" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Wawasan Kewirausahaan

Wawasan Kewirausahaan

BADAI krisis ekonomi yang menimpa Indonesia telah terlewati. Negara ini mampu melewati krisis tersebut salah satunya disebabkan tingginya tingkat konsumerisme yang berbanding lurus dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar. Berbeda dengan China dan India yang bukan hanya disebabkan banyaknya penduduk saja melainkan disokong oleh kekuatan wirausaha masyarakatnya.

Indonesia dengan potensi yang ada perlu membangun jiwa wirausaha ini pada masyarakatnya. Schum peter mengatakan dalam teori pertumbuhan ekonomi bahwasanya entrepreneur atau wirausaha adalah penggerak ekonomi kapitalistik. Entah bagaimana nasib perekonomian Indonesia bila hanya berkonsentrasi pada kemenangan jumlah penduduk, tetapi kalah secara mental ekonomi.

Ji wa-jiwa wirausaha haruslah tertanam pada setiap benak masyarakatnya. Sebuah pengistilahan wawasan wirausaha perlu didengungkan sebagaimana halnya kita bangga dengan wawasan nusantara. Untuk membangun wawasan ini sebenarnya pemerintah telah memulai sejak dini dengan diawali instruksi presiden No 4 tahun 1995 tanggal 30 Juni tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan. Inpres ini mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan

Bangsa Indonesia untuk mengembangkan program-program kewirausahaan. Konsep ini baik un tuk menunjang lahimya para wirausaha muda di Indonesia. Wirausaha yang dikenal masyarakat Indonesia bukanlah pekerjaan yang dipilih. Paradigma pengusaha lahir dari keluarga pengusaha telah tertanam kuat sehingga sebagian masyarakat tidak memiliki wawasan yang luas tentang kewirausahaan.

Keluarga Bakrie dan Kalla memang contoh terdekat bagaimana wirausaha itu dibangun dari keluarga. Tapi, tonggak pembangunan kewirausahaan keluarga itu pun dimulai dari nol. Masyarakat perlu memiliki wawasan yang tinggi untuk memulainya. Penanaman wawasan ini dilakukan dengan pemahaman yang utuh dalam setiap unsur kehidupan.

Tak bisa dimungkiri ada beberapa suku di Indonesia yang telah memiliki penanaman yang kuat dalam berwirausaha. Para wirausahawan haruslah dilahirkan dan dididik dari benih-benih masyarakat Indonesia. Pertama, perhatikan subjek benih-benih penanaman. Keluarga sebagai tempat awal berlangsungnya sebuah pendidikan dapat menjadi tempat permulaan untuk pemahaman tersebut.

Di lain pihak, para sarjana lulusan baru cenderung tidak memilih profesi wirausaha sebagai pilihannya. Mereka lebih memilih untuk menjadi karyawan ataupun pegawai kantoran dengan gaji tetap dan tanpa risiko untuk mengalami kerugian finansial. Data dari Kementerian Negara, Koperasi dan UKM menyebutkan hanya sekitar 17% dari puluhan ribu lulusan sarjana baru yang menjadi wirausahawan.

Pembentukan wawasan kewirausahaan akan menjadi budaya yang mapan apabila disebarkan pada titik nol, yaitu keluarga. Kemudian penan amanitudipersemaikandal am insti tusipendidikandarisekolahdasar, menengah hingga puncaknya ada pada perguruan tinggi.

Ka/ua,harusmemperhatikanesensiyangharusditanamkandalammem-berikan wawasan kewirausahaan. G Meredith mengemukakan bahwa para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan yang ada. Maka, salah satu bentuk wawasan ini adalah kepercayaan diri pada setiap unsur ekonomi yaitu masyarakat. Berwirausaha bukanlah bentuk pekerjaan yang mengharuskan kepemilikan modal besar dalam memulainya. Bermula dari kepercayaan diri berwirausaha dengan kecakapan hidup karena telah memiliki wawasan kewirausahaan yang holistik. Kelahiran Wairausahawan muda pun sebuah keniscayaan.(*)

Entri Populer