" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Bermodal Obeng Jadi Jutawan

Bermodal Obeng Jadi Jutawan


 >>>>>>>>Bermodal Obeng Jadi Jutawan


Tidak ada istilah gagal bagi Rawi Wahyudiono (39). Meskipun bisnisnya pernah bangkrut, dia mampu mengubah pengalaman pahit itu menjadi energi positif yang mengantarnya menjadi jutawan.Rawi, panggilan akrab Rawi Wahyudiono. pemilik usaha Pradana Komputer, mengatakan, dia mengalami kebangkrutan setelah bisnis yang dibangunnya selama lima tahun bersama dua temannya kandas karena salah urus.

Pria berkaca mata ini mengaku secara hitung-hitungan di atas kertas, seharusnya bisnisnya dapat berkembang. Sebab. Uga toko miliknya bersama kawannya Itu. punya omset bagus. Dengan karyawan sampai 10 orang, omsetnya bisa mencapai sekitar Rp 100 juta per bulan.

Lho, kenapa bisa bangkrut? Ternyata setelah dievaluasi, penyebab paling fatalnya karena mereka tak memiliki sistem akuntansi yang baik. Akibatnya, arus keluar masuk uang tidak Jelas. Kondisi Itu. katanya, menyuburkan sikap saling curiga di antara pemilik usaha itu.

"Suasana kantor Jadi panas karena saling curiga (soal uang-Red). Kondisi tersebut secara perlahan tapi pasti menggerogoti kinerja usaha kami. Sampai akhirnya kapal usahanya kandas. Bangkrut. Saya habis-habisan. Nggak punya apa-apa lagi, kecuali semangat untuk melanjutkan hidup." ujar Rau

Ketika ditemui di sebuah kafe di Bekasi, Rawi mengaku baru selesai mengikuti Milad ke-4 komunitas pengusaha Tangan DI Atas (TDA) pada 10-11 April 2010 di Balai Kartini. Jakarta Pusat. Meskipun sangat melelahkan, dia sangat senang bisa mengikuti kegiatan milad tersebut. Selain dapat bersUahturah-ml dengan anggota lainnya dari berbagai daerah. Rawi Juga memperoleh ilmu-ilmu bisnis yang sangat berharga.

Rawi menyatakan, dalam ulang tahun TDA yang dihadiri sekitar 2.400 peserta Itu, tampil sejumlah praktisi bisnis bertaraf nasional seperti tokoh pionir industriproperti Indonesia Ir Ciputra dan konglomerat Chairul Tandjung. Dalam milad ini. Rawi mendapat banyak inspirasi untuk pengembangan bisnisnya lebih lanjut.

"Sebenarnya, hari Sabtu-Mlnggu adalah hari keluarga. Tapi, karena Milad ke-4 TDA adalah acara penting, saya ikhlas korbankan hari keluarga Itu. "ujar Rawi. Bisnis Rawi sejak awal relatif sama, yakni menyediakan Jasa servis perbaikan printer. Hanya bedanya, dulu dia melayani pasar ritel. Saat Ini. dia fokus melayani sektor perbankan. Seiring dengan berjalannya waktu, bisnisnya Juga berkembang. Kini, selain melayani perbaikan printer, dia Juga melayani mesin uang, server. PC hingga menjual pita printer. Unta, dan peralatan perbankan lainnya.

Saat asyik berbincang. Rawi minta izin untuk melihat pesan yang masuk di BlackBer-ry-nya. Pesan itu dari Bank BRI Tarakan, Kalimantan yang memesan pita printronix seri 700 sebanyak 12 buah. Memang ba-nyak Juga pesanan yang masuk lewat email dan handphone." katanya. Sebelumnya, ada Juga order dari sebuah bank di Bitung (Manado) yang minta dikirim teknisi untuk memperbaiki server AS 40 yang rusak.

Lupa sedekah Yang membedakan Rawi dengan keba-nyakan teknisi lain adalah dia memiliki Jiwa entrepreneur yang diperolehnya setelah dia bergabung dalam TDA pada Milad ke-3 tahun 2009. Rawi mulai bisnis tahun 2003. dengan membuka toko bersama beberapa temannya. Mereka menjalankan usaha dagang dan Jasa Itu hingga 2008. Saat itu. kami Juga melayani bank-bank, tapi belum fokus di situ." katanya.

Bapak satu anak ini Juga pernah bekerja sebagai teknisi dan marketing. "Saya sudah nggak Ingat, berapa tahun saya bekerja untuk orang lain. Karena saya nggak mau mengingat masa lalu." ujar lulusan D3 Komputer STIKUM tahun 1995 Itu. Suami Tanu Rlsyantl Ini mengaku meskipun akhirnya bangkrut, dia mendapat banyak pelajaran berharga selama lima tahun mengelola usaha itu.

DI samping karena tak memiliki Hmu bisnis, kebangkrutan usaha Itu Juga karena lupa sedekah. "Dalam lima tahun Itu. saya lupa sedekah. Padahal saya punya anak yatim. Saya sibuk kerja, mencari duit, keluarga ditinggal. Bayangkan Sab-tu-Minggu kerja terus. Makanya Udak heran, kantor jadi panas. Karena saya lupa sedekah. Ini keyakinan saya." ujar Rawi.

Kebangkrutan usaha Itu merupakan pukulan berat baginya. Harta ludes. Namun, dia Udak mau larut dengan masalah. Meski secara materi dia terpuruk, secara mental dia terus berupaya segera bangkit. "Sebab, pilihan saya Udak banyak. Makan atau tidak makan. Makanya harus segera bangkit." tambah Rawi.

Dengan bermodalkan obeng, telepon dan meja. Rawi berupaya membangun bisnis barunya pada 24 April 2008. "Saya bikin usaha ini dari nol. Boro-boro pake modal, uang untuk bell susu anak saja, enggak punya. Ya. Jalani saja. Langkah pertama, mengontak pelanggan- pelanggan lama. Awalnya, saya fokus garap bank-bank di Jabodetabek." kata Rawi.

Berkaca dari pengalaman masa lalu, dia terus melakukan perbaikan dalam pengelolaan bisnis. Hanya dalam waktu setahun, bisnis Rawi sudah pulih. "Kini, menjelang dua tahun, omset usaha saya sudah bisa mencapai Rp 200 Juta per bulan. Dan. saya Juga sudah berani buka cabang di daerah seperti Gombong, Solo. Denpasar dan Mataram. Lompatan besar Itu terjadi karena saya rajin bersedekah." kata Rawi mantap. (hes|

Entri Populer