>>>>Menanti Pabrik Pengolah Rumput Laut >>>>>
Walau ditetapkan sebagai salah satu sentra produksi rumput laut nasional, sampai saat ini Parigi Moutong masih belum memiliki pabrik pengolahan rumput laut. Pembudidaya harus mengirim hasil panen ke Surabaya, Jawa Timur. Selain membutuhkan biaya ekstra, waktu yang lama membuat mereka terus mengeluh.
KETIADAAN pabrik pengolahan rumput laut di Sulawesi Tengah, merepotkan petani rumput laut. Mereka harus mengirimkan rumput laut ke pabrik pengolahan di Surabaya, Jawa Timur. Para petard rumput laut di Parigi Moutong mengandalkan koperasi sebagai pengumpul sekaligus penjual ke Surabaya.
Ketua Koperasi Teluk Tomini, Darwis Tandi mengeluhkan keterbatasanpasar ini. Gara-gara ketiadaan pabrik pengolahan rumput laut di sentra ini, para pembudidaya tidak bisa merasakan hasil panen secara cepat
Mereka harus menunggu minimal seminggu agar bisa menikmati hasilnya. "Karena harus dikumpulkan dulu baru dijual ke Surabaya," katanya. Waktu yang lama juga dikarenakan kapal pengangkut harus ke Makasar terlebih dahulu sebelum menuju Surabaya.
Dengan kondisi itu, Darwis berharap ada investor yang bersedia membangun pabrik pengolahan rumput laut di Parigi Moutong. "Kehadiran pabrik akan memangkas banyak biaya, dan kami bisa segera menikmati hasilnya budidaya kami," katanya.
Saat ini, seorang petard rumput laut Parigi Moutong harus ikut menanggung berbagai biaya Misalnya, biaya pengepakan, kontainer, dan penyeberangan dari Pelabuhan Palu sampai Surabaya. Koperasi akan mengambil Rp 1.000 per kg dari setiap transaksi untuk menutup biaya pengiriman.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Victor PH Nikyuluw berjanji bahwa Parigi Motoung akan dyadi-kan salah satu sentra produksi rumput laut nasional. Wilayah ini dipilih karena letaknya ada di bagian dalam Teluk Tomini.
Parigi Moutong juga mempunyai letak yang strategis, berada pada jalur Trans Sulawesi yang membuat hasil panen rumput laut mudah untuk dipasarkan keluar. "Aksesnya gampang dicapai kapal laut," tuturnya.
Kehadiran sentra rumput laut ini sebenarnya membantu ekonomi masyarakat pesisir. Rumput laut menjadi solusi pengentasan kemiskinan karena dengan modal sedikit dan waktu yang tidak terlampau lama hasilnya sudah bisa dinikmati.
Menurut Viktor, saat inisudah ada investor yang akan mendirikan pabrik pengolahan rumput laut di Parigi Moutong. "Ada dua dari China dan Surabaya, saat ini mereka mengkaji tempat pendiriannya," katanya. Setidaknya dibutuhkan minimal investasi Rp 10 miliar untuk membangun pabrik pengolahan rumput laut skala kecil.
Menurutnya, tidak perlu ada pembangunan industri pengolahan rumput laut skala besar di Parigi Moutong. Sebab, yang terpenting industri itu mampu menyerap hasil panen para pembudidaya rumput laut di sepanjang pantai Teluk Tomini.
Sumber:Harian kontan
Walau ditetapkan sebagai salah satu sentra produksi rumput laut nasional, sampai saat ini Parigi Moutong masih belum memiliki pabrik pengolahan rumput laut. Pembudidaya harus mengirim hasil panen ke Surabaya, Jawa Timur. Selain membutuhkan biaya ekstra, waktu yang lama membuat mereka terus mengeluh.
KETIADAAN pabrik pengolahan rumput laut di Sulawesi Tengah, merepotkan petani rumput laut. Mereka harus mengirimkan rumput laut ke pabrik pengolahan di Surabaya, Jawa Timur. Para petard rumput laut di Parigi Moutong mengandalkan koperasi sebagai pengumpul sekaligus penjual ke Surabaya.
Ketua Koperasi Teluk Tomini, Darwis Tandi mengeluhkan keterbatasanpasar ini. Gara-gara ketiadaan pabrik pengolahan rumput laut di sentra ini, para pembudidaya tidak bisa merasakan hasil panen secara cepat
Mereka harus menunggu minimal seminggu agar bisa menikmati hasilnya. "Karena harus dikumpulkan dulu baru dijual ke Surabaya," katanya. Waktu yang lama juga dikarenakan kapal pengangkut harus ke Makasar terlebih dahulu sebelum menuju Surabaya.
Dengan kondisi itu, Darwis berharap ada investor yang bersedia membangun pabrik pengolahan rumput laut di Parigi Moutong. "Kehadiran pabrik akan memangkas banyak biaya, dan kami bisa segera menikmati hasilnya budidaya kami," katanya.
Saat ini, seorang petard rumput laut Parigi Moutong harus ikut menanggung berbagai biaya Misalnya, biaya pengepakan, kontainer, dan penyeberangan dari Pelabuhan Palu sampai Surabaya. Koperasi akan mengambil Rp 1.000 per kg dari setiap transaksi untuk menutup biaya pengiriman.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Victor PH Nikyuluw berjanji bahwa Parigi Motoung akan dyadi-kan salah satu sentra produksi rumput laut nasional. Wilayah ini dipilih karena letaknya ada di bagian dalam Teluk Tomini.
Parigi Moutong juga mempunyai letak yang strategis, berada pada jalur Trans Sulawesi yang membuat hasil panen rumput laut mudah untuk dipasarkan keluar. "Aksesnya gampang dicapai kapal laut," tuturnya.
Kehadiran sentra rumput laut ini sebenarnya membantu ekonomi masyarakat pesisir. Rumput laut menjadi solusi pengentasan kemiskinan karena dengan modal sedikit dan waktu yang tidak terlampau lama hasilnya sudah bisa dinikmati.
Menurut Viktor, saat inisudah ada investor yang akan mendirikan pabrik pengolahan rumput laut di Parigi Moutong. "Ada dua dari China dan Surabaya, saat ini mereka mengkaji tempat pendiriannya," katanya. Setidaknya dibutuhkan minimal investasi Rp 10 miliar untuk membangun pabrik pengolahan rumput laut skala kecil.
Menurutnya, tidak perlu ada pembangunan industri pengolahan rumput laut skala besar di Parigi Moutong. Sebab, yang terpenting industri itu mampu menyerap hasil panen para pembudidaya rumput laut di sepanjang pantai Teluk Tomini.
Sumber:Harian kontan
Bambang Rakhmanto (Sulawesi Tengah)