>>>Batik Solo Mendunia
Keindahan Solo sebagai Kota Budaya dapat dilihat ketika
Solo Batik Carnival digelar. Pada saat itulah, khazanahbatik Indonesia akan meramaikan jalan di kota Solo.
ANDA tentu pernah mendengar karnaval Rio de Janeiro di Brasil. Atau mungkin telah menyaksikan-nya secara langsung? Kemeriahan ajang tahunan yang digelar 40 hari sebelum Paskah itu telah sangat mendunia. Kehadirannya senantiasa ditunggu ribuan bahkan jutaaan wisatawan dari seluruh dunia. Mereka rela memadati Negeri Samba ketika karnaval Rio de Janeiro digelar hanya untuk melihat buah kreativitas warga dari berbagai distrik atau sekolah di negara Amerika Latin itu. Mulai dari pakaian hingga beragam pernik kendaraan hias dimunculkan, yang lentu saja mencerminkan tradisi atau kebudayaan setempat.
Nah, kalau Brasil punya karnaval Rio de Janeiro, Indonesia memiliki Batik Carnival. Sebuah ajang tahunan yang digelar di Kota Solo, Jawa Tengah. Walau belum setenar karnaval Rio de Janeiro, SoLo Batik Carnival atau yang biasa disingkat SBC ini tidak kalah meriah. Ratusan remaja putra dan putri tampil berlenggak-lenggok menyusun Ialan Slamet Riyadi, mulai dari perempatan Purwosari hingga Gladag. Mereka menampilkan khazanah batik Indonesia de-ngan menempuh jarak kurang lebih 5 kilometer.
Sepanjang perjalanan, peserta karnaval memamerkan keindahan busana berbahan dasar batik hasil kreasi mereka. Ada yang menyerupai merak yang sedang mengembangkan ekor, kupu-kupu, dan bunga. Tergantung tema utama yang ingin diangkat, dan penampilannya senantiasa berbeda setiap tahun.
Suasana karnaval menjadi lebih hidup karena para peserta juga memperagakan tari-tarian yang atraktif. Mening-kahi iringan musiketnikrancak yang menemani perjalanan mereka. Betul-betul sebuah kemeriahan yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Usia SBC sebetulnya tergolong masih sangat muda. SBC pertama kali hadir pada 13 April 2008. Ajang itu sebagai sebuah wadah untuk menampung kreativitas warga kampung sekaligus memperkuat branding Solo sebagai Kota Batik.
Harus dirawat
Tidak disangka, sambutan masyarakat Solo dan sekitarnya, bahkan wisatawan dari daerah lain, begitu antusias terhadap SBC. Itulah yang kemudian mendorong Pemerintah Kota Solo menetapkannya menjadi sebuah ajang tahunan. Karena dinilai mampu menjadi ikon baru Kota Solo, kegiatan itu mampu menjadi media promosi sektor pariwisata kota tersebut.
"Ibarat orang berjualan, agar penawaran menjadi lebih menarik, kami harus membawa contoh barang. Salah satunya SBC itu," jelas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo Purnomo Subagyo kepada Media Indonesia, Rabu (23/3).
Peran tersebut berhasil dibawakan cukup baik oleh SBC,terutama ketika melakukan promosi di luar negeri. Terbukti dari penampilannya di Singapura, Belanda, dan Australia, delegasi SBC berhasil menebar pesona.
"Setiap akhir penampilan, kami selalu menerima banyak ucapan selamat dari penonton. Bahkan tidak sedikit yang menyatakan niat mereka berkunjung ke Solo untuk melihat SBC secara langsung," ungkap Purnomo.
Pernyataan Purnomo itu didukung pengamat seni dan budaya setempat, Mufti Rahardjo. Dia melihat upaya branding Solo melalui SBC mulai menunjukkan hasil.Sekarang, kata Mufti, Solomenjadi semakin lekat dengan batik. Ketika membicarakan batik, orang akan teringat Solo. Begitu juga sebaliknya, ketika menyinggung Solo, orang akan langsung teringat akan batik.
"Saya melihat ini sebagai sebuah capaian yang cukup baik. Artinya, ada kelekatan yang luar biasa antara Solo dan batik," cetus Mufti.
Satu, hal yang patut dicatat, tambahnya, Solo merupakan satu-satunya kota yang memiliki koleksi batik terlengkap. Mulai dari batik klasik, yang dibuat berdasarkan pakem dan memiliki makna tertentu, batik kontemporer yang merupakan produk inovasi, hingga batik futuristik.
"Batik futuristik itu berwujud berbagai kreasi busana berbahan batik. Seperti yang ditampilkan dalam SBC itu," jelas Mufti.Dia mengakui, branding sudah didapat Kota Solo dan peran sebagai sarana promosi pariwisata juga sudah dimainkan cukup bagus. Ibarat bunga, SBC merupakan remaja yang baru akan mekar. Pemerintah Kota Solo dan pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraannya harus bisa memberikan perlakuan yang tepat dan merawatnya sebaik mungkin. Salah penanganan sedikit saja, bisa jadi akan membuat SBC sebagai bunga akan layu sebelum berkembang.
"Artinya, dari tahun ke tahun harus ada perbaikan. Mulai dari konsep, konten, hingga kemasannya. Jangan sampai, hanya karena mengejar jadwal, kualitas menjadi tidak diperhatikan. Hingga membuat SBC tidak naik atau bahkan turun kelas," pesan Mufti.
Harapan yang diutarakan Mufti itu akan menemukan jawabannya pada 25 Juni 2011, ketika SBC keempat dilangsungkan. Anda ingin menyak-sikannya secara langsung? Silakan datang ke Kota Solo. (S-4)ferdinand®
Keindahan Solo sebagai Kota Budaya dapat dilihat ketika
Solo Batik Carnival digelar. Pada saat itulah, khazanahbatik Indonesia akan meramaikan jalan di kota Solo.
