" Status YM ""
ukm indonesia sukses: RI-Malaysia sinergikan UKM

RI-Malaysia sinergikan UKM

Transportasi menjadi kendala distribusi komoditas

Kementerian Koperasi dan UKM mengintensifkan rintisan kerja sama antarpelaku sektor riil dari Indonesia dengan Malaysia dalam program penggemukan sapi dan ternak ayam yang diintegrasikan dengan budi daya tanaman sawit.
Kerja sama tersebut juga mencakup budi daya jagung yang dijadikan pakan ternak. Pihak yang dilibatkan dalam agenda tersebut adalah pelaku usaha kecil menengah (UKM) dari Kalimantan Barat dan Serawak yang bersatu dalam Pulau Kalimantan.

"Ini adalah salah satu agenda yang dibicarakan dalam pertemuan antarnegara BIMP EAGA di Sabah, Malaysia pekan lalu. Kedua negara ingin agar program itu digarap serius oleh UKM yang telah ditunjuk," kata Deputi Bidang Pengkajiann dan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan UKM I Wayan Dipta, kemarin. BIMP EAGA atau Brunei Darus-salam-Indonesia-Malaysia-Phili-pines East Asia Growth Area merupakan kerja sama peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan di antara empat negara Asean.

Dalam pertemuan itu. pemerintah Indonesia membawa 20 pelaku UKM dari Kalimantan Barat, Papua, dan Sulawesi. Penggemukan sapi yang dilakukan di Kalimantan Barat adalah jenis pn.mi.ih.iu anglo yang merupakan hasil perkawinan silang antara sapi bali dan sapi-sapi lainnya dari seluruh Indonesia. Selain itu juga dilaksanakan peternakan ayam yang menjadi konsumsi Malaysia dan Brunei Da-, mssa lam.

Menurut Wayan Dipta, potensi pengembangan usaha tersebut di kawasan Kalimantan Barat sangat bagus, karena pasokannya juga sudah pasti, yakni ke Malaysia dan Brunei Darussalam yang berada dalam satu pulau, yakni Kalimantan. Kemenkop mengungkapkan dari 33 provinsi di Indonesia, sejumlah 14 di antaranya memiliki potensi bisnis jika disinergikan dengan UKM dari Malaysia. Sebab, ke-14 provinsi tersebut mempunyai keterkaitan langsung dengan komoditas yang diperlukan negeri jiran tersebut.

"Kerja sama ini sebenarnya sangat menguntungkan bagi lndo-nesia, karena daerah tengah dan timur Indonesia, termasuk daerah yang tertinggal dibandingkan dengan provinsi lain di pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan," tukas Wayan Dipta. Karena itu potensi dari kawasan tersebut bisa tereksplorasi.dan secara kebetulan komoditasnya juga diperlukan di Malaysia dan Brunei Darussalam. Misalnya, rumput laut, dan kepala yang menghasilkan virgin coconut oil (VCO).

Masalah transportasi
Potensi berbagai komoditas dari kawasan timur Indonesia selama ini agak terhambat untuk dikirim ke Malaysia dan Brunei Darussalam, karena masalah transportasi. Dari Kalimantan Barat memang bisa melalui transdarat, namun dari Sulawesi, dan Papua khususnya, transportasi melalui udara harus ke Jakarta, lalu menuju Malaysia dan Brunei Darussalam.

"Dengan pengembangan berbagai komoditas di Kalimantan Barat, kepasitas ekspor dipastikan bisa meningkat tajam," ungkap I Wayan Dipta. Pelaku usaha kecil menengah di kawasan tengah dan timur Indonesia berpeluang meningkatkan ekspor ke Brunei Darussalam, Malaysia, dan Filipina dengan memanfaatkan perjanjian kerja sama B1MP-EAGA.

Wayan Dipta mengatakan peluang ekspor tersebut untuk komoditas rumput laut, ikan tuna, kakao (Papua), kakao, CPO, VCO (Kalbar), rumput laut, dan lidah buaya (Sulut). "Selain menjadi konsumsi, berbagai komoditas tersebut juga bisa dijadikan sebagai makanan suplemen dan kikin baku kosmetik." ujarnya. Wayan Dipta adalah wakil Indonesia pada pertemuan BIMP-EAGA yang berlangsung di Sabah, Malaysia pada 28-30 April 2010.

Pertemuan tahunan tersebut, katanya, mendorong pelaku usaha swasta, dalam hal ini UKM, untuk meningkatkan kinerja dan kerja sama. Selain peningkatan untuk antaranggota BIMP EAGA dan negara-negara Asia Tenggara, disepakati pula peningkatan pemasaran ke kawasan Asia dan Timur Tengah.

Sejak 2007. B1MP-EAGA telah memasarkan komoditas UKM ke sesama anggota di samping ke China, Jepang, dan Taiwan. Rintisan ekspor telah dilakukan melalui produk berlabel halal yakni VCO. jahe, CPO. "Ke depan, BIMP-EAGA akan meningkatkan pemasarannya saja." Untuk komoditas jahe, misalnya. UKM dari kawasan tengah dan timur Indonesia telah memiliki pangsa pasar cukup besar di Malaysia dan Brunei Darussalam. Untuk memenuhi kebutuhan kedua negara itu, UKM Indonesiabahkan masih kewalahan. Pasokan jahe dari Indonesia sebanyak 10.000 ton per tahun belum mampu memenuhi permintaan di Malaysia dan Brunei Darussalam.

Pertemuan BIMP-EAGA tersebut juga sepakat melakukan rintisan pertanian secara terintegrasi untuk komoditas kelapa sawit dan penggemukan sapi peranak-an anglo. Sapi anglo merupakan hasil perkawinan silang sapi Bali dengan beberapa jenis sapi dari daerah lain di Indonesia.

Peternakan ayam dan budi daya jagung juga akan ditingkatkan terutama yang digarap oleh UKM dari Kalimantan Barat dengan mitranya dari Serawak, Malaysia. "Semua program ini merupakan upaya meningkatkan kinerja dari rintisan yang telah dilakukan sebelumnya."

Sebenarnya, lanjutnya, Indonesia sudah melakukan ekspor ke BIMP-EAGA dan negara Asia lainnya serta Timur Tengah, tetapi terkendala oleh aturan label halal, terutama untuk produk makanan. Di kawasan Asia Tenggara, sampai saat ini hanya Brunei Darussalam yang telah mendapat sertifikat halal dari Timur Tengah. Karena itu Indonesia bersama Malaysia dan Filipina, memanfaatkan label halal dari Brunei untuk ekspor ke negara-negara Timur Tengah. "Indonesia sangat terbantu dengan kerja sama ini, kita ndak perlu bersusah payah mencari pasar

Entri Populer