>>>>>Bisnis Sulam, Deposito Akhirat
Bunga itu indah. Tidak berlebihan bila Endang Rachminingsih (60) selalu menonjolkan motif bunga dalam karyanya. Kecintaan terhadap bunga dan seni sulam membawanya ke bisnis kreatif.
DI beranda belakang rumah Itu tampak empat orang ibu-ibu setengah baya asyik menyulam. Mereka begitu tekun melakukan pekerjaannya, apalagi suasana rumah begitu tenang dan sejuk. Disekelilingnya tumbuh aneka tanaman, bunga hingga pohon besar seperti pohon mangga. Rumah kebun itu sangat asri. "Menyulam itu banyak manfaatnya. Selain untuk usaha, kegiatan menyulam bisa untuk terapi melatih kesabaran. Bila kita terus berlatih, hasil sulamannya bisa makin rapih dan halus. Nilai jualnya juga bisa makin tinggi," ujar Endang Rachminingsih, pemilik rumah sulam Rachmy kepada Warta Kota di kediamannya Kompleks DPR III C/36. Meruya Selatan, Jakarta Barat, belum lama ini.
Rumah sulam Rachmy yang dikembangkan sejak tahun 2005 Itu berangkat dari hobi dan kecintaan Mlmln Amir, panggilan akrab Endang Rachminingsih. terhadap seni sulam. Pekan lalu, rumah sulam Rachmy menampilkan aneka tas wanita yang cantik dalam pameran Gelar Karya PKBL BUMN 2011 di Jakarta Convention Center (JCC). Dia tampil di stan Bank Mandiri.
Selain membuat tas-tas, Mlmln Juga membuat pemak-pemlk rumah tangga seperti tempat telepon seluler, tutup galon, hiasan dinding hingga sarung bantal. Produk-produk itu dijual dalam kisaran harga Rp 35.000 hingga Rp 1.5 juta/buah. Semua produk itu dibuat secara hand made alias buatan tangan.
Dikatakan, semua teknik menyulam dan pola dari produk-produk rumahsulam Rachmy sudah dituangkan dalam buku-buku karyanya. Masyarakat, kata Mlmln. bisa mempelajari sekaligus mempraktikkan seni sulam yang indah Itu lewat lima buku karyanya. "Kalau mau, pembaca tinggal menlru saja," ujar perempuan kelahiran Jonggol. Bogor Itu.
Mimln mengatakan, dia ingin mengembangkan seni sulam yang sudah ditinggalkan masyarakat "Zaman nenek dan ibu saya, seni sulam begitu populer. Kini Jarang ibu-ibu yang mengajarkan anaknya menyulam. Padahal, di negara lain, seperti. Thailand dan Jepang, seni sulam berkembang pesat," kata Mlmin.
Eksklusif
Mimln mengaku dirinya tidak punya latar belakang sebagai wirausaha. Sebab, orangtuanya bukan pengusaha. Ide usaha membuat rumah sulam Rachmy muncul setelah suaminya meninggal tahun 2004. Awalnya, dia belajar sulam secara otodidak untuk mengisi waktu luang.
"Sebelumnya saya hanya Ibu rumahtangga, mengurus suami, dan anak- anak. Ikut suami dinas ke berbagai tempat terakhir sebelum pensiun tahun 2003, suami saya ditugaskan di Singapura." ujar Mimin Amir. Nama Amir adalah nama suaminya.
Mlmin termasuk orang yang cepat belajar. Bahkan saat masih belajar pun dia sudah membagikan ilmunya kepada anak-anak SLB. Mungkin itu disebabkan karena sejak kecil dia sangat suka dengan kerajinan tangan. Selain itu, dia memiliki banyak buku-buku referensi tentang seni sulam dari luar negeri.
Menurut dia. seni sulam mudah dikuasai, asalkan kita punya kemauan dan waktu untuk mengerjakannya. "Makanya saya suka mengajarkan seni sulam ini kepada siapa saja yang berminat. Mulai dari anak-anak di SLB Meruya sampai ibu-ibu di gereja dan masjid. Saya ingin mencari deposito untuk akhirat," ujar nenek enam orang cucu ini.
Dengan ketekunan dan kreativitasnya, usaha rumah sulam Rachmy berkembang dengan cepat. Aneka produksulaman tangannya mendapat tanggapan positif dari pasar. Tapi, semuanya berawal dari teman- temannya. Promosi dari mulut ke mulut cukup efektif mengangkat namanya. Apalagi setelah dia mengikuti pameran-pameran. Produknya juga sempat masuk ke gerai Martha Tilaar, Danar Hadi, dan toko cinderamata di Istana Negara.
Namun setelah tiga tahun menggeluti bisnis sulam Ini, Mimin berpikir ulang tentang usahanya. Dia mengubah strateginya. Sebab, di masa tuanya dia ingin lebih banyak menikmati waktunya bersama keluarga dan cucunya. Dia Juga ingin lebih banyak mengajar. "Kini, saya fokus jualan di rumah dan toko cinderamata Istana Negara dan pameran-pameran tertentu," ujar Mlmin.
Dan, ternyata keputusan itu makin membuat hidup Mimln berkualitas. Sebab, dia tak menyangka bisa menulis lima buku tentang seni sulam. Itu artinya, dia bisa lebih banyak menyebarkan ilmu kepada masyarakat, (bes)
Sumber : Warta Kota
Bunga itu indah. Tidak berlebihan bila Endang Rachminingsih (60) selalu menonjolkan motif bunga dalam karyanya. Kecintaan terhadap bunga dan seni sulam membawanya ke bisnis kreatif.
