>>>>>>INTREPRENEUR Memulai Bisnis lewat Pertemanan
Jangan abaikan hubungan pertemanan. Karena hubungan itulah, Andree bisa mengeruk pundi-pundi rupiah. Melalui jaringan pertemanan dan hobi memo-tretnya membuat sinergi dua hal itu menjadikan bisnis memotretnya berkembang.
Berawal memiliki hobi serupa, Andree membuka studio foto kecil-kecilan di sebuah ruko milik temannya, yang berlokasi di kawasan Depok pada enam tahun silam. Usaha kecil-kecilan, yang bermodal minim hanya berupa kamera foto tersebut dijalani bersamaan dengan profesinya sebagai jumalis.
Ternyata hobinya adalah dunianya. Usaha fotografinya, yang diawali dengan hobi memotret, sejak lama membuat penyuka masakan pedas ini memilih untuk berhenti dari profesi jurnalis di salah satu media nasional di Tanah Air. Sempat malang-melintang di dunia tulis-menulis tersebut tidak membuat dirinya berhenti dari kesukaannya memotret.
Pria ramah ini meski mengantongi gelar sarjana komunikasi, namun akhirnya memutuskan diri untuk berhenti dari profesinya sebagai jurnalis pada 2008 lalu. Kemudian, Andree mulai menekuni usaha fotografi kecil-kecilannya tersebut secara serius bersama seorang temannya.
Pada tahun yang sama, Andree bersama temannya mengembangkan jasa tidak hanya foto, namun mulai bertambah dengan hadirnya video syuting. Menurut dja, porsi jasa yang diminati antara foto dan video syuting berimbang. Adapun jasa yang diberikan berupa foto buku tahunan atau kegiatan kampus dan perusahaan. Selain itu, syuting wedd-(pernikahan ),dokumentasi kegiatan atau profil perusahaan dan pemerintah.
Hingga saat ini, sejumlah pesanan (order) dari peme-rintah maupun perusahaan swasta pernah diterimanya. Pada 20051alu,dia pernah mendapat order syuting dokumentasi di Papua dari salah satu kementerian. Di samping itu, juga menjadi langganan foto maupun video syuting oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, pernah membuat dokumentasi laboratorium Universitas Indonesia (UI) dan sejumlah perusahaan.
Menurut dia, bisnisnya berkembang karena jaringan pertemanan. Pemasaran yang dilakukannya selama ini hanya dari mulut ke mulut atau berbagi order kepada sesama teman. "Kadang kalau teman kebanyakan order di-.s/?am?,gkekita, begitu juga sebaliknya," katanya kepada SINDO.
Dengan keseriusan menekuni hobinya tersebut, Andree bersama temannya sudah memiliki dua studio foto. Satu studio, yang berlokasi di Depok diberi nama Hijau Entertainment. Studio ini dikelola dirinya, sedangkan satu studio bernama Alvan Galeri berlokasi di Srengseng Sawah dikelola temannya, yang dulu bersamanya merintis bisnis ini. Untuk studio di Srengseng Sawah, kebanyakan pelanggannya adalah sekolah-sekolah, di kawasan Depok dan Jakarta Selatan, seperti taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) hingga sekolah menengah atas (SMA),untukpembuatanbuku tahunan atau pas foto.
Sementara studio di Depok, pelanggannya lebih banyak perusahaan dan pemerintah. Pria yang menjadi fotografer pribadi Wali Kota Depok sejak tiga tahun lalu ini mengungkapkan, studio fotonya yang se-belumnya hanya dijalani oleh dua orang, saat ini sudah memiliki tim yang berjumlah 13 orang, terdiri atas fotografer, kamerawan, kru, desain grafis, dan video editor. Adapun omzet kotoryang diperolehnyada-lam tiga bulan pertama tahun ini berkisar antara Rp30-68 juta perbulannya. Untuk video syuting, diakuinya pernah memperoleh order RplO juta, Rp67 juta dan terbesar mencapai Rp88 juta. Menurut dia, sebagian besar order yang diperolehnya berasal dari order di Depok mencapai 75% dan sisanya sekitar 25% berasal dari order di Jakarta.
Kendati demikian, ada waktu-waktu tertentu order foto maupun video syuting yang digelutinya tidak terlalu ramai, seperti terjadi pada bulan puasa. Untuk menyiasatinya, dia bersama tim berpikir kreatif menggarap lahan lain, misalnya video syuting dokumentasi buka puasa atau sahur. Hal initerbukti membuahkan hasil dan dia bersama tim bisa menikmati indahnya Idul Fitri.
