" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Tidak Ada Ruang Khusus Bagi Industri Kreatif di JF

Kamar Dagang dan Industri Jakarta Raya (Kadin Jaya) mengkritisi PT Jakarta International Expo (JIExpo), penyelenggara Jakarta Fair (JF) , yang belum menyediakan ruang khusus untuk industri kreatif mengingat potensinya yang sangat besar. Wakil Ketua Kadin Jaya Yukld N Hanafi mengatakan, tempat khusus industri kreatif itu selain untukpameran dan perdagangan juga dapat mendorong laju pertumbuhan semangat kewirausahaan (entrepreneur) bagi warga Ibu Kota.

Kami harapkan di Jakarta Fair ada tempat khusus industri kreatif yang sedang didorong oleh pemerintah, karena dapat melahirkan banyak entrepreneur, yaitu mereka yang menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri," katanya, Minggu (4/7). ia mengatakan, produk hasilindustri kreatif memang ada tetapi menyebar di banyak stan di dalam arena Jakarta Fair yang digelar sebulan (10 Juni-11 Juli 2010) dalam rangka merayakan HUT ke-483 kota Jakarta.

Keberadaan ruang khusus industri kreatif, lanjutnya, tidak hanya bermanfaat bagi pelaku bisnis tersebut, tetapi juga memberikan inspirasi kepada siapa pun yang datang, mengingat PRJ dikunjungi jutaan orang dengan efek ekonomiyang cukup luas.

Sementara itu Managing Director PT Jakarta International Expo, Budi Santoso, mengatakan, selama ini penyelenggara Jakarta Fair menampung segala bentuk produk industri kreatif, terutama di bidang industri musik.

"Sejak awal kami sudah membuka kesempatan dan telah menampung banyak industri kreatif, terutama industri musik. Berapa banyak musisi besar dan band pa-pan atas yang mulai merintis karier dari sini," ujar-Budi. Sekadar tambahan informasi. Anda yang enggan menggunakan kendaraan umum, bisa menikmati transportasi gratis dari halaman Monas hingga lokasi Jakarta Fair, tepatnya di depan Gambir Expo.

Waktu operasionalnya hari Senin-Kamis, mulai pukul 15.00-23.00. Kalau hari libur dan Jumat-Minggu, bus beroperasi mulai pukul 09.00-23.00. yy

Realisasi KUR masih rendah

BANDUNG Realisasi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) pada semester 1/2010 diduga masih sangat rendah, yaitu baru mencapai Rp3 triliun dari target penyaluran pemerintah sebesar Rp20 triliun. Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Agus Muharram mengatakan lembaganya belum mendapatkan laporan pasti dari bank penyalur.

"Kami kurang tahu tepat angkanya, tetapi yang jelas realisasinya diharapkan bisa sampai Rpl3,5 triliun, mungkin sekarang realisasinya baru sekitar Rp3 triliun lebih," katanya di sela-sela pameran batik Jabar, pekan lalu.
Dia menjelaskan setiap tahunnya pemerintah menargetkan penyaluran KUR sebesar Rp20 triliun. Namun, untuk tahun ini, pemerintah menyesuaikan target penyaluran tersebut menjadi sekitar Rpl3,S triliun.

Penyesuaian target tersebut karena ada perubahan sejumlah kebijakan penyaluran KUR, antara lain penurunan tingkat suku bunga dari 14% ke 12%, serta penambahan bank pelaksana. Dengan demikian, lanjutnya, penyaluran KUR yang harusnya dimulai pada Januari menjadi sedikit mundur karena kebijakan-kebijakan baru tersebut harus disesuaikan terlebih dulu.

Untuk mendongkrak penyaluran KUR, Kementerian akan terus menyosialisasikan dan juga konsolidasi KUR ini dengan bank pelaksana maupun pemerintah daerah. "Kami juga akan kerja sama dengan konsultan pembiayaan pemerintah daerah setempat," jelasnya.

