Walau kecil, letak booth yang strategis didekat pintu atau eskalator membuat lahan usaha di mal ini menjadi incaran. Maklum, dengan letaknya yang strategis, barang dagangan lebih banyak dilirik pembeli. Namun, biaya sewa yang terus naik membuat usaha di booth penuh tantangan.
MEMBUKA usaha di mal bisa dalam berbagai bentuk. Tak hanya membeli atau menyewa ruangan besar, Anda juga bisa menjual barang dengan menyewa booth atau gerai kecil.
Walau kecil, letaknya yang strategis membuat omzet gerai di mal tidak bisa dibilang mini. Seorang pedagang jilbab di Poins Square, Mohammad Kartono bisa mengumpulkan omzet hingga Rp 30 juta per bulan.
Kartono memulai menjual jilbab pada tahun 2006. Ia membuka gerai di pusat perbelanjaan Poins Square di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. "Banyak teman bilang usaha di sini bagus," kata Kartono, 46 tahun.
Untuk itu, Kartono menyiapkan modal Rp 9,5 juta Lokasi untuk feootfe-nya ada di lantai UD, Poins Square. Modal itu untuk membayar sewa tempat Rp 2,5 juta per bulan, sewa booth Rp 2,5 juta per bulan, dan sisanya biaya beli perlengkapan berjualan. Ia mengaku sangat terbantu dengan sewa tempat yang bisa dicicil Rp 500.000 selama lima kali.
Tak hanya memajang jilbab yang dibeli grosir, Kartono juga menjual jilbab produksi sendiri. Jilbab grosir lebih banyak dijual sebab harganya lebih murah. Harga untukjilbab itu Rp 15.000-Rp 70.000, sedangkan produk sendiri Rp 50.000-Rp 70.000. "Omzet bisa lebih dari sejuta tiap hari, apalagi saat akhir pekan," katanya.
Walau mendapat omzet lumayan, beban sewa juga terus naik terutama menjelang bulan puasa. Bahkan saat ini untuk penyewa tempat baru dibebankan Rp 6 juta per bulan, lebih mahal Rp 3,5 juta dibanding 5 tahun lalu. Sedangkan booth disewa Rp 60 juta per tahun.
Ia menambahkan, lokasi strategis, dekat pintu atau eskalator membuat booth menjadi incaran. Bahkan, ia pernah mendapat pengalaman pahit ketika ada orang yang sanggup membayar lebih untuk booth-nya. "Saya digeser," katanya.
Heru, 32 tahun juga mencoba mencari keberuntungan dengan membuka usaha siomay dan teh di Blok M Square di foodcourt lantai 5. Dengan modal Rp 5 juta,
Heru menyewa booth, perlengkapan masak, dan bahan-bahan masakan. "Nilai itu di luar biaya beli lahan jualan," katanya Saban bulan Heru harus merogoh kocek Rp 3,5 juta untuk mencicil biaya beli tempat usaha Nilai itu belum termasuk service charge dan listrik. Service charge dikenakan untuk yang berusaha di luar tempat berjualan, sebab Heru harus menyewa 2,5 x 2,5 rn untuk meja dan kursi makan pengunjung.
Biaya service charge dan biaya listrik biaya perbulan mencapai Rp 650.000. Kadang kalau pengunjung sepi, biaya listrik malah tinggi. "Banyak penjual di sini yang mempertanyakan soal itu," keluh Heru.
Heru menjual siomay Rp 10.000 per porsi dan teh Rp 2.500 per gelas. Dia menghitung, biasanya di akhir pekan ia bisa mengantongi omzet Rp700.000-Rpljuta