>>>>Bantal Guling Bayi Berprospek Cerah
CIRI wirausaha sukses, ia berani mengambil risiko. Begitu ciri yang melekat pada Yanto dan Alpiah, sepasang suami istri yang berbisnis penjualan boneka dan bantal guling bayi.Tiga tahun lalu. Yanto dan Alpiah berani mengambil risiko melebarkan sayap usahanya. Mereka tidak hanya menjual boneka berkarakter kartun, tapi juga bantal guling bayi dengan karakter kartun. Usahanya itu tidak sia-sia, masyarakat menyambut bantal guling bayi yang dijualnya.
Akan tetapi, demi membesarkan usaha barunya itu, ia cenderung menurunkan jumlah penjualan produk boneka. Sedangkan bantal guling bayi ditingkatkan jumlah produk penjualannya."Pesanan bantal guling prospeknya lebih bagus, akhirnya kami prioritas pekerjaan dilakukan pada produk itu saja. Pada saat itu produksi per hari bantal guling mencapai 10 lusin dan boneka dikurangi tinggal tiga lusin saja. Bukan apa-apa, pembuatan boneka itu sedikit rumit dibandingkan pembuatan bantal-guling yang waktu pembuatannya lebih cepat, namun bisa menghasilkan jumlah yang banyak," kata Yanto kepada Berita Kota, belum lama ini.
Yanto mengatakan, perputaran uang penjualan bantal guling bayi juga lebih cepat dibandingkan penjualan boneka. Sedangkan penjualan boneka menurun karena persaingan semakin ketat.
Di tahun 2009, seiring dengan meningkatnya permintaan bantal guling bayi, membuat ayah dari Tanti Alyanto (S) dan Erlangga Febriyanto (4) ini memutuskan untuk membuka usaha sendiri yang diberi nama TAEF Collection. Nama itu diambil dari huruf depan nama kedua anaknya itu.
"Awalnya kam) cuma membeli produk orang lain kemudian menjualnya. Maka pada tahun 2009, kami nekat membuat sendiri meskipun tidak mempunyai keahlian membuat boneka maupun bantal-guling. Semuanya kami peroleh secara otodidak," kata Yanto. Ia mengaku semua yang dirintis dan dijalaninya itu diperoleh dengan susah payah dan dengan kemauan keras. Apalagi, mereka tidak punya pengalaman membuat bantal-guling ataupun penjualan.
"Seiring perjalanan waktu produk saya akhirnya banyak dikenal orang dan sekarang pembeli datang sendiri. Malah agen yang dulu menolak produk saya, sekarang jadi pelanggan saya juga," katanya.Para pelanggan yang datang itu berasal Jabodetabek, Bandung, Medan, Yogyakarta, dan Batam. Meningkatnya permintaan bantal-guling, Yanto pun membuat keputusan yang berat.
CIRI wirausaha sukses, ia berani mengambil risiko. Begitu ciri yang melekat pada Yanto dan Alpiah, sepasang suami istri yang berbisnis penjualan boneka dan bantal guling bayi.Tiga tahun lalu. Yanto dan Alpiah berani mengambil risiko melebarkan sayap usahanya. Mereka tidak hanya menjual boneka berkarakter kartun, tapi juga bantal guling bayi dengan karakter kartun. Usahanya itu tidak sia-sia, masyarakat menyambut bantal guling bayi yang dijualnya.
Akan tetapi, demi membesarkan usaha barunya itu, ia cenderung menurunkan jumlah penjualan produk boneka. Sedangkan bantal guling bayi ditingkatkan jumlah produk penjualannya."Pesanan bantal guling prospeknya lebih bagus, akhirnya kami prioritas pekerjaan dilakukan pada produk itu saja. Pada saat itu produksi per hari bantal guling mencapai 10 lusin dan boneka dikurangi tinggal tiga lusin saja. Bukan apa-apa, pembuatan boneka itu sedikit rumit dibandingkan pembuatan bantal-guling yang waktu pembuatannya lebih cepat, namun bisa menghasilkan jumlah yang banyak," kata Yanto kepada Berita Kota, belum lama ini.
Yanto mengatakan, perputaran uang penjualan bantal guling bayi juga lebih cepat dibandingkan penjualan boneka. Sedangkan penjualan boneka menurun karena persaingan semakin ketat.
Di tahun 2009, seiring dengan meningkatnya permintaan bantal guling bayi, membuat ayah dari Tanti Alyanto (S) dan Erlangga Febriyanto (4) ini memutuskan untuk membuka usaha sendiri yang diberi nama TAEF Collection. Nama itu diambil dari huruf depan nama kedua anaknya itu.
"Awalnya kam) cuma membeli produk orang lain kemudian menjualnya. Maka pada tahun 2009, kami nekat membuat sendiri meskipun tidak mempunyai keahlian membuat boneka maupun bantal-guling. Semuanya kami peroleh secara otodidak," kata Yanto. Ia mengaku semua yang dirintis dan dijalaninya itu diperoleh dengan susah payah dan dengan kemauan keras. Apalagi, mereka tidak punya pengalaman membuat bantal-guling ataupun penjualan.
"Seiring perjalanan waktu produk saya akhirnya banyak dikenal orang dan sekarang pembeli datang sendiri. Malah agen yang dulu menolak produk saya, sekarang jadi pelanggan saya juga," katanya.Para pelanggan yang datang itu berasal Jabodetabek, Bandung, Medan, Yogyakarta, dan Batam. Meningkatnya permintaan bantal-guling, Yanto pun membuat keputusan yang berat.
Dia menghentikan pembuatan boneka pada Juli 2010, karena ingin fokus pembuatan bantal guling bayi. Tetapi, ia tetap menjual boneka berdasarkan permintaan. Namun, boneka itu dibelinya dari pabrik. "Saya bersyukur, bisa memproduksi bantal-guling dengan berbagai macam jenis dan tipe. Masing-masing jenis dan tipe itu saya produksi sebanyak 200 buah," kata Yanto yang berusaha bekerja keras, jujur, dan berdoa.
Sumber : Berita Kota