" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Peran Perguruan Tinggi Bagi Pembinaan UMKM

Sinergi akademisi dan pemerintah dalam pembinaan usaha mikro kec.il dan menengah (UMKM) belum menyentuh tataran realisasi konkret Padahal, kebijakan yang tepat dan optimalisasi peran perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan daya kualitas sumber daya manusia (SDM) dan penerapan teknologi tepat guna di kalangan pelaku UMKM.

Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Drs. Nana Supriatna mengatakan, pihaknya sudah melakukan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi di Kota Bandung seperti Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Pasundan (Unpas), dan Universitas Kristen Maranatha (UKM). "Namun, secara teknis yang riil, masih belum jauh. Hal ini terkendala oleh minimnya anggaran yang ada untuk pembinaan SDM pelaku UMKM," katanya ketika ditemui di sela-sela seminar "Kesiapan UKM dalam Menghadapi ASEAN-Cina Free Trade Area (ACFTA) dan Free Trade Area Secara Umum" yang digelar Unpas di Hotel Grand Pasundan Kota Bandung, Rabu (19/5).

Menurut Nana, dengan semakin gencarnya produk asing masuk, terutama dari Cina,mau tidak mau pelaku UMKM di negara kita harus mampu bersaing dari segi kualitas. "Itu bisa dilakukan dengan peningkatan kualitas SDM dan penerapan teknologi," katanya. Sejauh ini, pemerintah memang terus memberikan pelatihan kepada pelaku UMKM. Namun, dengan keterbatasan yang ada, peran akademisi sangatlah diperlukan.

Senada dengan Nana, Rektor Unpas Didi Turmudzi mengatakan, kerja sama antara akademisi dan pemerintah dalam pembinaan UMKM masih sebatas konsep di atas kertas. "Dalam praktiknya sulit dilaksanakan karena keberpihakan pemerintah masih kurang," ujarnya. Kurangnya kebijakan yang benar-benar berpihak optimalisasi pembinaan UMKM oleh akademisi, tambah Didi, terjadi mulai dari pemerintah pusat.

Didi menegaskan, perguruan tinggi sebenarnya siap untuk membantu pembinaan UMKM jika ada kebijakan yang mendukung. "Bagaimanapun juga perguruan tinggi berkepentingan dalam pelaksanaan salah satu Tridarmanya, Pengabdian kepada Masyarakat. Saat ini UMKM tidak berdaya dan perguruan tinggi tidak diberdayakan," tuturnya

150 KUMKM Perempuan Ikuti Pameran di Senbik

Sedikitnya 150 Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) perempuan dari 26 kabupaten/kota di Jawa Barat (Jabar) akan ikut ambil bagian pada Pameran Produk KUMKM Perempuan. Kegiatan ini digelar bersamaan dengan Expo Pembiayaan yang melibatkan 50 lembaga keuangan.

Kegiatan yang digelar di Gedung Sentral Bisnis (Senbik) KUMKM Dinas KUMKM Provinsi Jawa Barat Jalan Soekarno-Hatta Bandung, 20-23 Mei itu akan dibuka oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) RI Syarifuddin Hasan, Kamis (20/5). Dijadwalkan hadir, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Ketua Tim Penggerak PPK Jabar Netty P. Heryawan.

Menurut Kepala Dinas KUMKM Jabar, Wawan Hemawan, saat ini perempuan semakin dominan, khususnya di bidang ekonomi kerakyatan. Hampir 40 persen pelaku UMKM di Indonesia, termasuk Jabar, diperankan oleh perempuan. Saat ini, katanya, separuh penduduk Jabar adalah perempuan. Artinya, ada 10 persen ruang bebas pengelolaan KUMKMyang masih harus diisi oleh perempuan. Apalagi, di sisi lain, perempuan terhitung lebih teliti dan cermat dalam mengelola usaha.

Pameran Produk KUMKM Perempuan ini, akan menampilkan berbagai produk olahan agribisnis, industri tekstil dan produk tekstil (TPT), kerajinan, batik, juga aksesori. Sementara itu, kegiatan Expo Pembiayaan rencananya akan digelar di lima kota, yaitu Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, Kab. Subang, dan Kota Bogor. Sedikitnya 250 lembaga keuangan dan 750 KUMKM ditargetkan akan mendapat pendampingan dan 2.000 KUMKM ditargetkan melakukan intermediasi

"Melalui kegiatan Expo Pembiayaan ini, kami memberikan kesempatan kepada masyarakat, khususnya KUMKM untuk mendapatkan informasi pembiayaan juga mengakses kepada lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank," ujarnya.

