>>>>>>>>Ladang Rumput Laut
Bambang Rakhmanto (Sulawesi Tengah)
Penurunan produktivitas kakao di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah membuat para petani bahan baku coklat beralih profesi. Mereka tak lagi berta-nam di daratan tapi bertanam di lautan dengan membudidayakan rumput laut. Dengan masa panen singkat, bisnis rumput laut lebih menguntungkan.
KABUPATEN Parigi Moutong berada di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk menuju kabupaten yang memiliki 20 kecamatan ini, kita bisa menempuh dengan kendaraan pribadi selama dua jam perjalanan dari Palu.
Setelah melewati beberapa bukit dan lembah, sentra budidaya rumput laut Kabupaten Parigi Moutong, bisa kita jumpai. Tepatnya berada di Desa Laemanta, Kecamatan Kasimbar.
Memiliki panjang pantai 570 km, Kabupaten Parigi Mountong memiliki sekitar 11.000 petani rumput laut. Umumnya mereka tinggal di Desa Laementa
Tergabung dalam Koperasi Kelautan dan Perikanan Teluk Tomini, para pembudidaya rumput laut di kabupa- ten ini dulunya adalah para petani coklat. Turunnya produktivitas kakao membuat para petani beralih profesi menjadi pembudidaya rumput laut.
Selain untuk bahari baku kosmetik, rumput laut juga digunakan untuk bahan bakumakanan.
Munir Maseang, anggota kelompok budidaya rumput laut Bangkit Bersama adalah salah satu petani kakao yang pindah menjadi pembudidaya rumput laut. Lelaki berumur 37 tahun ini mengaku sudah tiga tahun tidak lagi menanam kakao. "Pohon coklat yang kami miliki sudah lewat batas waktunya," tuturnya
Kakao hanya memiliki usia produktif selama 20- 30 tahun. Setelah masa itu, produksi akan terus mengalami penurunan. Walhasil, tanaman ini tak memiliki nilai ekonomis lagi.
Sebelum terjun ke rumput laut, Munir sempat bekerja sebagai nelayan pancing di Desa Laemanta. Dari pan-cingnya, dia berhasil menangkap rata-rata 3 kg tiap hari.
Mulai tahun 2007 lalu, Munir mengembangkan budidaya rumput laut di Teluk Tomini. Saat itu, dia menggunakan metode kmgline dengan memancang tali pada botol bekas. Botol berfungsi sebagai pelampung, sedangkan tali yang digunakan adalah nilon dan tali rafia. Berjarak 75 m dari bibir pantai, pada tah digantungkan bibit rumput laut.
Setelah ditanam, rumput laut bisa dipanen dalam jangka waktu 45 hari. Karena sangat menggantungkan alam, maka pembudidaya tidak perlu memakai pupuk dan pestisida
Munir bercerita, saat memulai usaha, modal yang dikeluarkan hanya Rp 100.000. Saat ini, Munir bisa berbangga hati karena bisa mendapatkan laba bersih Rp 2 juta setiap panen. "Panen bisa empat-lima kali setiap tahun," katanya Untuk meningkatkan produksi, metode longline diganti dengan petak pipa PVC yang di isi dengan tali nilon.
Pendapatan Munir didapat dari harga rumput laut basah yang mencapai Rp 1.000 per kg. Dari setiap petak dengan 750 titik bibit rumput laut, Munir bisa menghasilkan 750 kg rumput laut basah.
Hargajual menjadi lebih tinggi untuk rumput laut kering. Setiap kilo rumput laut kering dyual dengan harga Rp 9.000. Rumput laut kering didapat dari proses penjemuran matahari selama 3-4 hari dengan perbandingan bobot 17. Artinya 7 kg rumput basah akan menghasilkan 1 kg rumput lautkering.
Selain Munir, ada Andi Herman yang mulai bertanam rumput laut sejak 7 bulan lalu. Andi dulunya juga petani kakao yang berpindah profesi menjadi petani rumput laut "Hasil panen cokelat tak bisa diharapkan," ujarnya layang biasanya bisa mendapatkan hingga 1 ton kakao saat masa panen, sekarang hanya 25 kg.
Andi mengajak 60 petani kakao lain di dusunnya untuk juga memulai usaha rumput laut. Itulah sebabnya, sebanyak 75% masyarakat di desanya tak lagi menanam kakao, tapi beralih jadi pembudidaya rumput laut.
Berbeda dengan Munir, Andi lebih senang menjual bibit rumput laut dibanding rumput laut dewasa Menurutnya, bisnis bibit rumput laut lebih menguntungkan dibanding rumput laut siap panen. "Banyak orang yang butuh bibit dan keuntungannya lebih cepat, hanya 25 hari," katanya Dari satu hektare ladang rumput laut miliknya, hanya 5% yang diproses untuk rumput laut kering; Sedangkan sisanya untuk "dijual bibit
Sumber : Harian Kontan
Bambang Rakhmanto (Sulawesi Tengah)
Penurunan produktivitas kakao di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah membuat para petani bahan baku coklat beralih profesi. Mereka tak lagi berta-nam di daratan tapi bertanam di lautan dengan membudidayakan rumput laut. Dengan masa panen singkat, bisnis rumput laut lebih menguntungkan.