ANDA tentu pernah mendengar karnaval Rio de Janeiro di Brasil. Atau mungkin telah menyaksikan-nya secara langsung? Kemeriahan ajang tahunan yang digelar 40 hari sebelum Paskah itu telah sangat mendunia. Kehadirannya senantiasa ditunggu ribuan bahkan jutaaan wisatawan dari seluruh dunia. Mereka rela memadati Negeri Samba ketika karnaval Rio de Janeiro digelar hanya untuk melihat buah kreativitas warga dari berbagai distrik atau sekolah di negara Amerika Latin itu. Mulai dari pakaian hingga beragam pernik kendaraan hias dimunculkan, yang lentu saja mencerminkan tradisi atau kebudayaan setempat.
Nah, kalau Brasil punya karnaval Rio de Janeiro, Indonesia memiliki Batik Carnival. Sebuah ajang tahunan yang digelar di Kota Solo, Jawa Tengah. Walau belum setenar karnaval Rio de Janeiro, SoLo Batik Carnival atau yang biasa disingkat SBC ini tidak kalah meriah. Ratusan remaja putra dan putri tampil berlenggak-lenggok menyusun Ialan Slamet Riyadi, mulai dari perempatan Purwosari hingga Gladag. Mereka menampilkan khazanah batik Indonesia de-ngan menempuh jarak kurang lebih 5 kilometer.
Sepanjang perjalanan, peserta karnaval memamerkan keindahan busana berbahan dasar batik hasil kreasi mereka. Ada yang menyerupai merak yang sedang mengembangkan ekor, kupu-kupu, dan bunga. Tergantung tema utama yang ingin diangkat, dan penampilannya senantiasa berbeda setiap tahun.
Suasana karnaval menjadi lebih hidup karena para peserta juga memperagakan tari-tarian yang atraktif. Mening-kahi iringan musiketnikrancak yang menemani perjalanan mereka. Betul-betul sebuah kemeriahan yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Usia SBC sebetulnya tergolong masih sangat muda. SBC pertama kali hadir pada 13 April 2008. Ajang itu sebagai sebuah wadah untuk menampung kreativitas warga kampung sekaligus memperkuat branding Solo sebagai Kota Batik.
Harus dirawat
Tidak disangka, sambutan masyarakat Solo dan sekitarnya, bahkan wisatawan dari daerah lain, begitu antusias terhadap SBC. Itulah yang kemudian mendorong Pemerintah Kota Solo menetapkannya menjadi sebuah ajang tahunan. Karena dinilai mampu menjadi ikon baru Kota Solo, kegiatan itu mampu menjadi media promosi sektor pariwisata kota tersebut.
"Ibarat orang berjualan, agar penawaran menjadi lebih menarik, kami harus membawa contoh barang. Salah satunya SBC itu," jelas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo Purnomo Subagyo kepada Media Indonesia, Rabu (23/3).
Peran tersebut berhasil dibawakan cukup baik oleh SBC,terutama ketika melakukan promosi di luar negeri. Terbukti dari penampilannya di Singapura, Belanda, dan Australia, delegasi SBC berhasil menebar pesona.
"Setiap akhir penampilan, kami selalu menerima banyak ucapan selamat dari penonton. Bahkan tidak sedikit yang menyatakan niat mereka berkunjung ke Solo untuk melihat SBC secara langsung," ungkap Purnomo.
Pernyataan Purnomo itu didukung pengamat seni dan budaya setempat, Mufti Rahardjo. Dia melihat upaya branding Solo melalui SBC mulai menunjukkan hasil.Sekarang, kata Mufti, Solomenjadi semakin lekat dengan batik. Ketika membicarakan batik, orang akan teringat Solo. Begitu juga sebaliknya, ketika menyinggung Solo, orang akan langsung teringat akan batik.
"Saya melihat ini sebagai sebuah capaian yang cukup baik. Artinya, ada kelekatan yang luar biasa antara Solo dan batik," cetus Mufti.
Satu, hal yang patut dicatat, tambahnya, Solo merupakan satu-satunya kota yang memiliki koleksi batik terlengkap. Mulai dari batik klasik, yang dibuat berdasarkan pakem dan memiliki makna tertentu, batik kontemporer yang merupakan produk inovasi, hingga batik futuristik.
"Batik futuristik itu berwujud berbagai kreasi busana berbahan batik. Seperti yang ditampilkan dalam SBC itu," jelas Mufti.Dia mengakui, branding sudah didapat Kota Solo dan peran sebagai sarana promosi pariwisata juga sudah dimainkan cukup bagus. Ibarat bunga, SBC merupakan remaja yang baru akan mekar. Pemerintah Kota Solo dan pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraannya harus bisa memberikan perlakuan yang tepat dan merawatnya sebaik mungkin. Salah penanganan sedikit saja, bisa jadi akan membuat SBC sebagai bunga akan layu sebelum berkembang.
"Artinya, dari tahun ke tahun harus ada perbaikan. Mulai dari konsep, konten, hingga kemasannya. Jangan sampai, hanya karena mengejar jadwal, kualitas menjadi tidak diperhatikan. Hingga membuat SBC tidak naik atau bahkan turun kelas," pesan Mufti.
Harapan yang diutarakan Mufti itu akan menemukan jawabannya pada 25 Juni 2011, ketika SBC keempat dilangsungkan. Anda ingin menyak-sikannya secara langsung? Silakan datang ke Kota Solo. (S-4)ferdinand®
Sumber : Media indonesia
Ferdinand