Suhada memulai bisnis madu liar pada 1990-an dengan modal relatif minim.
Madu Suhada ini bahkan sempat memiliki banyak permintaan dari Korea
bahkan Jerman. Bagaimana kisahnya? Dikatakan Suhada, saat dirinya
menempuh kuliah di Bandung, ia bekerja untuk membiayai hidupnya dengan
menjual madu hutan liar dari hutan Sulawesi (Bangka-Belitung). Saat
usinya 24 tahun, Suhada meretas bisnisnya dengan sistem pintu ke pintu,
dan masih dalam tahap sederhana.
Kisah menanjaknya bisnis madu
bermerek 'Madu Pahit Pelawan' ini adalah saat teman kuliah Suhada yaitu
penyair terkenal WS Rendra sakit. Suhada pun memberikan madu hutan
produknya kepada Rendra. Apa yang terjadi? Rendra pun sembuh dari
penyakitnya.
Ingin berbalas budi, Suhada pun mempromosikan madu hutan liarnya yang diperkenalkan Suhada. "Rendra menjadi
marketing gratis saat itu," jelas Suhada kepada
detikFinance awal bulan ini.
Madu
buatan Rendra pun mulai perlahan terkenal saat Rendra berkunjung ke
Eropa. Rendra mempromosikan madu hutan Suhada dan disambut hangat di
Jerman. Di Korea Selatan pun sama, Rendra terus mempromosikan madu hutan
Suhada.
Alhasil, datanglah pesanan 10 ton madu Suhada dari
Jerman dan 5 ton dari Korea Selatan. Harga madu dari Suhada saat itu
adalah Rp 75.000-120.000 per kg. "Tetapi karena pasokan madu yang
minim karena merajalelanya penebangan hutan di Sulawesi, maka
permintaan yang diharapkan oleh Jerman dan Korea tidak dapat dipenuhi,"
kenang Suhada.
Akhirnya Suhada frustasi di 1998, usaha madunya
tutup dan dia bahkan sampai beralih menjadi pedagang bakso dan perajin.
Lalu di 2002 dia menikah dengan sang istri yaitu Badriah dan beralih
profesi menjadi satpam di Kementerian Perhubungan dengan gaji Rp
300.000. Di sela-sela tugasnya menjadi satpam, Suhada membuka terapi
pijat. Kemudian di 2007, Suhada mencoba kembali membuka bisnis madunya.
Berbekal
modal pinjaman Rp 5 juta dan Rp 40 juta dari temannya, akhirnya bisnis
madu Suhada kembali buka. Pada tahun yang sama, Suhada mengurus label
untuk mengikuti berbagai pameran untuk mempromosikan madunya. Usahanya
pun berjalan lancar dan disambut baik oleh konsumen karena dia
mengggunakan madu asli dari hutan yaitu dari hutan Liar Indonesia.
Akhirnya
perkembangan itu mencapai puncak bisnisnya di 2010, bisnisnya melejit
dengan tajam. Aset dagang milik Suhada mencapai Rp 2,5 miliar dan di
2011 dia mendapatkan hak intelektual atas merek madunya yaitu "Madu
Pahit Pelawan". Selain itu Pak Suhada juga sebagai penyeleksi, penyalur
dan konsultan madu hutan liar indonesia.
"Madu hutan liar Suhada-Badriah 100 Persen Original dan Berkhasiat Obat," jelas Suhada.
Baginya
hidup adalah berdasarkan pada Al Quran dan hutan adalah sebuah tempat
yang memberinya keuntungan. Ada hal yang unik ketika dia membedakan madu
asli dengan madu tidak murni. "Madu asli jika ditempelkan ke lidah akan
menyerap ke lidah tersebut dan lari ke otak, sedangkan madu yang tidak
murni adalah jika diteteskan ke lidah, ia akan menyebar dan masuk ke
tenggorokan," jelas Suhada.
http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html
Sekarang harga madu Suhada dijual per 250 gram dengan berbagai jenis, yaitu: