibagikan ke anggota kelompok untuk daarut sesuai bentuk yang dipesan, seperti kelinci, ikan, dan panda Ada juga bentuk tokoh-tokoh kartun semisal Tweety dan Bernard Bear. "Keset paling laku saat ini Upin Ipin," ucap Irma

Para perajin keset Ziha Konveksi, sebagian hanya menjadi pekerja sampingan. "Mereka bekerja setelah selesai dari sawah," kata Irma Seorang perajin sambilan bisa menghasilkan 10-15 keset sehari. Sedang, perajin penuh dapat membuat 30 keset per hari.

Untuk satu kilogram kain perca, dibeli oleh perajin seharga Rp 2.000 untuk menghasilkan dua sampai lima keset "Untuk ekspor biasanya hanya menjadi dua keset," beber Irma

Nantinya, Irma akan membeli satu keset seharga Rp 3.000. Sehingga keuntungan yang perajin dapat bisa sampai Rp 13.000 dari penjualan lima keset

Oleh karena itu, jika perajin mampu menyelesaikan 15 keset per hari,

keuntungan yang mereka dapat Rp 936.000 sebulan.

Sabar) bulan, Irma dan seluruh perajin mampu memproduksi 50.000 keset. Jumlah ini berasa] dari 7 ton kain perca yang dipasok Irma tiap bulan dari sebuah pabrik garmen di Semarang.

Dari Kebumen, keset-keset itu dikemas dan dijual hingga ke luar negeri, seperti Singapura, Hong Kong, China, dan Mesir. Sedangkan, negara yang rutin mengimpor keset Irma adalah Australia. Tiap tiga bulan saya ekspor lewat broker ke sana sejak tahun 2009," katanya

Pasar Australia terbuka setelah pada tahun 2008 dia ikut pameran di sana Untuk meningkatkan keuntungan, Irma berharap bisa melakukan ekspor langsung tanpa melalui perantaraUntukjiasar dalam negeri,Irma rutin menjual keset ke Pasar Tanah Abang, Jakarta. "Permintaan Tanah Abang tinggi, tapi kami tidak bisa memenuhi semuanya," tuturnya Keset ia jual seharga Rp 1.500 hingga Rp 35.000. Adapun untuk pasar ekspor harga jualnya menjadi Rp 25.000 per keset

Berkat usahanya ini. Irma berhasil menggondol penghargaan Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen. Diajuga terpilih menjadi Wirausahawati Muda Teladan 2007 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga

"Saya ingin bikin pabrik garmen yang pekerjanya adalah orang-orang cacat," kata Irma tentang harapannya ke depan. Itu sebabnya, dia sekarang sedang berusaha mengumpulkan modal untuk mewujudkan impian mulianya tersebut i. 


Sumber : Harian Kontan
Gloria Natalia


Entri Populer