" Status YM ""
ukm indonesia sukses: MEMULAI BISNIS DI USIA MATANG

MEMULAI BISNIS DI USIA MATANG

Dengan desain menarik dan ragam produk, peminat rajutan berkembang luas.
Usia paruh baya baru melangkah ke bisnis? Maylita Sulilatu tidak takut dan tidak juga ragu. "Saat itu saya di PHK daripada bengong mencoba kembali merajut," ujar Mellie (58 tahun) mengenang pengalamannya pada 1998 saat ditemui Republika.

Tak membutuhkan waktu lama, karya-karya rajutan Mellie mulai digemari. Walaupun saat itu masih tahap pesanan orang per orang. Puncaknya, ketika mal baru di kawasan Bundaran HI dibuka (2007). Dia mendapat order besar mengisi toko di mal tersebut. Tidak tanggung-tanggung pesanan lebih dari 4.000 rajutan, terdiri atas baju anak, dewasa, hingga aneka aksesori perempuan.

Keterampilan warisan Rajutan sejak awal menjadi pilihan Mellie. Selain keterampilan warisan diajarkan sang oma, rajutan menjadi hobi menyenangkan yang digemarinya sejak kecil. Namun, hobi ini sempat menghilang, karena kesibukannya bekerja di bidang interior. Krisis moneter yang mempertemukan kembali nenek yang kini mempunyai lima cucu itu dengan rajutan.

Saat itu, sang suami sempat juga menyindir. "Belum nenek-nekek sudah merajut. Saya bilang, biarin saja siapa tahu bisa menghasilkan uang," kenang Mellie. Kini produk Mellie umumnya mengisi toko-toko di kota-kota besar. Meksipun begitu, ibu lima anak ini masih menyempatkan diri mengikuti pameran besar yang digelar di Senayan, Jakarta. Hasilnya menggembirakan, bisa mengibarkan beragam produk rajutannya. Beberapa butik besar di Jakarta mulai meminta mengisidi tokonya. Tentu saja butik tersebut menginginkan desain yang berbeda. Marketing gratis pun tak dilewatkan. Ia memajang karya-karyanya melalui dunia maya.

Meski tak dibesarkan dalam generasi komputer, Mellie bukan perempuan gagap teknologi. "Yang membuat website memang anak saya, tapi yang meng-update tulisan, upload foto-foto rajutan hingga membalas semua pesanan saya sendiri. Karena saya betah berlama-lama di depan komputer," tambah Mellie yang mengeluarkan modal awal tidak sampai satu juta rupiah ini.

Berkat dunia maya pula, beberapa pesanan tahap penjajakan datang dari beberapa negara Eropa. Sementara Australia dan Amerika lebih dulu menjadi pelanggan rutinnya setiap musim. Konsumen dari kedua negara ini sangat menyukai baju dan aksesori rajutan. "Kini produk scarf bahan sutra dengan sentuhan benang wol lagi booming, di Amerika dan Australia," ungkap Mellie.

Mellie melihat cepatnya penyebaran produknya ke mancanegara, sebagian juga karena ia memasuki pasar di Bali. Produk rajutannya dipajang di butik ternama di Legian, kawasan yang jadi tujuan turis mancanegara. Ratusan perajut

Pesanan bertubi-tubi tentu tak mungkin terselesaikan dengan dua tangannya. Istri Peter A Sulilatu ini mengerahkan pekerjadi beberapa daerah. Di Bandung lebih dari 70 pekerja khusus membuat pakaian. Lebih dari 100 pekerja berada di Yogyakarta khusus merajut aksesori, sedangkan di Bali rajutan khusus ekspor menggunakan mesin, dengan sentuhan tangan pada bagian akhirnya. Pekerja di berbagai lokasi ini membuat Mellie setiap bulan harus roadshow keliling daerah.

Di Jakarta pun, Mellie tak menyia-nyiakan para ibu rumah tangga di sekitar workshop-nya di bilangan Ciputat, Tangerang. Ia membekali mereka dengan keterampilan merajut. Setelah mumpuni, mereka diberi tanggung jawab membuat beragam rajutan. Mellie membuatkan contoh, lalu mereka memilih yang disukai.

Semudah itukah? Mellie meng-angguk. "Merajut tidak sulit," katanya, "Modalnya, ketekunan, ketelitian, dan memiliki daya imajinasi." elalui imajinasi, rajutan bisa dibuat berbagai bentuk, model dengan sejuta warna. Hal ini terbukti, Mellie sukses membuat beragam produk dari rajutan benang wol. Tak hanya pakaian dan aksesori, kini membuat sepatu, kaus kaki, sarung bantal, aksesori laptop, hingga bed cover.

Untuk bed cover dari bahan rajutan terbilang langka. Rajutan dengan berbagai bentuk di susun mirip patchwork. Hasilnya tiada duanya. Makanya, lanjut Mellie, untuk bed cover dibuat berdasarkan pesanan yang dibuat denganwaktu sekitar dua minggu.

Dia pernah membuat bed cover terdiri dari 876 rajutan bunga. Yang terbaru laris dijual dengan harga fantastis, Rp 6 juta, merupakan rangkaian 956 bunga rajutan dengan permainan warna yang menarik. "Dibilang mahal wajarlah," komentar Mellie, "Karena merajut dengan tangan, bukan mesin."

Harga baju rajutan berkisar Rp 135 ribu hingga Rp 600 ribu, aksesori antara Rp 85 ribu hingga Rp 125 ribu. Ia memakai produk lokal, kecuali untuk scarf yang menggunakan benang khusus impor dan kain sutra. Makanya, lanjut Mellie, harganya pun agak mahal, bisa terentang dari Rp 450 ribu hingga Rp 2 juta.

Sembilan tahun menapaki dunia rajutan, Mellie bisa merasakan hubungan yang mendalam dengan benang dan jarum rajut. Di pesawat, di depan televisi, dan dalam segala aktivitas, pasti tangannya tidak diam, memainkan jarum rajut pada gulungan benang.

Keuntungan lain merajut, tambahnya, tak hanya senam tangan, tetapi juga menghindari pikun. "Merajut itu ada hitungannya seperti matematika, makanya otak terus dilatih mengingat, berpikir jadi jauh dari kepikunan."

Dari berbagai keuntungan ini, Mellie menyatakan, tak akan pernah meninggalkan dunia rajut-merajut. Apalagi, masih segudang kreasi menumpuk di kepalanya. Setahun lalu, perempuan yang lama bermukim di Australia ini, nyaris tidak menelurkan desain baru lantaran meladeni banyak pesanan. "Tahun ini rencananya, akan mengeluarkan mendesain baru yang mengejutkan," katanya. Bednina

Entri Populer