DI beranda belakang rumah Itu tampak empat orang ibu-ibu setengah baya asyik menyulam. Mereka begitu tekun melakukan pekerjaannya, apalagi suasana rumah begitu tenang dan sejuk. Disekelilingnya tumbuh aneka tanaman, bunga hingga pohon besar seperti pohon mangga. Rumah kebun itu sangat asri. "Menyulam itu banyak manfaatnya. Selain untuk usaha, kegiatan menyulam bisa untuk terapi melatih kesabaran. Bila kita terus berlatih, hasil sulamannya bisa makin rapih dan halus. Nilai jualnya juga bisa makin tinggi," ujar Endang Rachminingsih, pemilik rumah sulam Rachmy kepada Warta Kota di kediamannya Kompleks DPR III C/36. Meruya Selatan, Jakarta Barat, belum lama ini.
Rumah sulam Rachmy yang dikembangkan sejak tahun 2005 Itu berangkat dari hobi dan kecintaan Mlmln Amir, panggilan akrab Endang Rachminingsih. terhadap seni sulam. Pekan lalu, rumah sulam Rachmy menampilkan aneka tas wanita yang cantik dalam pameran Gelar Karya PKBL BUMN 2011 di Jakarta Convention Center (JCC). Dia tampil di stan Bank Mandiri.
Selain membuat tas-tas, Mlmln Juga membuat pemak-pemlk rumah tangga seperti tempat telepon seluler, tutup galon, hiasan dinding hingga sarung bantal. Produk-produk itu dijual dalam kisaran harga Rp 35.000 hingga Rp 1.5 juta/buah. Semua produk itu dibuat secara hand made alias buatan tangan.
Dikatakan, semua teknik menyulam dan pola dari produk-produk rumahsulam Rachmy sudah dituangkan dalam buku-buku karyanya. Masyarakat, kata Mlmln. bisa mempelajari sekaligus mempraktikkan seni sulam yang indah Itu lewat lima buku karyanya. "Kalau mau, pembaca tinggal menlru saja," ujar perempuan kelahiran Jonggol. Bogor Itu.
Mimln mengatakan, dia ingin mengembangkan seni sulam yang sudah ditinggalkan masyarakat "Zaman nenek dan ibu saya, seni sulam begitu populer. Kini Jarang ibu-ibu yang mengajarkan anaknya menyulam. Padahal, di negara lain, seperti. Thailand dan Jepang, seni sulam berkembang pesat," kata Mlmin.
Eksklusif
Mimln mengaku dirinya tidak punya latar belakang sebagai wirausaha. Sebab, orangtuanya bukan pengusaha. Ide usaha membuat rumah sulam Rachmy muncul setelah suaminya meninggal tahun 2004. Awalnya, dia belajar sulam secara otodidak untuk mengisi waktu luang.
"Sebelumnya saya hanya Ibu rumahtangga, mengurus suami, dan anak- anak. Ikut suami dinas ke berbagai tempat terakhir sebelum pensiun tahun 2003, suami saya ditugaskan di Singapura." ujar Mimin Amir. Nama Amir adalah nama suaminya.
Mlmin termasuk orang yang cepat belajar. Bahkan saat masih belajar pun dia sudah membagikan ilmunya kepada anak-anak SLB. Mungkin itu disebabkan karena sejak kecil dia sangat suka dengan kerajinan tangan. Selain itu, dia memiliki banyak buku-buku referensi tentang seni sulam dari luar negeri.
Menurut dia. seni sulam mudah dikuasai, asalkan kita punya kemauan dan waktu untuk mengerjakannya. "Makanya saya suka mengajarkan seni sulam ini kepada siapa saja yang berminat. Mulai dari anak-anak di SLB Meruya sampai ibu-ibu di gereja dan masjid. Saya ingin mencari deposito untuk akhirat," ujar nenek enam orang cucu ini.
Dengan ketekunan dan kreativitasnya, usaha rumah sulam Rachmy berkembang dengan cepat. Aneka produksulaman tangannya mendapat tanggapan positif dari pasar. Tapi, semuanya berawal dari teman- temannya. Promosi dari mulut ke mulut cukup efektif mengangkat namanya. Apalagi setelah dia mengikuti pameran-pameran. Produknya juga sempat masuk ke gerai Martha Tilaar, Danar Hadi, dan toko cinderamata di Istana Negara.
Namun setelah tiga tahun menggeluti bisnis sulam Ini, Mimin berpikir ulang tentang usahanya. Dia mengubah strateginya. Sebab, di masa tuanya dia ingin lebih banyak menikmati waktunya bersama keluarga dan cucunya. Dia Juga ingin lebih banyak mengajar. "Kini, saya fokus jualan di rumah dan toko cinderamata Istana Negara dan pameran-pameran tertentu," ujar Mlmin.
Dan, ternyata keputusan itu makin membuat hidup Mimln berkualitas. Sebab, dia tak menyangka bisa menulis lima buku tentang seni sulam. Itu artinya, dia bisa lebih banyak menyebarkan ilmu kepada masyarakat, (bes)
Sumber : Warta Kota