Dalam bidang ekonomi, Adaro memiliki komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Beberapa langkah yang telah dilakukan Adaro di bidang ini antara lain, pembentukan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Banua Bauntung.
LKM didirikan untuk menjawab kebutuhan UMKM dalam mendapatkan akses permodalan dan diharapkan mampu menjadi lembaga intermediasi keuangan mikro bagi UMKM. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan nasabah, pemerintah dan masyarakat, memperkuat sumber daya manusia (SDM), serta struktur permodalan LKM.
Lembaga yang dibentuk 2005 ini telah berdiri di empat wilayah. Yakni, Kabupaten Tabalong, Barito Timur, Barito Selatan, dan Balangan. Sektor usaha yang paling banyak di biayai yaitu perdagangan, jasa, pertanian, perkebunan, peternakan dan industri rumah tangga.
Beberapa kelebihan yang dimiliki LKM adalah prosedur yang sederhana, proses persetujuan pinjaman yang cepat serta waktu pembayaran yang disesuaikan dengan kemampuan nasabah. Mulai dari harian, mingguan atau bulanan Di tahun 2009, jumlah pembiayaan yang disalurkan telah mencapai 7.9 miliar dengan jumlah nasabah mencapai 4.217 orang. Dengan total pembiayaan Rp 29,5 miliar serta akumulasi jumlah nasabah hingga 22.805 orang, baik yang masih aktif maupun yang telah lunas melakukan pembayaran.
Kegiatan lainnya adalah pembentukan UKM Eceng Gondok Adaro. Ini merupakan program baru yang dikembangkan oleh Tim CSR Adaro dan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) sejak juni 2009. Di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi Kalimantan Selatan, sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perairan dan rawa yang ditumbuhi eceng gondok.
Masyarakat di wilayah ini sebelumnya menganggap tanaman eceng gondok hanya sebagai rumput biasa yang hanya mengganggu jalur transportasi karena sering tersangkut di baling-baling kapal penduduk. Sejauh ini pun belum ada kegiatan ekonomi yang memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan baku utama. Karena masyarakat lebih mengandalkan sektor perikanan.
Dari kenyataan inilah, LPB mencoba memanfaatkan potensi alam iniagar dapat diolah sehingga akan meningkatkan perekonomian desa tersebut. Cara yang dilakukan antara lain dengan mengadakan pelatihan Kerajinan Anyaman Eceng Gondok bagi masyarakat yang ada di sana dan membentuk kelompok-kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM) eceng gondok.
Pelatihan yang diberikan antara lain, pemanenan eceng gondok, penyortiran, pengeringan, memutihkan, teknik peng-anyaman, dan teknik finishing. Kemudian pembukuan dan pelatihan kewirausahaan, pengawasan mutu yang melibatkan Dinas Perindustrian setempat serta pelatihan desain produk.
LPB membantu pemasaran produk dalam bentuk promosi dan menjalin mitra dengan pihak lain dalam hal pemasaran baik swasta maupun Pemda setempat. Upaya yang dilakukan antara lain dengan memasok barang setengah jadi kepada supplier besar.
Kelompok UKM yang ingin mengembangkan usahanya dapat meminjam dana dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Banua Bauntung yang dibentuk Adaro. Sementara bagi individu yang ingin membuat usaha sendiri di bidang kerajinan ini dapat meminjam dari kelompoknya. Dengan meminjam pada kelompok, perkembangan usaha perorangan dapat terus dipantau dan menghindari kredit macet.
Rencananya program UKM eceng gondok akan diperluas ke wilayah Kalimantan Tengah yang juga memiliki potensi eceng gondok yang cukup besar. Diharapkan UKM ini akan memasok kerajinan eceng gondok untuk pasar lokal yaitu di HSU sendiri, di Kalimantan Tengah dan Banjarmasin.
Program lainnya adalah UKM Pengembangan Karet Unggul. Karet bagi sebagian besar masyarakat Tabalong dan Balangan adalah usaha yang digeluti secara turun temurun. Masyarakat banyak menggantungkan ekonominya pada hasil sadapan. Namun sayang, potensi besar tersebut belum seluruhnya dapat mengangkat tingkat pendapatan petani karet secara maksimal.
