>>>>>Geolog yang Sukses Memproduksi Pisau
Lebih dari sepuluh tahun, Teddy Kardin bergelut dengan tajamnya pisau. Tak hanya menjadi incaran kolektor pisau dalam negeri, pisau buatan Teddy juga disukai oleh kolektor pisau di luar negeri. Bahkan, prajurit militer dari Amerika Serikat dan Yordania juga menggunakan pisau hasil produksi Teddy yang sudah berstandar Amerika.
SIAPA sangka sampai saat ini, di Indonesia masih ada orang yang patut mendapat sebutan empu. Zaman dulu, empu merupakan sebutan untuk orang yang memiliki keahlian membuat keris. Namun bukan keris, empu yang satu ini ahli membuat pisau.
Adalah Teddy Kardin, lelaki asal Bandung yang piawai membuat pisau. Lantaran kepiawaiannya ini, nama Teddy pun tersohor sebagai pembuat pisau yang tak hanya terkenal di dalam negeri. Kolektor pisau di luar negeri pun memuji pisau buatan Teddy.
Padahal, Teddy baru mulai merintis usaha pembuatan pisau ini sejak tahun 1992. Latar belakang pendidikannya pun sama sekali tak ada hubungannya dengan teknik pembuatan pisau. Teddy adalah seorang Sarjana Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang lulus pada tahun 1981.
Pemilik bengkel T. Kardin Knives Workshop - Pisau Indonesia ini menjanjikan produk-produk pisaunya asli buatan tangan. Ia pun menggunakan bahan baku berkualitas, yakni baja D2, Ol, 440C dan ATS-34 yang sesuai dengan standar American Iron Steel Institute (AISI) atau baja Damascus yang berkualitas tinggi, kuat dan mampu bertahan lama "Produk pisau buatan saya memiliki standar Amerika," tutur Teddy.
Dengan menggunakan bahan baku baja yangbermutu tinggi serta desain-desain yang penuh dedikasi, dengan citra artistik yang tinggi dalam proses pembuatannya, iik;iii | .is.ni Teddy ini terkesan eksklusif, indah dan cantik, namun tetap tak meninggalkan fungsi utamanya. Pisau ini tetap tajam, kuat dan tahan lama.
Hingga saat ini, Teddy sudah menciptakan puluhan desain pisau. Memang jenis pisau yang paling banyak keluar dari T. Kardin Knives Workshop adalah jenis skinner atau bmoie yang masuk dalam golongan pisau komersial. Namun, jangan salah, Teddy juga memproduksi berbagai macam jenis belati atau pisau komando di bengkelnya.
Tak tanggung-tanggung, Teddy juga membuat pisau-pisaunya ini untuk Kopassus TNI AD dan Brigade Mobil (Brimob). Sampai-sampai pasukan khusus dari Amerika Serikat atau Special Force dan juga pasukan dari Yordania kepincut dengan pisau produksi Teddy. "Awalnya Pak Prabowo memesan pisau kepada saya untuk dihadiahkan ke pasukan khusus Amerika," tutur Teddy.
Setiap bulan, di bengkel yang memperkerjakan 30 hingga 40 orang karyawan itu, Teddy hanya memproduksi sekitar 300 pisau. Produksi pisau Teddy memang tak massal. Pasalnya, produksi beragam jenis dan bentuk pisau ini masih menggunakan cara-cara tradisional. "Secara keseluruhan, pembuatan pisau-pisau kami banyak dilakukan secara Iland made," kata
Teddy.
Cara pembuatan pisau secara tradisional inilah yang membedakan produk T. Kardin Knives dengan pisau-pisau buatan pabrikan. Ada yang bilang, pisau buatan Teddy ini lebih memiliki jiwa dan rasa seni yang tinggi.
Selain itu, karena dibuat dengan kelihaian tangan, pembuatan pisau-pisau ini juga butuh waktu dan proses yang lama. "Tak bisa hanya dibuat hanya dalam satu atau dua hari saja," ujar Teddy. Tentu saja, para karyawan membutuhkan ketelitian, ketekunan serta kesabaran yang tinggi untuk membuat sebilah pisau saja.
Hanya saja, penjualanpisau yang banyak menjadi dimiliki oleh kolektor ini, menurut Teddy sangat fluktuatif. "Sejak tahun 2000 sampai sekarang, penjualannya memang naik turun," jelasnya. Walau sampai kini pesanan pisau dari institusi militer terus mengalir, Teddy mengakui bahwa penjualan pisau sekarang tak setajam dulu lagi. Sebagai catatan pada tahun 1997, Teddy pernah mendapatkan pesanan sampai 30.000 unit pisau dari luar negeri. Pada saat pesanan melimpah, Teddy bisa mengantongi omzet penjualan hingga Rp 100 juta, dan berlangsung terus pada masa sebelum tahun 2000.
Namun, beberapa tahun belakangan ini, Teddy hanya bisa mengumpulkan omzet berkisar antara Rp 60 juta sampai Rp 70 juta sebulan. "Yang penting bisa menggaji karyawan per bulan," ucapnya bersyukur.
