" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Gabunganseni bisnis

Gabunganseni bisnis

Kecintaan kepada orangtua, kehidupan perdesaan, dan kepedulian sosial yang tinggi mendorong Dunadi membuat karya patung bertema aktivitas sehari-hari para lanjut usia (lansia).Ada wanita tua yang tengah duduk sirnpuh mengerok punggung suaminya, seorang nenek yang asyik mencari kutu di rambut cucunya. Patung lainnya memperlihatkan nenek yang tengah membalik atau pria tua yang tengah duduk merenungi nasib.

"Saya pilih tema itu selain karena mencintai orangtua sendiri juga mereka adalah orang-orang yang sudah mapan dan kaya dalam pengalaman hidup. Garis-garis wajah para lansia itu membuat saya semangat menggoreskannya dalam ekspresi seni patung yang saya tekuni," kata Dunadi di studio Satiaji Sculplure art Work di kawasan Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta,

Dunadi mengaku masih ingat betul bagaimana respons masyarakat yang positif dengan tema patung yang dipamerkan pada 1988 itu. Namun, di sisi lain para senior dan dosennya di Institut Seni Indonesia Yogyakarta justru mengecam karena karya patung mumi-nya berukuran 60 cm hingga 1 meterdipamerkan satu atap dengan produk kerajinan di sebuah pameran perindustrian.

"Saya bukan anak orang kaya yang punya modal besar untuk memperlakukan karya patung sebagai karya murni. Oleh karena itu meski mendapat kecaman saya rajin ikut pameran perindustrian hingga ke Jakarta dan mancanegara,"ungkapnya.Sikapnya itu justru memberinya peluang untuk mengisi kebutuhan suvenir dari mancanegara misalnya miniatur bangunan Eropa, kerajinan untuk keperluan Natal dan tahun baru hingga patung- patung Indian serta kebutuhan event-event seperti perayaan Holloween di Amerika Serikat.

Ekspor ke Australia AS

Sejak 1994, kata Dunadi, produk-produknya sudah menyebar ke mancanegara melalui mitra kerjanya di Bali. Setiap bulan kini sedikitnya satu kontainer kerajinan dikirim dengan pasar tujuan Australia dan Amerika Serikat. Sementara negara-negara lainnya hanya bergantung pada pesanan saja.

Majunya usaha kerajinan tidak membuat Dunadi puas. Dia terus berkarya membuat karya seni patung dan mengembangkan usaha art design, monumen, taman-taman, proyek arsitektur seperti membuat Dome, relief hingga menjadi konsultan ahli.Bapak tiga anak yang tengah sibuk pameran tunggal di Jogja Gallery pada 10-30 Desember 2010 ini sempat memiliki karyawan hingga 250 orang yang terdiri dari masyarakat dari sekitar tempat tinggalnya maupun dari desa asal orangtuanya. Namun, krisis moneter pada 1998 menghantam dan Dunadi harus menghadapi kerugian hingga lebih dari Rp3 miliar.

Hantaman itu tidak membuatnya jera. Kini dengan dibantu 100 karyawan, dia mengelola studionya untuk menerima beragam pesanan berbahan baku pollster, fiber glass, tembaga hingga timah.Di studionya yang baru, Dunadi menyelesaikan sebuah dome bangunan mal untuk dikirim ke Kalimantan Timur, patung-patung diri dari sejumlah tokoh masyarakat maupun menyelesaikan patung-patung untuk mengisi taman di Jepang dan Australia.

"Saya tidak membatasi diri dalam hal produk kerajinan. Kami masih melayani pesanan patung pengantin untuk suvenir perkawinan maupun bentuk lainnya. Harga berkisar dari RpS.OOO-Rp 15.000, sementara untuk seni patung lainnya berkisar Rp750.000 hingga jutaan rupiah," jelasnya.

Dunadi memang bukan sekadar perajin, melainkan juga seniman besar yang dimiliki negeri ini yang menciptakan patung besar Jenderal Soedirman yang ada di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta, patung Taruna Adhi Makayasa di Akademi Militer Magelang, relief Angkatan Laut di Jakarta, Monumen Gesang di Taman Jurug tepi sungai Bengawan Solo.

Karyanya yang ada di luar negeri dapat ditunjukan seperti Tangan Menyangga Dunia di Jeddah, Saudi Arabia, Proyek Butterfly Park and Insect Kingdom Singapura, pembuatan interior Ventral Park di Belanda, patung Saraswati di Australia, patung Jenderal Soedirman di Jepang dan banyak lagi.

Setelah Agustus lalu, memamerkan patung kuda batik berukuran 6x7 m dengan bobot 800 kg di Jakarta Convention Center seharga Rp400 juta, Dunadi tengah melakukan pameran tunggal di Gallery Jogja menampilkan patung tiga dimensi dibalut warna emas.abi, anjing, gajah, badak, buaya, dan banyak hewan lain berlarian di ruangan itu. Jumlahnya puluhan ekor. Menembus tembok dan merayap di dinding. Bahkan di langit-langitnya, penuh burung-burung beterbangan. Mereka keluar dari satu sarang, mulut manusia yang sedang berteriak.

"Pameran dengan tema Nyanyian Kegelapan [Singing on the Darkness] ini menggambarkan orang berteriak dan keluarlah semua hewan dari mulutnya," kata Dunadi menjelaskan konsep patung-patung yang dibuatnya. Lewat pameran tunggalnya ini, Dunadi menunjukkan bahwa dia tidak hanya piawai dalam hal bisnis tetapi juga ingin mengedukasi masyarakat melalui karya karena ada sebuah pesan moral atas kegelisahannya terhadap realitas sosial yang terjadi di masyarakat saat ini.

"Sedikit-sedikit, orang sekarang mudah sekali terpancing kemarahan dan jika sudah begitu, maka keluarlah semua umpatan dengan menyebut semua jenis hewan, seisi hutan mungkin akan disebut untuk meluapkan kejengkelan," ungkapnya, (hilda.sabriigibisnis.co.id) Hilda Sabri Sulistyo Bisnis Indonesia

info pasar lukisan dan industri kreatif.http://artkreatif.net/

Entri Populer