Agus mengatakan pemerintah juga akan memetakan kembali wilayah-wilayah mana yang membutuhkan KUR dengan plafon tinggi, mengingat saat ini terdapat permintaan yang cukup tinggi dari kantor cabang pelaksana.
"Setiap bulan kami bersama 19 bank penyalur terus melakukan rapat evaluasi, apakah semua bank pelaksana tersebut betul-betul menyalurkan kreditnya. Namun, untuk Juni memang be-lum semua bank menyalurkan," jelasnya.

Dia menjelaskan untuk memperbesar kucuran kredit KUR, pemerintah juga memberikan kemudahan kepada calon debitur yang meminjam kredit sebesar Rp5 juta, yaitu tidak adanya agunan. Bank penyalur yang sudah memberikan KUR tanpa agunan tersebut adalah BRI, BNI, dan Bank Mandiri.

"Pelaku usaha yang membutuhkan kredit Rp5 juta ini ada sekitar 15 juta orang, berarti sekitar Rp75 triliun untuk 5 tahun ke depan. Seandainya target 1 tahun Rp20 triliun, maka target IS juta pelaku usaha tersebut bisa terlaksana," katanya. Pengusaha menilai akan terja-di hambatan serius dalam pemberdayaan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) setelah pemerintah menurunkan target penyaluran kredit usaha rakyat (KUR).

Penurunan target tersebut diungkapkan oleh Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan pada awal Juni dari sebelumnya Rp20 triliun menjadi Rp 13,5 triliun. Langkah ini diambil pemerintah setelah terjadi penambahan jumlah perbankan penyalur. Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Erwin Aks, mengemukakan pengurangan realisasi penyaluran KUR dipastikan akan menjadi hambatan bagi pengembangan pelaku KUMKM ke depan.

Batik tak Hanya Baju, tetapi juga Karya Seni

RATUSAN helai kain batik dengan beragam motif dan warna berpadu indah dengan sejumlah produk bermotifkan batik. Sebut saja kaus, dompet, tas, gantungan kunci, sepatu, kertas origami, hingga tayangan terlihat berpadu harmonis menunjukkan kedinamisan batik saat ini.

Jika sebelumnya batik hanya identik sebagai busana untuk menghadiri undangan, kini dengan sentuhan kreativitas, batik menjelma sebagai bagian dari gaya hidup. Bahkan, kini orang tak lagi berpikir dua kali untuk mengenakan batik dalam aktivitas kesehariannya.

"Saat ini, menyesuaikan dengan tren yang ada dan didu-kung dengan kreativitas, batik selain sebagai warisan dunia juga telah menjadi bagian dari gaya hidup. Kekuatan batik klasik berpadu dehgan keinginan pemuda yang progresif semakin mendukung perkembangan batik," kata Presiden Republik Entertainment, Wawan Juanda, di sela-sela Gelar Batik 2010, di Gedung Sate, Bandung, Sabtu (3/7). Acara yang berlangsung hingga Minggu (4/7) tersebut dibuka Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan dihadiri Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram, Kepala Dinas UMKM Jabar Wawan Herna-wan, Direktur Utama Pikiran

Rakyat Syafik Umar, Pembina Y asan Bordir Jabar Netty Prasetiyani, Ketua Yayasan Batik Sendy Yusuf, dan sejumlah tamu lainnya. Wawan menjelaskan, batik akan semakin berkembang apabila selain mempertahankan ciri khasnya, batik juga menyelami keinginan generasi muda yang identik dengan dinamis, establish, dan menyukai perubahan.

"Batik klasik terus dipertahankan sebagai heritage apalagi identik dengan seni. Namun, di sisi lain perajin juga memperhatikan kebiasaan pemuda. Melalui kegiatan inilah, kami mencoba mempertemukan antara batik klasik dan kontemporer sehingga bisa saling melengkapi," ujarnya.

Dukungan masyarakat Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, perkembangan batik Jawa Barat sangat pesat. Dengan ditetapkannya batik sebagai warisan dunia kategori nonbenda oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), masyarakat harus bisa lebih mengapresiasikan batik. Salah satu langkah konkret adalah dengan mengenakan dan membeli produk batik.

