Bentuk Komunitas Wirausaha, Lesbi Jadi Pelarian Bertahun-tahun menetap di Hongkong membuat para TKImembentuk komunitas sosial Taman Kerohanian Wanita Islam Indonesia (TKWII). Mulai darimelakukan kegiatan sosial,workshop hingga mengikutipelatihan entrepreneurship yang digelar Ciputra Entrepreneurs.
VERI VLORIDA, Hongkong
MENYIAPKAN bekal makanan dan minuman dilakukan Asiyah (46) bersama puluhan rekannya yang tergabung dalam TKWII. Mereka tampak sibuk di sekretariat TKWII di Haven Street Cause Way Bay nomor 13. Kesibukan itu dilakukan setiap akan menggelar acara termasuk pengajian mingguan dan pe-latihan di fasilitasi Konjen RI untuk Hongkong. Setiap kedatangan tamu dari Indonesia mereka menyambut hangat. Termasuk saat INDOPOS mengunjungi markas sempit yang mereka sewa setiap bulan senilai 7.000
Dollar Hongkong (HKD). Ruangan penuh sesak hanya memuat dua unit komputer dan satu lemari untuk menyimpan berkas. Duduknya pun harus rapat, lesehan dengan menggelar karpet di lantai agar bisa menampung maksi-mal dua puluh hingga tiga puluh orang. Asiyah TKI asal Malang Jatim termasuk senior dibanding rekan-rekan sejawatnya. Sudah 11 tahun dia mengadu nasib untuk membantu keluarganya di kampung halaman. Bermodal gaji setiap bulan HKD 3580 (sekitar Rp 4.2 juta untuk kurs HKD 1= Rp 1.175) perempuan berjilbab itu harus berhemat untuk memenuhi kebutuhan seorang anak yang sekarang sedang sekolah SMA. "Sebulan bisa mengirim sejuta setengah atau juga bisa lebih kalau ada keluarga yang sakit dan biaya sekolah," ujarnya.
Diakuinya, uang sisa kiriman paling dihemat untuk merenpvasi rumah dan membeli tanah sehektar di kampung halaman. Juni tahun depan kontrak kerja sudah habis dan belum tahu mau usaha apa di kampung. "Suami saya seorang buruh tani, uang modal tabungan tidak cukup jika untuk usaha karena sudah digunakan untuk kebutuhan bulan." ucapnya
Sadar ingin mengubah nasib, kegigihan wanita paruh baya itu memang aktif mengikuti berbagai acara. Misalnya workshop kecantikan, menjahit dan teranyar pelatihan Ciputra Entrepreneurs. "Kami tidak tahu harus melakukan apa karena punya pengalaman hanya sebagai pembantu. Kalau ada yang menggelar pelatihan atau seminar makanya saya semangat ikut. Biar bisa juga pintar mbak," selorohnya dengan bahasa yang masih kental dengan logat Jawa itu.
Pengalamannya mengikuti banyak kegiatan mendorong Asiyah bersama rekannya untuk membentuk komunitas yang berdiri sejak 2009 itu. Baginya bergabung dalam komunitas justru membuat mereka kuat.
"Anggotanya sebanyak 500 TKI yang terdaftar sebagai anggota aktif. Rekan lain terkadang baru bergabung saat gelaran acara saja. Sebab, tergantung izin dari majikan dan jadwal libur berbeda-beda. Paling banyak berkumpul pada hari Minggu karena ada pengajian rutin," jelasnya.
Diakui Asiyah, selama mengikuti pelatihan wirausaha dirinya diajari keterampilan. Misalnya kursus menjahit dan kecantikan langsung mengajarkan skill bagaimana menata rias dan membuat pola jahitan saja.
Di komunitas itu pula Asiyah membidangi bagian usaha untuk mengembangkan kegiatan yang telah dialaminyaselama mengikuti latihan. "Memasukan ide dan inspirasi yang kami butuhkan. Kalau langsung skill kami juga sulit untuk memulai usaha karena TKJ pendidikannya bukan orang kuliahan,"akunya.
Dijelaskannya masukan ide malalui pelatihan Ciputra Entrepreneurs diharapkan rutin dilakukan. Mengugah ide dan memberikan inpirasi baru bagi teman-teman sesama TKI. Walau menabung hingga uang seratus juta dalam setahun tidak akan cukup. Bisa bangrut kalau modal nekat saja. "Karena kami tidak tahu bagaimana memulai jadi wirausaha. Kalau untuk urusan pengajian kami sudah akrab karena rutin dilakukan tiap minggu," keluhnya.
Lain halnya yang dialami TKI asal Serang. Banten. Namanya Tridewi dan telah menjadi TKI sejak 2000 lalu. Memakai jilbab merah, Tridewi tampak sesekali me-nyeka air mata ketika mengisahkan pengalaman hidupnya. Bagi Dewi, sapaan akrab Tridewi, pilihan TKJ karena tuntutan hidup untuk membantu keluarga dan menghidupi seorang anaknya di kampung. Ia mengaku merupakan istri ke dua lantaran suaminya poligami. "Dulu suami saya kontraktor namun sekarang bangkrut dan jadi sopir taksi," katanya.
