2/11/2011
Dulu Kurir, Kini Buka 100.000 Toko
Dengan modal awal dana hasil meminjam kepada atasan, kini Hengky
Setiawan berhasil menjadi atasan dalam bisnis di dunia telekomunikasi.
Kini ia sudah menjadi CEO Telesindo Shop.Hengky menceritakan,
awalnya dia berkecimpung di dunia telekomunikasi dengan memberanikan
diri jual beli ponsel bekas dengan modal pinjaman. "Tahun 1987 (saya)
jadi kurir (di toko sparepart mobil). (Selama) tahun 1989-1990, saya
memberanikan diri pinjam dari bos (sebesar) Rp 5 juta, (padahal) gaji
cuma Rp 75.000. Pinjam duit Rp 5 juta, bos pun kaget," tutur Hengky
kepada Kompas.com, di Jakarta, pertengahan bulan Juli lalu.
Ia mengaku kepada bosnya bahwa uang tersebut akan dibelikan handphone bekas. Kemudian ia mengecat ulang casing
ponsel tersebut di bengkel mobil tempat dia bekerja. Alhasil, handphone
tersebut laku seharga Rp 7 juta, atau lebih dari uang yang dipinjam
dari bos-nya.
Dalam mempertahankan bisnisnya ini, ia pun kembali
berutang kepada bos-nya tersebut hingga beberapa kali. Selain itu, demi
memuluskan penjualan handphone tersebut, ia juga mengiklankan di koran.
Itulah
sekelumit perjuangan Hengky yang sekarang sudah menjadi CEO salah satu
perusahaan yang berkecimpung di dunia telekomunikasi Indonesia.
Pemain tiga zaman
Berdasarkan
tahun, ia memang telah berkecimpung di bisnis selular minimal dua
dasawarsa. Oleh sebab itu, ia pun turut mengalami transisi produk
handphone, mulai dari mulai dari NMT (Nordic Mobile Telephone), AMPS
(teknologi 1G), dan GSM (teknologi 2G). "Jadi, saya sudah pemain tiga
jaman," tambah dia.
Bahkan sebenarnya, kalau dilihat perkembangan
teknologi saat ini, ia malah telah berada di generasi ketiga dari
handphone dengan teknologi 3G-nya. Eksistensinya dalam industri ini
tentu tidak dijalaninya dengan mulus. Seiring dengan karakteristik
industri ini yang terus mengalami perubahan teknologi, ia pun
membutuhkan dana tambahan untuk mengembangkan usahanya.
Meminjam
uang cukup sering dilakukan oleh ayah dengan empat putera ini. Berutang
tidak hanya dilakukannya kepada orang lain, orang tua (ibu) pun juga
termasuk pihak yang dimintai bantuan dana olehnya. Pinjaman dana kepada
ibunya, yang berprofesi sebagai penjahit, tidak serta merta mudah
diberikan. Uang diberikan dalam jumlah bertahap dan berbunga. Ia
mengaku, bunga tetap dikenakan, karena pada dasarnya ia meminjam untuk
modal bisnisnya.
Pinjaman pun pernah ia layangkan kepada bank,
khususnya saat ia telah bekerja sama dengan Telkomsel. "Makin hari makin
gede (dana yang dibutuhkan). Sudah nggak punya duit lagi, kurang,
pinjam ruko, suratnya diagunin ke Bank BCA. Beli ruko dulu Rp 250 juta.
Bank nggak percaya kita, (akhirnya) kita cuma dikasih Rp 50 juta doang,
(atau) dikasih setengahnya," ujarnya.
Sekitar tahun 1991, atau
eranya AMPS, pola binis yang ia lakukan yaitu berjualan nomor telepon,
selain handphone. Baru selang beberapa tahun setelahnya, era GSM pun
dimulai dengan kehadiran Satelindo. Dengan perusahaan inilah, ia pernah
mengalami pahitnya bisnis di industri yang berkaitan erat dengan
teknologi ini.
