>>>>Mirza Akbar Mengasah jiwa bisnis sejak dini
Kisah sukses Mirza Akbar meniti karier sebagai wirausahawan muda memang patut disimak, meski skalanya masih tergolong usaha kecil menengah. Betapa tidak, saat studinya di Universitas Gajah Mada, Yogyakartabelum rampung, Mirza yang kala itumasih berusia 23 tahun justru mampumeraih omzet sekitar Rp5 juta perhari dari bisnisnya.
Usaha yang digeluti mahasiswa tingkat akhir jurusan industri peternakan kelahiran. Jakarta ini, juga tergolong jauh dari bidang studinya? "Awalnya sambil menekuni kuliah, saya hanya memproduksi es krim dengan peralatan sederhana dan memasarkannya di sekitar kampus sejak 14 April 2008.," ujar Mirza.
Keterampilan membuat es krim didapatnya usai melaksanakan praktikum di kampus. Lantaran jeli melihat peluang, Mirza pun melanjutkan untuk skala komersial meski masih terbatas di lingkungan kampus.Untuk mengembangkan usaha es krim-nya, dia pun memonitorg seluruh lokasi kuliner di Yogyakarta hingga tertarik kepada restoran ayam bakar yang ramai dikunjungi konsumen, untuk menawarkan jajanan pelengkap berupa es krim.
Selanjutnya Mirza melirik pasar lebih besar karena omzet di kampus agak stagnan lantaran konsumen hanya terbatas pada mahasiswa meski masih bisa meraih pendapatan Rp4OO.ooo- Rp5OO.ooo per hari. Ekspansi usaha mendampingi operasional restoran tentu butuh modal untuk menambah ragam peralatan. Bingung mencari sumber pembiayaan. Mirza pun menghubungi orang tuanya di Bekasi, Jawa Barat.
Dia meyakinkan orang tuanya agar bersedia meminjami tabungan keluarga Kp , ini. 1 untuk dijadikan modal awal.
Rencana itu pun mendapat restu dan persetujuan orang tuanya, tetapi dengan syarat Mirza harus membiayai adiknya masuk kuliah. "Saya berani ngambil risiko pinjam tabungan orang tua karena ada masa l tahun untuk menjalankan usaha, kemudian bertanggungjawab atas biaya kuliah adik sesuai dengan perjanjian tidak tertulis," luturnya.
Konskuensi lainnya, kedua orang tua Mirza menyatakan tidak lagi akan membiayai kuliahnya di UGM. Dengan tekad bulat dan sikap optimistis, Mirza lantas memulai perjuangan usahanya.
60 Gerai Dengan brand Ice Cream Yogya, Mirza akhirnya sukses dan kini mengoperasionalkan sedikitnya 60 gerai yang tersebar di Solo, Klaten, Sragen, dan Yogyakarta. Mesin produksinya juga sudah memakai teknologi modern untuk mengolah berbagai varian es krim.
Adapun, basis produksi Ice Cram Yogya di Gang Telon Kecut Nomor 8 Sleman.Yogyakarta yang diperkuat oleh sedikitnya 20-an tenaga kerja untuk membantu operasional usahanya. Produksi es krim Mirza kini memiliki variasi 10 rasa, termasuk rasa dasar seperti vanilla, moka, cokelat, stroberi, dan durian. Sisanya bergantung kepada order konsumen yang biasanya berbeda dari setiap gerai Ice Cream Yogya.
Kapasitas produksinya dalam 24 jam sehari mampu menghasilkan 4.000-5.000 cup per hari. Harga paling rendah untuk satu cup Rpi.500 dan umumnya dilakukan diversifikasi produk untuk kapasitas lebih besar. Untuk es krim ukuran terbesar dalam ember khusus dengan kapasitas 13,5 liter, dijual Rpi8s.ooo, cukup untuk memenuhi konsumsi hingga 250 orang.
Kebutuhan salah satu bahan dasar es krim, yakni susu segar, dipasok oleh dua kelompok peternak daerah sekitar Yogyakarta maupun dari luar daerah yakni dari Kaliurang, Yogyakarta dan wilayah Jawa Barat. ebutuhan harian sebanyak 250 liter-300 liter susu dikoordinasikan oleh koperasi sebagai pengepul dari peternak. "Usaha kami masih skala UKM, jadi kami juga turut berkontribusi terhadap kelangsungan hidup pelaku UKM," tutura Mirza.