Lebih dari sepuluh tahun, Teddy Kardin bergelut dengan tajamnya pisau. Tak hanya menjadi incaran kolektor pisau dalam negeri, pisau buatan Teddy juga disukai oleh kolektor pisau di luar negeri. Bahkan, prajurit militer dari Amerika Serikat dan Yordania juga menggunakan pisau hasil produksi Teddy yang sudah berstandar Amerika.
SIAPA sangka sampai saat ini, di Indonesia masih ada orang yang patut mendapat sebutan empu. Zaman dulu, empu merupakan sebutan untuk orang yang memiliki keahlian membuat keris. Namun bukan keris, empu yang satu ini ahli membuat pisau.
Adalah Teddy Kardin, lelaki asal Bandung yang piawai membuat pisau. Lantaran kepiawaiannya ini, nama Teddy pun tersohor sebagai pembuat pisau yang tak hanya terkenal di dalam negeri. Kolektor pisau di luar negeri pun memuji pisau buatan Teddy.
Padahal, Teddy baru mulai merintis usaha pembuatan pisau ini sejak tahun 1992. Latar belakang pendidikannya pun sama sekali tak ada hubungannya dengan teknik pembuatan pisau. Teddy adalah seorang Sarjana Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang lulus pada tahun 1981.
Pemilik bengkel T. Kardin Knives Workshop - Pisau Indonesia ini menjanjikan produk-produk pisaunya asli buatan tangan. Ia pun menggunakan bahan baku berkualitas, yakni baja D2, Ol, 440C dan ATS-34 yang sesuai dengan standar American Iron Steel Institute (AISI) atau baja Damascus yang berkualitas tinggi, kuat dan mampu bertahan lama "Produk pisau buatan saya memiliki standar Amerika," tutur Teddy.
Dengan menggunakan bahan baku baja yangbermutu tinggi serta desain-desain yang penuh dedikasi, dengan citra artistik yang tinggi dalam proses pembuatannya, iik;iii | .is.ni Teddy ini terkesan eksklusif, indah dan cantik, namun tetap tak meninggalkan fungsi utamanya. Pisau ini tetap tajam, kuat dan tahan lama.
Hingga saat ini, Teddy sudah menciptakan puluhan desain pisau. Memang jenis pisau yang paling banyak keluar dari T. Kardin Knives Workshop adalah jenis skinner atau bmoie yang masuk dalam golongan pisau komersial. Namun, jangan salah, Teddy juga memproduksi berbagai macam jenis belati atau pisau komando di bengkelnya.
Tak tanggung-tanggung, Teddy juga membuat pisau-pisaunya ini untuk Kopassus TNI AD dan Brigade Mobil (Brimob). Sampai-sampai pasukan khusus dari Amerika Serikat atau Special Force dan juga pasukan dari Yordania kepincut dengan pisau produksi Teddy. "Awalnya Pak Prabowo memesan pisau kepada saya untuk dihadiahkan ke pasukan khusus Amerika," tutur Teddy.
Setiap bulan, di bengkel yang memperkerjakan 30 hingga 40 orang karyawan itu, Teddy hanya memproduksi sekitar 300 pisau. Produksi pisau Teddy memang tak massal. Pasalnya, produksi beragam jenis dan bentuk pisau ini masih menggunakan cara-cara tradisional. "Secara keseluruhan, pembuatan pisau-pisau kami banyak dilakukan secara Iland made," kata
Teddy.
Cara pembuatan pisau secara tradisional inilah yang membedakan produk T. Kardin Knives dengan pisau-pisau buatan pabrikan. Ada yang bilang, pisau buatan Teddy ini lebih memiliki jiwa dan rasa seni yang tinggi.
Selain itu, karena dibuat dengan kelihaian tangan, pembuatan pisau-pisau ini juga butuh waktu dan proses yang lama. "Tak bisa hanya dibuat hanya dalam satu atau dua hari saja," ujar Teddy. Tentu saja, para karyawan membutuhkan ketelitian, ketekunan serta kesabaran yang tinggi untuk membuat sebilah pisau saja.
Hanya saja, penjualanpisau yang banyak menjadi dimiliki oleh kolektor ini, menurut Teddy sangat fluktuatif. "Sejak tahun 2000 sampai sekarang, penjualannya memang naik turun," jelasnya. Walau sampai kini pesanan pisau dari institusi militer terus mengalir, Teddy mengakui bahwa penjualan pisau sekarang tak setajam dulu lagi. Sebagai catatan pada tahun 1997, Teddy pernah mendapatkan pesanan sampai 30.000 unit pisau dari luar negeri. Pada saat pesanan melimpah, Teddy bisa mengantongi omzet penjualan hingga Rp 100 juta, dan berlangsung terus pada masa sebelum tahun 2000.
Namun, beberapa tahun belakangan ini, Teddy hanya bisa mengumpulkan omzet berkisar antara Rp 60 juta sampai Rp 70 juta sebulan. "Yang penting bisa menggaji karyawan per bulan," ucapnya bersyukur.
Sumber : Harian Kontan
Handoyo