Selama bertahun-tahun bekerja di Hongkong, kata Dewi, dirinya selalu mengirim uang untuk keluarga. Namun sayangnya uang habis karena digunakan suami untuk modal usaha. "Saya nggak tahu, katanya untuk modal buat bisnis properti. Namunsampai sekarang tidak ada hasilnya. Uang sudah habis lebih dari seratus juta dan saya terpaksa harus hidup berhemat di Hongkong," ucapnya pelan.
Lain pula yang dialami dengan TKI asal Surabaya yang namanya Aditya atau Koko. Itu merupakan nama samaran bagi wanita yang telah berusia 40 tahun itu. Selama tujuh tahun ia bekerja di Hongkong dan terjerumus dalam dunia pergaulan hubungan sesama jenis "lesbian".
Perubahan gaya hidup itu dialami Adit selama di Hongkong lantaran merasa kesepian jauh dari suami dan anak. Dan-danannya yang toboi memakai kemeja, jins dengan kacamata hitam mengubah total penampilan Adit sebelum menjadi TKI. Rambutnya dicepak dan diwarnai pirang.
Kehidupan lesbian di kalangan TKI Hongkong berlangsung sejak lama. Komunitas penyuka sesama jenis itu memilih lokasi berkumpul di taman Victoria atau Victoria Park. Pepohonan rindang dan lapangan tertata bersih membuat pasangan lesbian merasa nyaman untuk mencari teman sesama kounitas mereka.
"Saya sudah menikah dan punya anak satu di Surabaya. Tapi keluarga saya tidak ada yang tahu kehidupan lesbi seperti saya alami. Tapi saya hanya menyukai wanita tidak untuk menikah lho. Berbeda dengan TKI lainnya terkadang habis-habiskan uang untuk gaya hidup lesbian. Namun setelah pulang kampung harus tekor karea kehabisan uang," ucapnya.
Kawasan taman kota Victoria Park memang identik dengan tongkrongan TKI asal Indonesia. Taman terbuka itu menjadi salah satu andalah TKI untuk melepas pe-nat setelah sibuk dengan pekerjaan rumah tangga. Dandanan para lesbi itu sangat kontras memakai busana serba minim rok pendek bagi perempuan. Namun bagi perempuan yang menjadi laki-lakinya itu tampak bergaya "funk" agak tomboy.
Memakai sepatu sport, asesoris gelang, dan rantai rambut diwarnai kuning pirang. Untuk pengamanan di lokasi taman yang dilengkapi dengan lapangan basket itu dijaga ketat petugas yang berjaga-jaga patrol keliling taman. Bagi yang menggelar tikar hanya diperbolehkan duduk, dilarang tidur-tiduran.
Persoalan sosial seperti itu memang sulit diatasi karena para lesbian menganggap itu persoalan pribadi dan tidak untuk dicampuri. "Private. Pergaulan susah dibendung sementara kami butuh. Dari ribuan TKI di Hongkong kebanyakan perempuan. Kami berhak menikmati kehidupan yang membuat nyaman," katanya.
Untuk bertukar ide dan memberiJtan inspirasi dengan TKI, tim Ciputra Entrepreneurs menyambagi lokasi Victoria Park. Misalnya, yang dilakukan Presiden Ciputra Entrepreneurs Antonius Tanan. Saat dikunjugi. semula para TKI membaur diajak berdialog sembari bermain gitar. "Melihat mereka perasaan saya campur aduk. Persoalan sosial dan beban hidup membuat mereka tidak bisa banyak berbuat," katanya. ()
Kisah TKI di Hongkong yang Ingin Ubah Nasib melalui Entrepreneurs
Entri Populer
-
Cara budidaya ikan gurame / gurami terlengkap di kolam dan terpal . Anda memiliki hobi beternak ikan, maka sudah saatnya anda melakukan s...
-
>>> Membuat kandang ayam Kini informasi peternakan ayam akan membantu anda, bagai mana memelihara ayam dan membuat kandang aya...
-
Ikan Lele merupakan keluarga Catfish yang memiliki jenis yang sangat banyak, diantaranya Lele Dumbo, Lele Lokal, Lele Phyton, Lele Sangku...
-
13/02/2012 Ayam Lepas Tambah 50 Gerai Tahun Ini BISNIS resto dengan menu utama ayam masih memiliki prospek baik kendati pemainnya suda...
-
28/12/2011 Peluang Usaha Tepung Talas Dari Tepung Talas Bisa Raih Omzet Miliaran Rupiah Selain tepung terigu dan tepung mocaf, masih ada t...
-
07/03/2012 Hanya Butuh Pakan Alami, Panen Belut Super Melimpah Selain mudah, budidaya belut super juga minim risiko. Hal utama yang haru...
-
Pase permulaan Dalam pase permulaan berawal dari umur 0 hari sampai 6 minggu, dimana bentuk ukuran dan keseragaman sebagai tujuan b...
-
Ikan nilatermasuk jenis ikan air tawar yang mudah dibudida-yakan. Dengan tingkat produktivitas yang tinggi, tak perlu waktu lama untuk meman...