Meski keluarga tidak memiliki basis kewirausahaan, Mirza mampu mengubah haluan keluarganya yang sebelumnya berorientasi kepada pegawai negeri sipil.Berawal dari niat tulusnya membantu perekonomian keluarga, bujangan yang tengah menyiapkan skripsi ini, telah menjadi tulang punggung kedua orang tua dan tiga saudaranya.
Skala gerai Ice Cream Yogya juga bervariasi mulai dari restoran, kafe, warung hingga bermitra dengan toko ritel. Kini tengah mempersiapkan kantor pusat di kawasan pusat kota Yogyakarta, tepatnya di daerah monumen Tugu.
Ice Cream Yogya direncanaka merambah kota besar Indonesia lainnya meskisampai saat ini masih wacana. Paling tidak, ekspansi akan dilakukan ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali, di samping Pulau Jawa yang menjadi captive market.
Kesuksesan anak muda kelahiran 19 Mei di Jakarta ini, ternyata tidak membuat Mirza jumawa. Sikapnya masih terbuka dan ramah menerima siapa saja. Soal rencana pernikahan, ditunda sebelum meraih gelar Si.Tagline yang dibanggakan anak muda kreatif ini adalah, jika ingin alasan, lupakan sukses. Jika ingin sukses, lupakan alasan. Karena itu dia tidak pernah merasa sukses, karena tidak ada parameter pasti tentang sukses seseorang.
"Menurut saya, sukses itu relatif. Bagi saya, dengan kondisi saat ini sudah harus bersyukur. Sebab, arti penting usaha itu sebenarnya bagaimana memanfaatkannya. Kalau seseorang sukses, tetapi tidak ada manfaatnya bagi orang lain, untuk apa kesuksesan itu."
Sukses secara materi tidak akan pernah memberi kepuasan kepada setiap orang, sebab sebagaimana manusia hidup, selalu ingin mendapat yang lebih banyak. "Jadi, hidup tidak hanya mengejar materi."
Kisah sukses Mirza Akbar meniti karier sebagai wirausahawan muda memang patut disimak, meski skalanya masih tergolong usaha kecil menengah. Betapa tidak, saat studinya di Universitas Gajah Mada, Yogyakartabelum rampung, Mirza yang kala itumasih berusia 23 tahun justru mampumeraih omzet sekitar Rp5 juta perhari dari bisnisnya.
Usaha yang digeluti mahasiswa tingkat akhir jurusan industri peternakan kelahiran. Jakarta ini, juga tergolong jauh dari bidang studinya? "Awalnya sambil menekuni kuliah, saya hanya memproduksi es krim dengan peralatan sederhana dan memasarkannya di sekitar kampus sejak 14 April 2008.," ujar Mirza.
Keterampilan membuat es krim didapatnya usai melaksanakan praktikum di kampus. Lantaran jeli melihat peluang, Mirza pun melanjutkan untuk skala komersial meski masih terbatas di lingkungan kampus.Untuk mengembangkan usaha es krim-nya, dia pun memonitorg seluruh lokasi kuliner di Yogyakarta hingga tertarik kepada restoran ayam bakar yang ramai dikunjungi konsumen, untuk menawarkan jajanan pelengkap berupa es krim.
Selanjutnya Mirza melirik pasar lebih besar karena omzet di kampus agak stagnan lantaran konsumen hanya terbatas pada mahasiswa meski masih bisa meraih pendapatan Rp4OO.ooo- Rp5OO.ooo per hari. Ekspansi usaha mendampingi operasional restoran tentu butuh modal untuk menambah ragam peralatan. Bingung mencari sumber pembiayaan. Mirza pun menghubungi orang tuanya di Bekasi, Jawa Barat.
Dia meyakinkan orang tuanya agar bersedia meminjami tabungan keluarga Kp , ini. 1 untuk dijadikan modal awal.
Rencana itu pun mendapat restu dan persetujuan orang tuanya, tetapi dengan syarat Mirza harus membiayai adiknya masuk kuliah. "Saya berani ngambil risiko pinjam tabungan orang tua karena ada masa l tahun untuk menjalankan usaha, kemudian bertanggungjawab atas biaya kuliah adik sesuai dengan perjanjian tidak tertulis," luturnya.