Selama ini, menurut dia, UMKM kerap mengeluhkan sulitnya menembus lembaga keuangan. "Diharapkan, kegiatan ini bisa menjembatani kedua belah pihak

Starapizza, Piza Unik Berbentuk Contong

Menakar tawaran kemitraan bisnis Starapizza dari Semarang
Kini lidah masyarakat Indonesia tak asing lagi dengan makanan piza (pizza). Santapan asal Italia ini punya banyak penggemar dari berbagai kalangan. Nah, terus bertambahnya penikmat penganan ini tentu ikut melebarkan peluang bisnis pizza. Meski gerainya menjamur dan pemain raksasa tak berhenti mengepakkan sayap, tak berarti tertutup kesempatan bagi pengusaha baru.

Tengoklah, Nurhadi. Warga Semarang ini membuka gerai Starapizza pada awal tahun ini. Di bawah bendera CV San Food Indonesia, dia telah memiliki dua cabang di ibukota Provinsi Jawa Tengah. Kendati bisnis ini terhitung baru hitungan bulan, Nurhadi menawarkan kemitraan sejak bulan April lalu. Kini, ia telah memiliki 10 mitra yang tersebar di beberapa daerah, seperti Jakarta dan Kalimantan. "Dalam waktu dekat, ada dua gerai baru lagi di Solo dan Malang," imbuhnya

Salah satu kunci sukses Nurhadi menggaet mitra adalah berani menawarkan pro duk piza yang unik. Lazimnya, piza berbentuk bulat datar dengan aneka topping di lapis atasnya. Bentuk piza ala Starapizza adalah cone, seperti contdng es krim cone. Lalu, lopping disusun rapi dalam kerucut cone tersebut. Selain itu, menurut Nurhadi, tidak seperti piza lain, topping Starapizza asli masakan Indonesia. "Hampir 95% bahan asli negeri sendiri," ujarnya

Selain produk yang unik, nilai investasi yang murah dan terjangkau menjadi keunggulan lainnya Memang, Nurhadi tidak mengadopsi konsep resto atau kafe yang butuh modal besar. Ia mendesainnya dalam bentuk booth atau gerobak dorong. Ditambah lagi, harga produk yang ditawarkan Starapizza relatif murah. Harga piza berukuran kecW berkisar Rp 3.000 hingga Rp 5.000. Sedangkan piza berukuran besar dibanderol antara Rp 5.000 hingga Rp 8.000.

Nurhadi menawarkan kemitraan dalam tiga paket. Paket pertama dengan nilai investasi sebesar Rp 5 juta, menggunakan konsep penjualan model booth. Paket kedua dengan nilai investasi sebesar Rp 7,5 juta, menggunakan model gerobak. Sedangkan, paket terakhir, yang menggunakan model booth lebih besar, dipatok seharga Rp 15 juta Untuk semua paket tersebut, mitra akan mendapat semua perlengkapan penjualan yang dibutuhkan. Mitra juga akan mendapat peralatan memasak, seperti kompor gas dan oven. "Jadi, mitra sudah siap untuk berjualan," kata Nurhadi.

Dalam kerjasama ini, mitra tidak dituntut untuk membayar biaya royalti kepada pe-mitra Kemitraan berlaku selama lima tahun. Setelah itu, mitra dapat memperpanjang kerjasama tanpa dipungut biaya sepeser pun. Mengenai bahan bakunya, Starapizza pusat akan menyediakan bahan baku roti sekaligus topping untuk mitra Jadi, mitra hanya perlu meracik di dalam roti cone dan memang-gangnya di dalam oven.

Nurhadi memperkirakan, mitra bisa meraup omzet sebesar Rp 250.000 per hari atau Rp 7,5 juta per bulan untuk paket pertama. Untuk paket kedua, omzet Rp 300.000 per hari atau Rp 9 juta per bulan. Margin keuntungan berkisar 50%. Pasalnya, harga pokok produksi per item sekitar 50%dari hargajual. Andre Rusi, mitra Starapizza di Jakarta, menilai, bisnis yang baru digelutinya sebulan ini punya prospek cerah. Produk unik dan rasanya enak.

Entri Populer