Tepatnya, tahun 1996, ia mendaftarkan diri untuk
menjadi dealer resmi Satelindo, dengan nama Satelindo Direct. Waktu itu,
ia bersama dengan temannya sebagai mitra, harus mengeluarkan uang
senilai Rp 1 miliar untuk mengambil barang.
Ia pun harus membayar subsidi handset sebesar
Rp 350.000 per buah. Ternyata, subsidi tidak kunjung dibayarkan. Ia pun
harus menanggung kerugian yang tidak sedikit. Dari kerugian tersebut,
harta yang tersisa hanya 20 toko yang akhirnya dibagi rata dengan
mitranya itu.
Setelah itu, ia pun bekerja sama dengan Telkomsel,
tepatnya pada tahun 1997. Pada saat itulah, Telesindo Shop akhirnya
berdiri. Menurutnya, saat itu, produk Telkomsel cukup meledak di
pasaran. Harga sebuah nomor bisa mencapai Rp 1 juta. Padahal modalnya
hanya Rp 250.000. Dengan keuntungan dari penjualan nomor ini, ia pun
terus mengembangkan usahanya dengan menambah tokonya.
Ia
mengemukakan ketika Singtel (perusahaan telekomunikasi Singapura) masuk
ke dalam Telkomsel, ada perkembangan yang positif yang dihasilkan.
Menurutnya, keberadaan Singtel yang membawa pengetahuan mendorong
Telesindo untuk berani mempeluas cabang atau gerainya. "Dia (Singtel)
ngajarin kita jemput bola. Dia bilang, siapa mau buka 50 gerai, (lalu)
saya buka 100 gerai. (Lalu dia bilang) siapa mau buka 100 gerai, (maka)
saya buka 200 gerai. Nah itu, saya selalu berbuat lebih dari kompetisi,"
tuturnya yang mengaku strategi ini sebenarnya telah ia lakukan sejak
dulu.
Setelah sukses bekerja sama dengan Telkomsel dengan lima tahun berturut-turut terpilih sebagai best distributor sejak tahun 2006, ia pun mulai masuk ke penjualan handphone buatan
Cina pada tahun 2008, yang akhirnya menghasilkan TiPhone (PT Tiphone
Mobile Indonesia). Ini merupakan merek handphone ciptaannya sendiri
dengan supplier barangnya berasal dari Cina.
Sempat mengalami
penjualan yang kurang sukses pada awalnya, kini TiPhone bisa berada di
top 5 merek handphone di Indonesia dari 143 yang teregister. Apa yang
membuatnya melaju begitu cepat? Ia pun menjawab, keyakinan!
Ke
depannya, Hengky berusaha untuk bertahan di bisnis seluler ini.
Mengingat pangsanya masih besar ke depannya. "Telekomunikasi ini lima
tahun ke depan masih bagus, (seperti) Singapura (Singtel) sudah mature,
(jadi) kunci mereka tumbuh adalah inovasi," tuturnya yang menyebutkan
pasar yang sudah tumbuh secara maksimal pun masih bisa berkembang,
seperti halnya Singapura dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit
ketimbang Indonesia.
Terhadap mulai terbukanya pasar di internal
ASEAN pada tahun 2015, ia mengatakan tidak akan takut terhadap
persaingan dengan pelaku usaha asing. "Nggak (takut). Indonesia ini market yang paling luas, paling besar, dibanding Singapura dan Malaysia," tambah dia.
Sebagai salah satu strateginya, ia menyebutkan, "Kita akan mengikuti market pasar. (Jika) sekarang trennya android dan smartphone (maka) kita ikut. Kalau trennya low-end atau
masuk handphone dengan kisaran harga Rp 200.000, (ya) kita ikut. Balik
lagi kelima pilar itu," ujarnya yang akan tetap fokus di dunia
telekomunikasi ini sembari membuka peluang usaha di bidang lain seperti
properti.