KABUPATEN Parigi Moutong berada di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk menuju kabupaten yang memiliki 20 kecamatan ini, kita bisa menempuh dengan kendaraan pribadi selama dua jam perjalanan dari Palu.
Setelah melewati beberapa bukit dan lembah, sentra budidaya rumput laut Kabupaten Parigi Moutong, bisa kita jumpai. Tepatnya berada di Desa Laemanta, Kecamatan Kasimbar.
Memiliki panjang pantai 570 km, Kabupaten Parigi Mountong memiliki sekitar 11.000 petani rumput laut. Umumnya mereka tinggal di Desa Laementa
Tergabung dalam Koperasi Kelautan dan Perikanan Teluk Tomini, para pembudidaya rumput laut di kabupa- ten ini dulunya adalah para petani coklat. Turunnya produktivitas kakao membuat para petani beralih profesi menjadi pembudidaya rumput laut.
Selain untuk bahari baku kosmetik, rumput laut juga digunakan untuk bahan bakumakanan.
Munir Maseang, anggota kelompok budidaya rumput laut Bangkit Bersama adalah salah satu petani kakao yang pindah menjadi pembudidaya rumput laut. Lelaki berumur 37 tahun ini mengaku sudah tiga tahun tidak lagi menanam kakao. "Pohon coklat yang kami miliki sudah lewat batas waktunya," tuturnya
Kakao hanya memiliki usia produktif selama 20- 30 tahun. Setelah masa itu, produksi akan terus mengalami penurunan. Walhasil, tanaman ini tak memiliki nilai ekonomis lagi.
Sebelum terjun ke rumput laut, Munir sempat bekerja sebagai nelayan pancing di Desa Laemanta. Dari pan-cingnya, dia berhasil menangkap rata-rata 3 kg tiap hari.
Mulai tahun 2007 lalu, Munir mengembangkan budidaya rumput laut di Teluk Tomini. Saat itu, dia menggunakan metode kmgline dengan memancang tali pada botol bekas. Botol berfungsi sebagai pelampung, sedangkan tali yang digunakan adalah nilon dan tali rafia. Berjarak 75 m dari bibir pantai, pada tah digantungkan bibit rumput laut.
Setelah ditanam, rumput laut bisa dipanen dalam jangka waktu 45 hari. Karena sangat menggantungkan alam, maka pembudidaya tidak perlu memakai pupuk dan pestisida
Munir bercerita, saat memulai usaha, modal yang dikeluarkan hanya Rp 100.000. Saat ini, Munir bisa berbangga hati karena bisa mendapatkan laba bersih Rp 2 juta setiap panen. "Panen bisa empat-lima kali setiap tahun," katanya Untuk meningkatkan produksi, metode longline diganti dengan petak pipa PVC yang di isi dengan tali nilon.
Pendapatan Munir didapat dari harga rumput laut basah yang mencapai Rp 1.000 per kg. Dari setiap petak dengan 750 titik bibit rumput laut, Munir bisa menghasilkan 750 kg rumput laut basah.
Hargajual menjadi lebih tinggi untuk rumput laut kering. Setiap kilo rumput laut kering dyual dengan harga Rp 9.000. Rumput laut kering didapat dari proses penjemuran matahari selama 3-4 hari dengan perbandingan bobot 17. Artinya 7 kg rumput basah akan menghasilkan 1 kg rumput lautkering.
Selain Munir, ada Andi Herman yang mulai bertanam rumput laut sejak 7 bulan lalu. Andi dulunya juga petani kakao yang berpindah profesi menjadi petani rumput laut "Hasil panen cokelat tak bisa diharapkan," ujarnya layang biasanya bisa mendapatkan hingga 1 ton kakao saat masa panen, sekarang hanya 25 kg.
Andi mengajak 60 petani kakao lain di dusunnya untuk juga memulai usaha rumput laut. Itulah sebabnya, sebanyak 75% masyarakat di desanya tak lagi menanam kakao, tapi beralih jadi pembudidaya rumput laut.
Berbeda dengan Munir, Andi lebih senang menjual bibit rumput laut dibanding rumput laut dewasa Menurutnya, bisnis bibit rumput laut lebih menguntungkan dibanding rumput laut siap panen. "Banyak orang yang butuh bibit dan keuntungannya lebih cepat, hanya 25 hari," katanya Dari satu hektare ladang rumput laut miliknya, hanya 5% yang diproses untuk rumput laut kering; Sedangkan sisanya untuk "dijual bibit
Sumber : Harian Kontan