12/01/2012
Untung dari Kertas Pelepah Pisang dan Daun
Kertas dari bahari baku limbah pepohonan bisa dijadikan produk kreatif bernilai tinggi. Ada yang menjadikannya kertas lembaran, ada pula yang dijadikan produk suvenir. Omzet usaha ini pun cukup legit.DI tangan-tangan kreatif, limbah pepohonan pun bisa disulap menjadi produk kertas daur ulang bernilaiekonomi tinggi. Hasil produk dari limbah itu pun semakin banyak variannya, mulai dari kotak pensil, tempat tisu, hingga kertas undangan.
Ambardi Nasution, salah satu orang yang menekuni usaha ramah lingkungan ini. Pemilik industri rumahan Bardyu itu telah menggeluti usaha kertas daur ulang sejak 2006. Semula ia hanya produksi kertas daur ulang berbahan berbahan koran bekas. "Namun saya inisiatif membuat kertas dari pelepah dan gedebok (batang) pisang," jelas dia
Setiap lembaran kertas daur ulang yang berasal dari koran bekas dibanderol Rp 1.000 per lembar. Berat kertas antara 70 gram hingga 100 gram. Ia menjual kertasdaur ulang berbahan baku pelepah dan gedebok pisang dengan harganya Rp 3.000 per lembar.
Menurutnya, permintaan akan produk berbahan kertas daur ulang ini terus meningkat. Terutama untuk pembuatan undangan dan kartu nama. Ambardi menjual kartu nama berbahan baku kulit pisang Rp 1.000 per lembar. Namun, pemesanan minimal harus 200 lembar. "Kalau untuk undangan harganya bervariasi dari Rp 5.000 hingga Rp 10.000, tergantung dengan ukurannya," imbuhnya.
Saat ini Ambardi mampu memproduksi dua kilogram bubur kertas sehari, baik dari balian baku pelepah pisang maupun koran bekas. Menurut dia, setiap sa(u kilo bubur kertas bisa menghasilkan 100 lembar kertas berukuran A4.
Dari hasil produksi kertas dan produk jadinya, Ambardi bisa memperoleh omzet puluhan juta rupiah. "Pemasukan kami bukan itu saja, kami membuat frame foto, kotak tisu, bahkan jasa pelatihan," ungkap Amsardi.
Nana, pemilik Jiro Production juga melihat peluang besar bisnis daur ulang kertas dari limbah pohon ini. Selain dari pelepah pisang, ia juga memakai balian baku dari daun mahoni dan daun kupu-kupu. "Saya buat jadi kaver undangan, kaver boks menaruh barang-barang bekas, alas gelas dan berbagai macam suvenir," ujar Nanan yang sudah menekuni usaha ini sejak 1996.
Nana menjual produk jadi kertas daur ulang itu berkisar Rp 2.000 per buah sampai Rp 90.000 per buah. "Yang jelas saya bisa jual 10.000 undangan perbulan. Pemintaan dari Jabodetabek," katanya Lain lagi dengan Adang Ganda Permana Pemilik Tigaka Paperworks ini hanya memproduksi lembaran kertas daur ulang bukan produk jadi. "Kebanyakan pembeli dari percetakan," kata dia
Ia mengaku bisa memproduksi 5.000 lembar kertas ukuran A4 dan A2 perbulan. Harganya Rp 4.000-Rp 8.000 per lembar. "Omzet saya sekitar Rp 60 juta per bulan," klaim dia
Kertas dari bahari baku limbah pepohonan bisa dijadikan produk kreatif bernilai tinggi. Ada yang menjadikannya kertas lembaran, ada pula yang dijadikan produk suvenir. Omzet usaha ini pun cukup legit.DI tangan-tangan kreatif, limbah pepohonan pun bisa disulap menjadi produk kertas daur ulang bernilaiekonomi tinggi. Hasil produk dari limbah itu pun semakin banyak variannya, mulai dari kotak pensil, tempat tisu, hingga kertas undangan.
Ambardi Nasution, salah satu orang yang menekuni usaha ramah lingkungan ini. Pemilik industri rumahan Bardyu itu telah menggeluti usaha kertas daur ulang sejak 2006. Semula ia hanya produksi kertas daur ulang berbahan berbahan koran bekas. "Namun saya inisiatif membuat kertas dari pelepah dan gedebok (batang) pisang," jelas dia
Setiap lembaran kertas daur ulang yang berasal dari koran bekas dibanderol Rp 1.000 per lembar. Berat kertas antara 70 gram hingga 100 gram. Ia menjual kertasdaur ulang berbahan baku pelepah dan gedebok pisang dengan harganya Rp 3.000 per lembar.
Menurutnya, permintaan akan produk berbahan kertas daur ulang ini terus meningkat. Terutama untuk pembuatan undangan dan kartu nama. Ambardi menjual kartu nama berbahan baku kulit pisang Rp 1.000 per lembar. Namun, pemesanan minimal harus 200 lembar. "Kalau untuk undangan harganya bervariasi dari Rp 5.000 hingga Rp 10.000, tergantung dengan ukurannya," imbuhnya.
Saat ini Ambardi mampu memproduksi dua kilogram bubur kertas sehari, baik dari balian baku pelepah pisang maupun koran bekas. Menurut dia, setiap sa(u kilo bubur kertas bisa menghasilkan 100 lembar kertas berukuran A4.
Dari hasil produksi kertas dan produk jadinya, Ambardi bisa memperoleh omzet puluhan juta rupiah. "Pemasukan kami bukan itu saja, kami membuat frame foto, kotak tisu, bahkan jasa pelatihan," ungkap Amsardi.
Nana, pemilik Jiro Production juga melihat peluang besar bisnis daur ulang kertas dari limbah pohon ini. Selain dari pelepah pisang, ia juga memakai balian baku dari daun mahoni dan daun kupu-kupu. "Saya buat jadi kaver undangan, kaver boks menaruh barang-barang bekas, alas gelas dan berbagai macam suvenir," ujar Nanan yang sudah menekuni usaha ini sejak 1996.
Nana menjual produk jadi kertas daur ulang itu berkisar Rp 2.000 per buah sampai Rp 90.000 per buah. "Yang jelas saya bisa jual 10.000 undangan perbulan. Pemintaan dari Jabodetabek," katanya Lain lagi dengan Adang Ganda Permana Pemilik Tigaka Paperworks ini hanya memproduksi lembaran kertas daur ulang bukan produk jadi. "Kebanyakan pembeli dari percetakan," kata dia
Ia mengaku bisa memproduksi 5.000 lembar kertas ukuran A4 dan A2 perbulan. Harganya Rp 4.000-Rp 8.000 per lembar. "Omzet saya sekitar Rp 60 juta per bulan," klaim dia
Sumber: Harian Kontan
Muhammad Yazid, Azis Husaini