Sementara, kendala yang dihadapi saat menjalani bisnis ini adalah ketika alat error, sehingga diperlukan alat cadangan.Adapun alat-alat yang dibutuhkan untuk berkecimpung di bisnis ini, di antaranya kamera foto, kamera video, blitz, ligh ting, background maupun tripod.
Andree bersyukur pilihan untuk berhenti dari dunia jurnalis dan beralih ke hobinya tersebut membuahkah hasil positif, tidak hanya bagi dirinya, tapi juga orang lain. Hasil yang diperoleh dari bisnis ini dialokasikan untuk investasi perlengkapan alat dan tabungan. "Bisnis ini yang sampai sekarang menghidupkan aku dan teman-teman. Dari bisnis ini bisa menghidupkan keluarga," imbuh dia.
Ke depan, dia berencana melakukan ekspansi dengan membuka sekitar 1-2 studio baru di kawasan Depok lantaran peluangnya cukup besar. Dua lokasi yang diliriknya, satu didaerah Sawangan dan satunya di Cimanggis. Dia berharap, studio yang dimilikinya bisa jalan tanpa campur tangan dari penggagas, kecuali mendapat order besar atau hal lain yang memang memerlukan bantuan.
Contohnya saat ini, dia bersama teman melakukan kerja sama dengan rumah sakit (RS) swasta di Depok terkait foto bayi. Bisnis foto bayi ini sudah berjalan sekitarenambul an dan dia masih melakukan evaluasi terkait rencana mengembang-kan bisnis foto ini ke depan.
Selain foto bayi, dia juga merambah ke bisnis cetakan, seperti membuat buletin, buku tahunan, maupun undangan. Bahkan pada awal tahun ini, dia sempat mendapat order dari salah satu majalah selama tiga bulan untuk mencetak sekitar 5.000 eksemplar per bulan. Tidak hanya memfoto dan mencetak, ternya ta pria yang gemar jalan-jalan ini juga memanfaatkan kepiawaiannya menulis artikel di majalah tersebut.
Sumber: Harian Seputar Indonesia
Jangan abaikan hubungan pertemanan. Karena hubungan itulah, Andree bisa mengeruk pundi-pundi rupiah. Melalui jaringan pertemanan dan hobi memo-tretnya membuat sinergi dua hal itu menjadikan bisnis memotretnya berkembang.
Berawal memiliki hobi serupa, Andree membuka studio foto kecil-kecilan di sebuah ruko milik temannya, yang berlokasi di kawasan Depok pada enam tahun silam. Usaha kecil-kecilan, yang bermodal minim hanya berupa kamera foto tersebut dijalani bersamaan dengan profesinya sebagai jumalis.
Ternyata hobinya adalah dunianya. Usaha fotografinya, yang diawali dengan hobi memotret, sejak lama membuat penyuka masakan pedas ini memilih untuk berhenti dari profesi jurnalis di salah satu media nasional di Tanah Air. Sempat malang-melintang di dunia tulis-menulis tersebut tidak membuat dirinya berhenti dari kesukaannya memotret.
Pria ramah ini meski mengantongi gelar sarjana komunikasi, namun akhirnya memutuskan diri untuk berhenti dari profesinya sebagai jurnalis pada 2008 lalu. Kemudian, Andree mulai menekuni usaha fotografi kecil-kecilannya tersebut secara serius bersama seorang temannya.
Pada tahun yang sama, Andree bersama temannya mengembangkan jasa tidak hanya foto, namun mulai bertambah dengan hadirnya video syuting. Menurut dja, porsi jasa yang diminati antara foto dan video syuting berimbang. Adapun jasa yang diberikan berupa foto buku tahunan atau kegiatan kampus dan perusahaan. Selain itu, syuting wedd-(pernikahan ),dokumentasi kegiatan atau profil perusahaan dan pemerintah.
Hingga saat ini, sejumlah pesanan (order) dari peme-rintah maupun perusahaan swasta pernah diterimanya. Pada 20051alu,dia pernah mendapat order syuting dokumentasi di Papua dari salah satu kementerian. Di samping itu, juga menjadi langganan foto maupun video syuting oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, pernah membuat dokumentasi laboratorium Universitas Indonesia (UI) dan sejumlah perusahaan.