Konskuensi lainnya, kedua orang tua Mirza menyatakan tidak lagi akan membiayai kuliahnya di UGM. Dengan tekad bulat dan sikap optimistis, Mirza lantas memulai perjuangan usahanya.
60 Gerai Dengan brand Ice Cream Yogya, Mirza akhirnya sukses dan kini mengoperasionalkan sedikitnya 60 gerai yang tersebar di Solo, Klaten, Sragen, dan Yogyakarta. Mesin produksinya juga sudah memakai teknologi modern untuk mengolah berbagai varian es krim.
Adapun, basis produksi Ice Cram Yogya di Gang Telon Kecut Nomor 8 Sleman.Yogyakarta yang diperkuat oleh sedikitnya 20-an tenaga kerja untuk membantu operasional usahanya. Produksi es krim Mirza kini memiliki variasi 10 rasa, termasuk rasa dasar seperti vanilla, moka, cokelat, stroberi, dan durian. Sisanya bergantung kepada order konsumen yang biasanya berbeda dari setiap gerai Ice Cream Yogya.
Kapasitas produksinya dalam 24 jam sehari mampu menghasilkan 4.000-5.000 cup per hari. Harga paling rendah untuk satu cup Rpi.500 dan umumnya dilakukan diversifikasi produk untuk kapasitas lebih besar. Untuk es krim ukuran terbesar dalam ember khusus dengan kapasitas 13,5 liter, dijual Rpi8s.ooo, cukup untuk memenuhi konsumsi hingga 250 orang.
Kebutuhan salah satu bahan dasar es krim, yakni susu segar, dipasok oleh dua kelompok peternak daerah sekitar Yogyakarta maupun dari luar daerah yakni dari Kaliurang, Yogyakarta dan wilayah Jawa Barat. ebutuhan harian sebanyak 250 liter-300 liter susu dikoordinasikan oleh koperasi sebagai pengepul dari peternak. "Usaha kami masih skala UKM, jadi kami juga turut berkontribusi terhadap kelangsungan hidup pelaku UKM," tutura Mirza.
Meski keluarga tidak memiliki basis kewirausahaan, Mirza mampu mengubah haluan keluarganya yang sebelumnya berorientasi kepada pegawai negeri sipil.Berawal dari niat tulusnya membantu perekonomian keluarga, bujangan yang tengah menyiapkan skripsi ini, telah menjadi tulang punggung kedua orang tua dan tiga saudaranya.
Skala gerai Ice Cream Yogya juga bervariasi mulai dari restoran, kafe, warung hingga bermitra dengan toko ritel. Kini tengah mempersiapkan kantor pusat di kawasan pusat kota Yogyakarta, tepatnya di daerah monumen Tugu.
Ice Cream Yogya direncanaka merambah kota besar Indonesia lainnya meskisampai saat ini masih wacana. Paling tidak, ekspansi akan dilakukan ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali, di samping Pulau Jawa yang menjadi captive market.
Kesuksesan anak muda kelahiran 19 Mei di Jakarta ini, ternyata tidak membuat Mirza jumawa. Sikapnya masih terbuka dan ramah menerima siapa saja. Soal rencana pernikahan, ditunda sebelum meraih gelar Si.Tagline yang dibanggakan anak muda kreatif ini adalah, jika ingin alasan, lupakan sukses. Jika ingin sukses, lupakan alasan. Karena itu dia tidak pernah merasa sukses, karena tidak ada parameter pasti tentang sukses seseorang.
"Menurut saya, sukses itu relatif. Bagi saya, dengan kondisi saat ini sudah harus bersyukur. Sebab, arti penting usaha itu sebenarnya bagaimana memanfaatkannya. Kalau seseorang sukses, tetapi tidak ada manfaatnya bagi orang lain, untuk apa kesuksesan itu."
Sukses secara materi tidak akan pernah memberi kepuasan kepada setiap orang, sebab sebagaimana manusia hidup, selalu ingin mendapat yang lebih banyak. "Jadi, hidup tidak hanya mengejar materi."
Sumber: Bisnis Indonesia