07/19/2011
Perlu Strategi Jitu Menangkan Persaingan
Jumlah toko onderdil dan bengkel di Auto Parts, Depok, terus bertambah. Pedagang pun dibuat semakin pusing. Maklum, selain harus bersaing dengan toko sejenis di sentra itu, pedagang juga harus bersaing dengan toko onderdil dan bengkel serupa di wilayah Depok lainnya.
BERDIRI sejak tahun 1998, pedagang onderdil dan aksesori otomotif yang ada di Auto Parts Depok datang silih berganti. Di saat awal berdiri, di sentra ini hanya ada 20 toko dan bengkel. Jumlah Itu terus bertambah, sehingga sekarang sudah mencapai 133 toko serta bengkel. "Jumlah pedagang naik sehingga persaingan makin ketat," keluh Topik, pemilik bengkel Surya Gemilang.
Akibat ketatnya persaingan, tidak semua pedagang dan pebengkel di sentra ini mampu bertahan. Mereka harus mengeluarkan ekstra usaha agar tidak gulung tikar atau setidaknya tidak merugi. "Jika ada yang gulung tikar, biasanya tak berapa lama sudah ada penggantinya," ujar pria berusia 62 tahun ini.
Semula, Topik melihat tutupnya toko pesaing ini sebagai peluang untukmengembangkan usaha. Bahkan, untuk itu, dia merasa perlu mempunyai dua toko lagi di situ dengan tujuan untuk memperluas pasar. Sayangnya, strategi ekspansi yang dijalankan Topik itu gagal total. Boro-boro bisnisnya berkembang, justru omzetnya yang malah tergerus habis.
Hingga akhirnya. Topik pun tak tahan dan menjual dua toko barunya itu lantaran biaya operasional dan omzet sudah tak bisa menghasilkan untung. Bahkan untuk membendung kerugian, Topik pun terpaksa merumahkan enam teknisinya. "Kini tinggal satu," ujar pemilik bengkel spesialis kaki-kaki mobil ini.
Sejatinya, para pedagang di sentra Auto Parts ini tak hanya bersaing dengan sesama pedagang di sil n namun juga bersaing dengan para pemilik bengkel dan pedagang onderdil di Depok yang tumbuh bak jamur dimusim hujan.
Makin banyaknya pesaing, tentu membuat Topik kian berat untuk mendapatkan pelanggan baru. Namun Topik masih beruntung lantaran pelanggan lamanya masih setia datang ke bengkelnya. Diajuga masih bersyukur, meski omzetnya kini tinggal Rp 6 juta atau Rp 7 juta per bulan.
Dengan omzet hanya sebesar itu, tentu berat bagi Topik untuk "memainkan" harga onderdil, misalnya dengan memberi diskon. Satu-satunya cara untuk bertahan kini tinggal memberikan pelayanan maksimal. Sedangkan Dewi, pemilik toko onderdil mobil Mega Mas Variasi memilih menurunkan harga untuk bisa bersaing. Dengan langkah ini, toko Dewi bisa bertahan. Dia mengaku, tak hanya memiliki pelanggan setia, banyak juga pelanggan baru yang datang ke tokonya. Hal inilah yang membuat Dewiyakin untuk terus bertalian di Ramanda Auto Parts. "Saya bermain di harga, Iebih murah dibandingkan tempat lain," katanya berpromosi.
Menurutnya, strategi harga ini cukup efektif menaikkan laba Walau margin yang didapatkan sedikit, orang tertarik membeli. Tak heran jika tiap bulan Dewi bisa mengantongi keuntungan hingga Rp 20 juta.
Menurut Thalib, pemilik Kencana Variasi, ketatnya persaingan membuat pedagang pionir di sentra ini terus merosot. Kalau awal buka jumlah pedagang sebanyak 20 kini tinggal separo! inya. "Sisanya sudah pada gulung tikar," katanya.
Pedagang tidak bisa bertalian karena tidak mampu menyiasati penurunan omzet s;iat kondisi sepi. I ntuk itulah variasi jenis usaha dan produk harus dilakukan untuk bertahan.
