26/01/2012
Social Enterpreneur
Berti, Sang Perintis Pasar Mantan TKI di Lampung
Berti Sarova, mantan TKI asal Labuhan Ratu, Lampung Timur sukses memberdayakan rekan-rekannya sesama mantan TKI. Berkat kerja kerasnya, ia berhasil mendorong mantan TKI memiliki usaha di negeri sendiri.
PERNAH bekerja di Taiwan sebagai tenaga kerja Indonesia atau TKI selama tahun 1999-2001, kini Berti Sarova dikenal sebagai perintis kemajuan Pasar Labuhan Ratu Api di Labuhan Ratu, Lampung Timur.
Di pasar seluas satu hektare tersebut berdiri 95 kios berukuran 3,5 x 7 meter.
Mayoritas pedagang dipasar ini merupakan mantan TKI. Lantaran didominasi pedagang eks TKI, "Sejak 2010 pasar berganti nama menjadi pasar rintisan mantan TKI," ujar Berti.Pasar rintisan mantan TKI ini berkembang berkat usaha Berti. Kisahnya bermula sejak ia berhenti menjadi TKI di tahun 2001. Saat itu, ia memutuskan untuk membeli sebuah kios di Pasar Labuhan Ratu. Kios itu digunakan untuk usaha wartel dengan modal Rp 25 juta.
"Kondisi pasar saat itu masih sangat sepi, desa tempat saya tinggal juga tidak berkembang," ujarnya
Seiring berjalannya waktu, Berli terus mengembangkan usahanya di pasar tersebut. Ia pun membeli beberapa kios lagi untuk menjalankan usaha lain. Hingga akhirnya tercetuslah ide mengajak para mantan TKI untuk ikut berjualan di pasar itu.
"Motivasi saya inginmemberdayakan mereka agar punya usaha di negeri sendiri," terangnya. Di Lampung Timur sendiri terdapat sekitar 1.500 keluarga yang menjadi TKI. Namun, butuh proses lama untuk meyakinkan para mantan TKI agar mau beralih profesi menjadi pedagang.
Maklum, sebagian besar dari mereka sudah terbiasa menjadi TKI dan menerima gaji bulanan. "Tapi saya tidak putus asa," kata Berti.Ia gencar melakukan penyuluhan dan pendampingan. Di tahun 2001, upayanya itu mulai membuahkan hasil. Sebagian dari TKI sudah mulai mau berjualan di pasar. Hingga saat ini, terdapat 60 kios milik mantan TKI di pasar tersebut.
Kios-kios tersebut menyediakan berbagai macam kebutuhan, seperti sembako, sayuran, aksesori motor, hingga produk kerajinan. "Kalau omzet toko saya sendiri bisa Rp 500 juta per bulan," ujarnya. Demi kelangsungan usaha para koleganya sesama mantan TKI, Berti berinisiatif mendirikan koperasi simpan . pinjam Serba Usaha Mandiri di tahun 2009.
Tujuan pendirian koperasi ini untuk membantu pedagang yang kekurangan modal. Dengan adanya koperasi, mereka bisaterhindar dari jerat rentenir. "Saat ini anggotanya sudah 5.000 orang," ucapnya. Awalnya, dana yang dikelola koperasi hanya Rp 8,5 juta perbulan. Dan kini, dana kelolaannya mencapai Rp 85 juta perbulan. "Jadi setiap anggota bisa meminjam modal antara Rp 5 juta-Rp 10 juta dengan bunga 1% per bulan," ungkapnya.
Berti Sarova, mantan TKI asal Labuhan Ratu, Lampung Timur sukses memberdayakan rekan-rekannya sesama mantan TKI. Berkat kerja kerasnya, ia berhasil mendorong mantan TKI memiliki usaha di negeri sendiri.
PERNAH bekerja di Taiwan sebagai tenaga kerja Indonesia atau TKI selama tahun 1999-2001, kini Berti Sarova dikenal sebagai perintis kemajuan Pasar Labuhan Ratu Api di Labuhan Ratu, Lampung Timur.
Di pasar seluas satu hektare tersebut berdiri 95 kios berukuran 3,5 x 7 meter.
Mayoritas pedagang dipasar ini merupakan mantan TKI. Lantaran didominasi pedagang eks TKI, "Sejak 2010 pasar berganti nama menjadi pasar rintisan mantan TKI," ujar Berti.Pasar rintisan mantan TKI ini berkembang berkat usaha Berti. Kisahnya bermula sejak ia berhenti menjadi TKI di tahun 2001. Saat itu, ia memutuskan untuk membeli sebuah kios di Pasar Labuhan Ratu. Kios itu digunakan untuk usaha wartel dengan modal Rp 25 juta.
"Kondisi pasar saat itu masih sangat sepi, desa tempat saya tinggal juga tidak berkembang," ujarnya
Seiring berjalannya waktu, Berli terus mengembangkan usahanya di pasar tersebut. Ia pun membeli beberapa kios lagi untuk menjalankan usaha lain. Hingga akhirnya tercetuslah ide mengajak para mantan TKI untuk ikut berjualan di pasar itu.
"Motivasi saya inginmemberdayakan mereka agar punya usaha di negeri sendiri," terangnya. Di Lampung Timur sendiri terdapat sekitar 1.500 keluarga yang menjadi TKI. Namun, butuh proses lama untuk meyakinkan para mantan TKI agar mau beralih profesi menjadi pedagang.
Maklum, sebagian besar dari mereka sudah terbiasa menjadi TKI dan menerima gaji bulanan. "Tapi saya tidak putus asa," kata Berti.Ia gencar melakukan penyuluhan dan pendampingan. Di tahun 2001, upayanya itu mulai membuahkan hasil. Sebagian dari TKI sudah mulai mau berjualan di pasar. Hingga saat ini, terdapat 60 kios milik mantan TKI di pasar tersebut.
Kios-kios tersebut menyediakan berbagai macam kebutuhan, seperti sembako, sayuran, aksesori motor, hingga produk kerajinan. "Kalau omzet toko saya sendiri bisa Rp 500 juta per bulan," ujarnya. Demi kelangsungan usaha para koleganya sesama mantan TKI, Berti berinisiatif mendirikan koperasi simpan . pinjam Serba Usaha Mandiri di tahun 2009.
Tujuan pendirian koperasi ini untuk membantu pedagang yang kekurangan modal. Dengan adanya koperasi, mereka bisaterhindar dari jerat rentenir. "Saat ini anggotanya sudah 5.000 orang," ucapnya. Awalnya, dana yang dikelola koperasi hanya Rp 8,5 juta perbulan. Dan kini, dana kelolaannya mencapai Rp 85 juta perbulan. "Jadi setiap anggota bisa meminjam modal antara Rp 5 juta-Rp 10 juta dengan bunga 1% per bulan," ungkapnya.
Sumber : Harian Kontan
Fahriyadi