Menurut dia, bisnisnya berkembang karena jaringan pertemanan. Pemasaran yang dilakukannya selama ini hanya dari mulut ke mulut atau berbagi order kepada sesama teman. "Kadang kalau teman kebanyakan order di-.s/?am?,gkekita, begitu juga sebaliknya," katanya kepada SINDO.
Dengan keseriusan menekuni hobinya tersebut, Andree bersama temannya sudah memiliki dua studio foto. Satu studio, yang berlokasi di Depok diberi nama Hijau Entertainment. Studio ini dikelola dirinya, sedangkan satu studio bernama Alvan Galeri berlokasi di Srengseng Sawah dikelola temannya, yang dulu bersamanya merintis bisnis ini. Untuk studio di Srengseng Sawah, kebanyakan pelanggannya adalah sekolah-sekolah, di kawasan Depok dan Jakarta Selatan, seperti taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) hingga sekolah menengah atas (SMA),untukpembuatanbuku tahunan atau pas foto.
Sementara studio di Depok, pelanggannya lebih banyak perusahaan dan pemerintah. Pria yang menjadi fotografer pribadi Wali Kota Depok sejak tiga tahun lalu ini mengungkapkan, studio fotonya yang se-belumnya hanya dijalani oleh dua orang, saat ini sudah memiliki tim yang berjumlah 13 orang, terdiri atas fotografer, kamerawan, kru, desain grafis, dan video editor. Adapun omzet kotoryang diperolehnyada-lam tiga bulan pertama tahun ini berkisar antara Rp30-68 juta perbulannya. Untuk video syuting, diakuinya pernah memperoleh order RplO juta, Rp67 juta dan terbesar mencapai Rp88 juta. Menurut dia, sebagian besar order yang diperolehnya berasal dari order di Depok mencapai 75% dan sisanya sekitar 25% berasal dari order di Jakarta.
Kendati demikian, ada waktu-waktu tertentu order foto maupun video syuting yang digelutinya tidak terlalu ramai, seperti terjadi pada bulan puasa. Untuk menyiasatinya, dia bersama tim berpikir kreatif menggarap lahan lain, misalnya video syuting dokumentasi buka puasa atau sahur. Hal initerbukti membuahkan hasil dan dia bersama tim bisa menikmati indahnya Idul Fitri.
Sementara, kendala yang dihadapi saat menjalani bisnis ini adalah ketika alat error, sehingga diperlukan alat cadangan.Adapun alat-alat yang dibutuhkan untuk berkecimpung di bisnis ini, di antaranya kamera foto, kamera video, blitz, ligh ting, background maupun tripod.
Andree bersyukur pilihan untuk berhenti dari dunia jurnalis dan beralih ke hobinya tersebut membuahkah hasil positif, tidak hanya bagi dirinya, tapi juga orang lain. Hasil yang diperoleh dari bisnis ini dialokasikan untuk investasi perlengkapan alat dan tabungan. "Bisnis ini yang sampai sekarang menghidupkan aku dan teman-teman. Dari bisnis ini bisa menghidupkan keluarga," imbuh dia.
Ke depan, dia berencana melakukan ekspansi dengan membuka sekitar 1-2 studio baru di kawasan Depok lantaran peluangnya cukup besar. Dua lokasi yang diliriknya, satu didaerah Sawangan dan satunya di Cimanggis. Dia berharap, studio yang dimilikinya bisa jalan tanpa campur tangan dari penggagas, kecuali mendapat order besar atau hal lain yang memang memerlukan bantuan.
Contohnya saat ini, dia bersama teman melakukan kerja sama dengan rumah sakit (RS) swasta di Depok terkait foto bayi. Bisnis foto bayi ini sudah berjalan sekitarenambul an dan dia masih melakukan evaluasi terkait rencana mengembang-kan bisnis foto ini ke depan.
Selain foto bayi, dia juga merambah ke bisnis cetakan, seperti membuat buletin, buku tahunan, maupun undangan. Bahkan pada awal tahun ini, dia sempat mendapat order dari salah satu majalah selama tiga bulan untuk mencetak sekitar 5.000 eksemplar per bulan. Tidak hanya memfoto dan mencetak, ternya ta pria yang gemar jalan-jalan ini juga memanfaatkan kepiawaiannya menulis artikel di majalah tersebut.
Sumber: Harian Seputar Indonesia
jema