Jumlah toko onderdil dan bengkel di Auto Parts, Depok, terus bertambah. Pedagang pun dibuat semakin pusing. Maklum, selain harus bersaing dengan toko sejenis di sentra itu, pedagang juga harus bersaing dengan toko onderdil dan bengkel serupa di wilayah Depok lainnya.
BERDIRI sejak tahun 1998, pedagang onderdil dan aksesori otomotif yang ada di Auto Parts Depok datang silih berganti. Di saat awal berdiri, di sentra ini hanya ada 20 toko dan bengkel. Jumlah Itu terus bertambah, sehingga sekarang sudah mencapai 133 toko serta bengkel. "Jumlah pedagang naik sehingga persaingan makin ketat," keluh Topik, pemilik bengkel Surya Gemilang.
Akibat ketatnya persaingan, tidak semua pedagang dan pebengkel di sentra ini mampu bertahan. Mereka harus mengeluarkan ekstra usaha agar tidak gulung tikar atau setidaknya tidak merugi. "Jika ada yang gulung tikar, biasanya tak berapa lama sudah ada penggantinya," ujar pria berusia 62 tahun ini.
Semula, Topik melihat tutupnya toko pesaing ini sebagai peluang untukmengembangkan usaha. Bahkan, untuk itu, dia merasa perlu mempunyai dua toko lagi di situ dengan tujuan untuk memperluas pasar. Sayangnya, strategi ekspansi yang dijalankan Topik itu gagal total. Boro-boro bisnisnya berkembang, justru omzetnya yang malah tergerus habis.
Hingga akhirnya. Topik pun tak tahan dan menjual dua toko barunya itu lantaran biaya operasional dan omzet sudah tak bisa menghasilkan untung. Bahkan untuk membendung kerugian, Topik pun terpaksa merumahkan enam teknisinya. "Kini tinggal satu," ujar pemilik bengkel spesialis kaki-kaki mobil ini.
Sejatinya, para pedagang di sentra Auto Parts ini tak hanya bersaing dengan sesama pedagang di sil n namun juga bersaing dengan para pemilik bengkel dan pedagang onderdil di Depok yang tumbuh bak jamur dimusim hujan.
Makin banyaknya pesaing, tentu membuat Topik kian berat untuk mendapatkan pelanggan baru. Namun Topik masih beruntung lantaran pelanggan lamanya masih setia datang ke bengkelnya. Diajuga masih bersyukur, meski omzetnya kini tinggal Rp 6 juta atau Rp 7 juta per bulan.
Dengan omzet hanya sebesar itu, tentu berat bagi Topik untuk "memainkan" harga onderdil, misalnya dengan memberi diskon. Satu-satunya cara untuk bertahan kini tinggal memberikan pelayanan maksimal. Sedangkan Dewi, pemilik toko onderdil mobil Mega Mas Variasi memilih menurunkan harga untuk bisa bersaing. Dengan langkah ini, toko Dewi bisa bertahan. Dia mengaku, tak hanya memiliki pelanggan setia, banyak juga pelanggan baru yang datang ke tokonya. Hal inilah yang membuat Dewiyakin untuk terus bertalian di Ramanda Auto Parts. "Saya bermain di harga, Iebih murah dibandingkan tempat lain," katanya berpromosi.
Menurutnya, strategi harga ini cukup efektif menaikkan laba Walau margin yang didapatkan sedikit, orang tertarik membeli. Tak heran jika tiap bulan Dewi bisa mengantongi keuntungan hingga Rp 20 juta.
Menurut Thalib, pemilik Kencana Variasi, ketatnya persaingan membuat pedagang pionir di sentra ini terus merosot. Kalau awal buka jumlah pedagang sebanyak 20 kini tinggal separo! inya. "Sisanya sudah pada gulung tikar," katanya.
Pedagang tidak bisa bertalian karena tidak mampu menyiasati penurunan omzet s;iat kondisi sepi. I ntuk itulah variasi jenis usaha dan produk harus dilakukan untuk bertahan.
Sumber : Harian Kontan
Bambang Rakhmanto
Bambang Rakhmanto