19/08/2011
Lebaran adalah Masa Panen Penjualan Cokelat
Naiknya kebutuhan cokelat saat lebaran membuat produsen coklat di dalam negeri banjir pesanan. Bahkan, ada produsen coklat yang mengalami kenaikan pesanan hingga empat kali lipat. Omzet produsen coklat itupun naik dari Rp 15 juta menjadi Rp 60 juta.
COKELAT adalah kudapan sf mua orang. Tak hanya orang Indian atau orang bule saja yang gemar cokelat Orang Indonesia semakin menggemari cokelat.Apalagi menjelang Lebaran seperti sekarang ini, konsumsi cokelat pun melambung tinggi, entah itu dibeli sebagai kudapan unluk tetamu Lebaran nanti atau sekadar pengisi bingkisan atau parsel Lebaran .
Itulah sebabnya, saat Ramadan dan Lebaran adalah masa panen raya bagi produsen cokelat, baik itu produsen kelas rumah tangga hingga kelas pabrikan. Bahkan, beberapa produsen mengaku mendapat order pesanan cokelat hingga empat kali lipat dibanding hari-hari biasa.
Seperti yang dialami Ismed Ismail, pemilik merek Cokelat Mentari di Bekasi, Jawa Barat. Menjelang Lebaran tahun ini, pesanan cokelatnya naik hingga mencapai 400%. "Selain hari Valentine dan Natal, hari raya Idul Fitri menjadi dambaan penjualan kami,"kata Ismed
Kenaikan permintaan cokelat itu ndak hanya datang dari sekitar Bekasi saja, tapi juga datang dari seluruh Indonesia Maklum, Ismed juga melayani pemesanan lewat dunia maya. "Kenaikan permintaan cokelat Lebaran tahun ini sama dengan tahun lalu," terang Ismed.
Kenaikan pesanan cokelat tentu ikut mendongkrak omzet Ismed. Kalau biasanya cuma Rp 10juta-Rp 15 juta, kini menjadi Rp 60 juta di bulan Ramadan. Kenaikan omzet datang dari pejualan tiga jenis cokelat yakni prttiinc, lollypop, dan edible.
Dari tiga jenis itu, Ismed memiliki unggulan yaitu cokelat edibU ( nkelat ini unggul karena bentuknya bisa dipesan sesuai keinginan, termasuk pesanan berupa foto. "Foto itu terbuat dari cokelat sehingga bisa dimakan," kata Ismed yang kini juga memproduksi cokelat berbentuk uang kertas.
Untuk satu pesanan cokelat edible itu, Ismed membanderol seharga Rpl.....10-Rp L00.000, tergantungukuran dan tingkat kerumitan pembuatan.Sementara ltarga cotelal Uillt/pop dijual hanya Rp 4.000 per bungkus. Sedangkiui cokelat jenis praline dyual Rp30.000-RpSO.000 per Stories dengan aneka rasa seperti kacang mete, stroberi, dan durian. Dari seluruh omzet bulanan, Ismed bisa mematok laba hingga 60%.
Kenaikan omzet juga dirasakan Wulan, produsen cokelat di Pondok Kelapa, Jakarta Timur Kenaikan permintaan cokelat bisa mencapai lebih dari dua kali lipat ketimbang hari biasa, terang Wulan yang membuka usaha pembuatan okelal sejak 2008 silam.
Sampai pertengahan Ramadhan, Wulan sudah meraih omzet Rp 13,6 juta Pendapatan sebesar Itu hasil penjualan 300 Btoples mkelat seharga Rp 35.000-Rp 45.000 per stoples. Target saya, omzet bisa Rp IK juta hingga Ramadh;ui berakhir," kata Wulan. Di hari-hari biasa, omzet Wulan cuma Rp 8 juta bulan.
Naiknya kebutuhan cokelat saat lebaran membuat produsen coklat di dalam negeri banjir pesanan. Bahkan, ada produsen coklat yang mengalami kenaikan pesanan hingga empat kali lipat. Omzet produsen coklat itupun naik dari Rp 15 juta menjadi Rp 60 juta.
COKELAT adalah kudapan sf mua orang. Tak hanya orang Indian atau orang bule saja yang gemar cokelat Orang Indonesia semakin menggemari cokelat.Apalagi menjelang Lebaran seperti sekarang ini, konsumsi cokelat pun melambung tinggi, entah itu dibeli sebagai kudapan unluk tetamu Lebaran nanti atau sekadar pengisi bingkisan atau parsel Lebaran .
Itulah sebabnya, saat Ramadan dan Lebaran adalah masa panen raya bagi produsen cokelat, baik itu produsen kelas rumah tangga hingga kelas pabrikan. Bahkan, beberapa produsen mengaku mendapat order pesanan cokelat hingga empat kali lipat dibanding hari-hari biasa.
Seperti yang dialami Ismed Ismail, pemilik merek Cokelat Mentari di Bekasi, Jawa Barat. Menjelang Lebaran tahun ini, pesanan cokelatnya naik hingga mencapai 400%. "Selain hari Valentine dan Natal, hari raya Idul Fitri menjadi dambaan penjualan kami,"kata Ismed
Kenaikan permintaan cokelat itu ndak hanya datang dari sekitar Bekasi saja, tapi juga datang dari seluruh Indonesia Maklum, Ismed juga melayani pemesanan lewat dunia maya. "Kenaikan permintaan cokelat Lebaran tahun ini sama dengan tahun lalu," terang Ismed.
Kenaikan pesanan cokelat tentu ikut mendongkrak omzet Ismed. Kalau biasanya cuma Rp 10juta-Rp 15 juta, kini menjadi Rp 60 juta di bulan Ramadan. Kenaikan omzet datang dari pejualan tiga jenis cokelat yakni prttiinc, lollypop, dan edible.
Dari tiga jenis itu, Ismed memiliki unggulan yaitu cokelat edibU ( nkelat ini unggul karena bentuknya bisa dipesan sesuai keinginan, termasuk pesanan berupa foto. "Foto itu terbuat dari cokelat sehingga bisa dimakan," kata Ismed yang kini juga memproduksi cokelat berbentuk uang kertas.
Untuk satu pesanan cokelat edible itu, Ismed membanderol seharga Rpl.....10-Rp L00.000, tergantungukuran dan tingkat kerumitan pembuatan.Sementara ltarga cotelal Uillt/pop dijual hanya Rp 4.000 per bungkus. Sedangkiui cokelat jenis praline dyual Rp30.000-RpSO.000 per Stories dengan aneka rasa seperti kacang mete, stroberi, dan durian. Dari seluruh omzet bulanan, Ismed bisa mematok laba hingga 60%.
Kenaikan omzet juga dirasakan Wulan, produsen cokelat di Pondok Kelapa, Jakarta Timur Kenaikan permintaan cokelat bisa mencapai lebih dari dua kali lipat ketimbang hari biasa, terang Wulan yang membuka usaha pembuatan okelal sejak 2008 silam.
Sampai pertengahan Ramadhan, Wulan sudah meraih omzet Rp 13,6 juta Pendapatan sebesar Itu hasil penjualan 300 Btoples mkelat seharga Rp 35.000-Rp 45.000 per stoples. Target saya, omzet bisa Rp IK juta hingga Ramadh;ui berakhir," kata Wulan. Di hari-hari biasa, omzet Wulan cuma Rp 8 juta bulan.
Sumber : Harian Kontan
Fahriyadi,Bambang Rakhmanto