" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Merambah Pasar Ekspor Melalui Jasa Eksportir

Merambah Pasar Ekspor Melalui Jasa Eksportir


>>>>>>Merambah Pasar Ekspor Melalui Jasa Eksportir


Kelom geulis bikinan perajin Kampung Gobras tak hanya menguasai pasar dalam negeri. Sedikit demi sedikit, perajin juga merambah pasar ekspor. Namun, mereka belum mengekspor langsung. Kebanyakan masih memasok barang ke eksportir dengan harga jual yang murah.

RUMAH Cecep Nurdin berada di tepi jalan masuk Kampung Gobras. Sekitar lima meter di samping rumahnya, ia mendirikan bengkel kelom. Bengkel yang sudah berdiri sejak tahun 1997 ini sederhana Berdinding kayu dan berlantai tanah. Di sini, tiga perajin setiap hari menyerut kayu kelom.

Di bengkel Cecep ini, para perajin tampak tengah menyelesaikan pesanan dari Jepang dan Singapura. "Yang kasih order satu perusahaan yang berlokasi di Cengkareng," kata lelaki 41 tahun ini.

Dalam sebulan, Cecep bisa mengirim 200 pasang bungkusan. Bungkusan adalah bentuk dasar kelom setengah jadi yang sudah dipasang penjepit, namun belum diukir ataupun dicat. Cecep mengatakan, ia bisa saja memenuhi permintaan perusahaan eksportir itu untuk membuat kelom langsung pakai. Tapi saya kekurangan pegawai. Jadi saya tidak sanggup membuatnya," tuturnya

Saat ini, ia kesusahan mendapatkan perajin karena kebanyakan warga memiliki usaha pembuatan kelom sendiri. Alhasil, tingkat produktivitas pengusaha seperti Cecep rendah. Cecep membuat kelom setengah jadi untuk pasar Jepang dan Singapura dari kayu albasia Kayu ini lebih ringan dibanding mahoni. Harga belinya pun lebih murah dibanding mahoni. Apalagi, konsumen di Jepang lebih memilih kayu albasia ketimbang mahoni.

Biasanya, Cecep membeli albasia Rp 900.000 per rn3 dengan ukuran panjang 1,2 meter sampai 1,3 meter, lebar 12 sampai 14 meter, dan tinggi 10 meter. "Harganya lagi naik. Sekarang bisa Rp 1juta per m3," ucap Cecep.

Kelom setengah jadi haruslah berwarna hitam. Penjepit jari kaki pakai busa setebal 8 mm dan dilapis kain berwarna cerah. Ini merupakan kriteria kelom permintaan eksportir. Selain itu, pesanan ke Jepang banyak memakai ukuran kaki 32.

Cecep menjual kelom setengah jadi untuk pasar Jepang dan Singapura dengan harga antara Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per kodi. Semakin tinggi kelom, harganya makin mahal.

Cecep tidaak mengetahui berapa hargajual eksportir ke pasar luar negeri. "Saya cuma pernah lihat kelom buatan saya berjejer di mal di Tasikmalaya Harganya temyata berkali-kali lipat," katanya Kalau melihat kelom Cecep yang bisa merambah ekspor, usaha Cecep masih bagus dibanding usaha Mumu.

Setelah 16 tahun bekerjasama dengan seorang pembeli besar dari Jepang, Mumu harus menelan pil pahit. "Kerjasama saya bubar tahun 2009. Dan saya rugi Rp 160 juta," katanya Sebenarnya hubungan bisnis Mumu dengan pemasok di Jepang amat baik. Kala itu, tiap bulan, ia memasok 5.000 pasang kelom setengah jadi. Kelom itu terbuat dari kayu mahoni bercat merah. Tapi, ketika seorang eksportir dairi Jakarta datang, hubungan baik itu terputus. "Sebenarnya perajin ingin mengekspor kelom. Cuma kami buruh eksportir yang bertanggungjawab," kata Mumu.

Saat ini Mumu sudah kehilangan kepercayaan pada eksportir atau yang mengaku-ngaku eksportir. Oleh karena itu, ia memilih layani permintaan dari pasar lokal.

Sumber : Harian Kontan
Gloria Natalia


Entri Populer