Masih banyak nilai tambah yang seharusnya dapat dinikmati oleh petani hilang begitu saja dan akhirnyadinikmati oleh pihak lain (tengkulak). Para petani sekitar tambang sudah cukup puas dengan menjual hasil kebunnya secara perorangan kepada pengumpul tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Padahal dari pengolahan akan berimbas pada peningkatan nilai jual.
Sumber ekonomi ini sudah menjadi sumber tumpuan penghidupan masyarakat sejak lama. Hanya kebiasaan menjual karet dalam bentuk instan belum memberikan keuntungan sesungguhnya. Dasar itu pula yang menggerakkan Adaro pada tahun 2006 membangun gudang pengasapan di Desa Warukin, Tamiyang Kabupaten Tabalong, Babayau dan Balida Kabupaten Balangan.
Dengan adanya gudang pengasapan, petani bisa mengolah karet asap dengan nilai jual jauh lebih tinggi. Meskipun proses untuk mendapatkan karet berkualitas tinggi membutuhkan waktu lebih lama, sekitar tiga hingga lima hari. Lahan binaan Adaro cukup1 luas yaitu sekitar 3000 ha.
Program selanjutnya adalah Pertanian Terpadu yang didirikan di salah satu lahan disposal tambang Tutupan. Bagi masyarakat, dilatih mengolah sumber daya alam. Seperti perikanan, pertanian, perkebunan, dan peternakan. Salah satu fokus pertanian terpadu adalah peternakan sapi yang mempunyai potensi sapi yang cukup besar. Di tempat ini, masyarakat belajar untuk mengelola sapi dan nantinya mereka akan mendapat sapi bakalan untuk dikelola sendiri. Hingga akhir tahun 2009, sapi yang diter- . nakkan berjumlan lebih dari 500 ekor.
Selain bermanfaat untuk meningkatkan ekonomi dan peluang usaha bagi masyarakat, pertanian terpadu juga bermanfaat bagi lingkungan khususnya kegiatan reklamasi. PT Adaro Indonesia mengolah kotoran dan kencing sapi menjadi pupuk yang disebut bioculture dan biourine. Salah satu manfaat Biourine antara lain untuk memacu pertumbuhan tanaman di daerah yang tanpa unsur hara maupun mempunyai sedikit unsur hara, memperbaiki kondisi fisik tanah, mengefektifkan pemakaian pupuk kimia, dan memperkuat enzyme tanah.
Seiring dengan pertumbuhan penjualan kendaraan yang semakin meningkat dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, Adaro juga mengembangkan UKM Bengkel di wilayah Kabupaten Tabalong dan Balangan yang dimulai sejak 2006 UKM ini bertujuan untuk mengupgrade kualitas ilmu serta keterampilan para mekanik agar bisa sesuai dengan tuntutan teknologi yang terkini, pasar dan pelanggan.
Selain itu. terbuka peluang usaha bagi bengkel-bengkel umum akibat banyak order perbaikan sepeda motor yang tidak dapat ditangani oleh bengkel resmi sepeda motor. Melihat kenyataan ini LPB bekerja sama dengan salah satu diler sepeda motor dan pabrik otomotif untuk melaksanakan pelatihan bagi UKM bengkel. Pelatihan ini untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan para mekanik agar mampu menghadapi perkembangan teknologi yang terus berkembang. Hingga akhir 2009, total jumlah bengkel binaan Adaro sebanyak 37 bengkel.
Komitmen Adaro untuk mengembangkan masyarakat dalam upaya mewujudkan masyarakat mandiri secara ekonomi, intelektual, maupun manajemen akhirnya membuahkan hasil. Di tahun 2009, Adaro berhasil meraih penghargaan, di antaranya KSN Awards 2009, Peringkat Platinum, kategori ekonomi/kemitraan program lembaga keuangan mikro, program Banua Bauntung mikrofmance cabang Paringin, dari Menteri Sosial dan CSR Awards 2008, Peringkat Gold di bidang sosial dan lingkungan, program pertanian terpadu, dari Menteri Sosial.Info Pasar Lukisan dan industrikreatif.http://artkreatif.net/