"Tidak cukup hanya dengan mencintai batik, tetapi dengan membeli adalah bagian dari mengampanyekan dan melestarikan batik," katanya. Ia menambahkan, dengan semakin banyak warga Jabar yanjg mencintai dan membeli batik, diharapkan secara tidak langsung berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan para pebatik yang selama ini kurang terperhatikan.

"Paling tidak, 300.000 PNS di Jaw Barat membeli 1-3 potong batik. Ini akan memberikan efek ekonomi yang sangat besar," katanya. Ketua Yayasan Batik Jawa Barat, Sendy Yusuf mengatakan, untuk menumbuhkan kecintaan terhadap batik di masyarakat Jabar, terutama generasi muda, Yayasan Batik bersama sejumlan pemerintah kabupaten/kota telah memasukkan batik menjadi muatan lokal di sekolah. Hal tersebut telah dilakukan di Ciamis dan Tasikmalaya.

Selain itu, lima kepala daerah yakni Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan pun telah menetapkan Hari Batik yang jatuh pada 15 Agustus. "Kami terus berupaya untuk mengampanyekan batik kepada generasi muda. Ke depan diharapkan bisa di seluruh daerah. Minima] mereka menggunakan batik dengan ciri khas daerah masing-masing," katanya.

Selain menawarkan berbagai jenis batik, seperti Batik Garutan, Batik Tasik, Batik Cirebonan, Batik Ciamis, Batik Indramayu, Batik Kuningan, Batik Cimahi, Batik Bekasi, dan Batik Bandung, pada acara tersebut pengunjung juga dapat mencoba untuk membuat batik sendiri serta membuat origami motif batik. Acara tersebut juga didukung komunitas kreatif seperti Komunitas Lubang Jarum Indonesia dan Art Kite Indonesia.

Berdasarkan pemantauan "PR", ratusan pengunjung memadati arena acara, baik sekadar melihat-lihat maupun membeli beragam produk batik yang ditawarkan para pengusaha batik se-Jabar.

Alisa, salah seorang pengunjung stan Batik Ciungwanara, mengakui rajin hadir pada acara-acara pameran karena selain menambah wawasan, juga bisa menjadi sumber inspirasi.

"Saya ke pameran itu enggak! harus selalu beli, lihat-lihat saja seperti sekarang," katanya.

Namun, dia menyayangkan harga yang ditawarkan pada pameran tersebut sangat mahal. "Masa dompet batik sampai Rp 160.000. Lebih baik beli yang lain," ujarnya. Pengusaha batik Dharma Ayu asal Indramayu Nani Ro-chani mengatakan, soal harga mahal itu relatif. Menurut dia, batik bukan hanya mencakup fungsi utilitas, tetapi juga seni. Sementara seni itu adalah karya cipta yang bernilai tinggi sehingga wajar jika harga suatu seni itu mahal.

"Batik itu bukan hanya baju yang dipakai, tetapi di situ ada seninya, ada keindahan yang nilainya tak bisa dihitung secara materi," ujarnya. Ia mencontohkan seorang pencinta seni rela membeli lukisan ratusan juta rupiah karena nilai seni yang terkandung dalam lukisan itu. "Bukan ba-han atau materialnya, kanvas, cat minyak, tetapi nilai arti-stiknya sehingga pemburu barang seni rela mengeluarkan uang banyak untuk dapat memilikinya," katanya.

Sementara Shinta, pengunjung asal Dago mengatakan, seharusnya tidak semua barang hanya dinilai dari fungsi, masyarakat harus juga dapat mengapresiasi nilai seni di baliknya.

Uki salah seorang personel PASS Band, menyatakan hal serupa. Oleh karena itu, soal harga baginya relatif. Dia mengakui sebagai penggemar batik dan memiliki sejumlah koleksi, baik itu digunakan saat berpentas maupun dalam acara lainnya. Menurut dia, tanpa ada kebanggaan dari masyarakat untuk mengenakan batik, maka kekayaan batik di Jawa Barat bisa punah.

Entri Populer