" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Raih Sukses Berkat Mesin Pemotong Batu

Raih Sukses Berkat Mesin Pemotong Batu

21/10/2011
Raih Sukses Berkat Mesin Pemotong Batu
Inspirasi Sudomo

Sudomo sempat patah semangat dalam mengelola usaha batu alam. Bahkan dia sempat alih usaha ke peternakan bebek dan pembuatan limun. Namun kedua usaha itu kandas di tengah jalan. Sudomo pun gantui usaha penyewaan truk. Dari sinilah, Sudomo menemukan pembuat mesin pemoptong batu yang mengubah nasib Sudomo.

MENITI usaha dari penambang batu, kemudian menjadi juragan batu alam bukanlah semudah membalik telapak tangan. Sudomo atau Domo mengungkapkan bahwa usaha ini dulu sempat dia tinggalkan. Domo memilih "berselingkuh" ke usaha lain, yang akhirnya berujung pada kegagalan.

Pria berusia 61 tahun ini mengenang, ketika mengalihkan usaha batu lemplek awal tahun 1980-an, saal itu, pasar batu lemplek di Majalengka kalah bersaing dengan ubin keramik. Apalagi batu templek milik Domo masih dikerjakan secara manual dengan hasil yang tidak simetris.

Sepinya pasar batu templek, jelas membuat Domo tak tahan. Dia pun mencoba usaha peternakan bebek dan pembuatan limun. Tapi, kedua usaha itu layu sebelum berkembang. Domo tak menyerah. Dia kemudian melirik usaha jasa penyewaan truk. Truk itu dibeli secara kredit tahun 1980-an," kata Toto Suharto, anak kedua dari Domo.

Dengan truk itu, Domo menerima jasa angkutan batu alam ke Jakarta dan Bandung dan kota lainnya Karena sering keluar kota, Domo bisa menyaksikan perusahaan-perusahaan pengolah batu di Jakarta sudah menggunakan mesin.

Hasil pemotongan batu dengan mesin itu benar-benar membuat takjub Domo. Dia melihat, batu templek hasil potongan mesin itu benar-benar simetris dengan ukuran yang seragam.

Domo melihat peluang di sini. Karena belum mampu membeli mesin pemotong, dia membawa batu mentah dari Majalengka ke pemotongan batu di Jakarta. Hasilnya, "Saya jual ke pedagang batu di sekitar Jakarta," kenang Domo.

Sukses mendapatkan pelanggan di Jakarta, secara berlahan Domo menambah produksinya Namun lama kelamaan, dia merasa lelah bolak-balik membawa batu ke Jakarta, Domo memutuskan membeli mesin pemotong batu sendiri.

Begitu usai memugar gubug yang bakal dia jadikan pabrik, tak tanggung-tanggung, Domo langsung membeli lima unit mesin pemotong batu manual senilai Rp 10 juta per unit. "Bapak kami adalah orang pertama di Majalengka yang menggunakan mesin pemotong batu," kata Toto, anak Domo.

Setelah mesin bekerja, Domo memperkenalkan batu templek yang simetris itu Majalengka. Senyampang dengan itu, Domo makin giat melayani permintaan batu templek untuk pasar Jakarta.

Tentu saja, batu templek potongan mesin ini jelas lebih unggul dibanding batu templek potongan tangan. Karena ukurannya yang simetris, baru lemplek buatan Domo itu banyak yang suka. Secara bertalian, pesanan balu templek milik Domo kembali meningkat.

Domo pun kian bersemang-fat. Bahkan, agar semua pesanan terlayani, Domomemutuskan untuk menambah lagi mesin pemotong batu itu. Hingga kini Domo sudah memiliki 17 unit mesin pemotong batu. Untuk operasional mesin itu, Domo

Sudomomemperkenalkan mesin pemotong . batu di Majalengka.mempekerjakan sebanyak -10 orang karyawan.Dengan karyawan sebanyak itu, Domo pun berhasil meningkatkan produksi sehingga mampu melayani pesanan partai besar. Ia juga semakin rajin ko Jakarta untuk memasarkan batu templek itu kepada pedagang atau kepada kontraktor bangunan.

Bahkan, batu templek buatan Domo sudah ada yang tertempel di dinding tugu Monumen Nasional (Monas). "Ada kontraktor yang memesan ribuan meter kubik batu templek untuk tugu Monas," ujar Domo. Karena kian popluer membuat banyak pihak tertarik dengan bisnis Domo. Tahun 2000 lalu, Domo bertemu dengan pengusaha batu templek asal Malaysia Dia sempat diajak ke Malaysia untuk menyaksikan mesin pemotongan batu terbaru. "Awalnya menawarkan mesin pemotong, tapi ujungnya minta kerjasama," kata Domo yang menolak tawaran itu.

Menurut Domo tawaran kerjasama itu hanya mengu-tungkan sepihak saja. "Sementara saya ingin mandiri karena itu pesan dari orangtua," ungkapnya Orang tua Domo juga berpesan untuk tidak berhutang dalam menjalankan bisnis. "Kebiasaan berhutang membuat hidup tidak tenang," jelas Domo.

Sumber : Harian Kontan
Hafid Fuad (Majalengka)

Entri Populer