Apa itu lima pilar yang katanya sebagai kunci sukses
usahanya? Ia mengaku ada lima pilar yang menjadi kunci kesuksesan
karirnya. "Memang saya punya prinsip satu adalah keyakinan saya. Pilar
kedua adalah harus komit, (diantaranya) komit kepada service center kita,
marketing, (hingga) cabang. Pilar ketiga adalah fokus, (pilar) ke-empat
adalah inovasi. Kalau kita sudah mentok sini, kita harus inovasi lagi,
supaya jangan kita stuck, lima adalah hasilnya," ungkapnya.
Keyakinan
baginya teramat penting khususnya dalam memulai usaha. Kalau tidak
yakin, lanjut dia, pelaku usaha pun tidak akan sukses. Bahkan, ia
mengaku tidak pernah mendapat bekal pendidikan terkait dunia
telekomunikasi. "Pendidikan? Nggak ada. Saya selalu belajar baca-baca
majalah begini. Kapan saya bisa jadi orang hebat kayak gini, masuk dalam
majalah Forbes (dan sejenisnya)," sebutnya.
Lima pilar ini pun
tidak hanya ia terapkan pada bisnis atau pekerjaannya. Pilar-pilar
tersebut juga diterapkan saat ia menjalani hobinya yang mengkoleksi
mobil sedan Mercedes Benz. Alhasil, ia pun berhasil mengkoleksi sejumlah
piala dalam perlombaan level nasional. "Jadi beli mobil Mercedes yang
cuma Rp 10 juta (dengan kondisi) hancur. Kita bangun lagi sampai
sempurna, kayak baru, kayak pabriknya. Nah, itulah komitmen kita," tutur
dia.
Dengan pilar tersebut, hobinya pun dapat dijadikan bisnis
juga. Ia menyebutkan, ada selisih harga yang cukup jauh ketika membeli
mobil tua dengan harga murah kemudian diperbaiki, dengan harga mobil
yang dibeli baru dari toko. Kelima pilar ini pun mengantarkannya
meraih berbagai penghargaan. "Terakhir, saya juga baru dapat dari Kompas
Group, lifetime achievement. itu suatu kebanggaan buat saya," ungkap dia.
Tidak
hanya itu, ia juga mendapatkan penghargaan sebagai 10 toko yang
berpengaruh di Indonesia pada tahun 2009, dari majalah Techlife. Untuk
itu, ia berkeyakinan untuk terus mengembangkan penjualannya. "Kita
harus mengembangkan reseller-reseller kita. Hari ini reseller kita
masing-masing sudah mempunyai reseller binaan ya, toko-toko. Kita sudah
100.000 toko. akhir-akhir tahun ini kita 300.000," sebut dia, yang juga
menyebutkan gerai-gerainya telah tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Target
tahun 2012, ia mengaku akan membuka lebih dari 1.000 gerai. Bahkan,
ia pun berencana akan melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada bulan
Desember ini. IPO dilakukan demi memperbesar usahanya. "(Bulan)
Desember inilah kita sudah go-public. Bulan depanlah kita daftar ke Bapepam-LK, Kita hitung rasio audit kita dulu," kata dia.
Selain
ini, ia juga berencana mengakuisisi perusahaan sejenis. Namun, ia belum
dapat detailnya seperti apa. Target pribadi lainnya, ia berharap bisa
masuk dalam top 10 CEO yang dikeluarkan oleh sebuah majalah dan
konsultan riset terkenal dalam waktu terdekat ini. Sebelumnya, ia
berhasil masuk dalam jajaran 20 besar dengan berada di posisi ke-19.
Posisinya pun melonjak menjadi peringkat ke-11 pada tahun 2010.
Sebagai
tambahan kunci kesuksesan, ia pun menyebutkan kebiasaan bangun pagi
juga penentu keberhasilan. Kini, hal ini diterapkan bagi keempat
anaknya, termasuk kepada anaknya yang masih berusia di bawah lima tahun.
Sumber : Harian Kompas