>>>>>Insya Allah, Laba Tergelar dari Lembaran Karpet Masjid
Bambang Rakhmanto Fahriyadi Bulan Ramadan tak lama lagi tiba. Jelang bulan suci itu, banyak pengurus masjid mulai menyiapkan tempat ibadah yang nyaman. Banyak dari mereka yang mengganti karpet lama yang ada di masjid dengan karpet baru. Inilah saatnya bagi produsen karpet menuai berkah yang berlipat.
MENYAMBUT datangnya bulan suci Ramadan, banyak pengurus masjid yang mulai berbenah. Mereka berupaya untuk menyediakan tempat ibadah yang nyaman bagi pengunjung masjid.
Selain sibuk membersihkan masjid dengan cara mengecat masjid, banyak pula pengurus masjid yang menambah sajadah, tikar hingga karpet demi mengantisipasi lonjakan umat muslim yang akan datang beribadah. Bahkan, tak sedikit pula pengurus masjid yang mengganti sajadah, karpet yang usang dengan yang baru.
Jelang Ramadhan seperti sekarang, banyak produsen karpet mengaku kewalahan memenuhi permintaan konsumen. Salah satunya Heru Purnomo pemilik Higen Jaya Karpet. Produsen sekaligus penjual karpet untuk masjid di Bekasi, Jawa Barat mengatakan, permintaan karpet untuk masjid naik 50% ketimbang hari biasa.
Kenaikan permintaan sudah pasti diiringi dengan kenaikan omzet bagi Heru. Bila sebelumnya Heru mampu membentang karper dengan omzet Rp 100 juta-Rp 200 juta tiap bulan, pada saat jelang Ramadhan naik menjadi Rp 300 juta-Rp 500 juta per bulan.
Heru yang pernah menjualkarpet untuk Masjid Raya Banten ini mengaku tak berani mengambil untung banyak untuk pembelian karpet masjid. Biasanya, ia menjual karpet untuk masjid seharga antara Rp 350.000-Rp 500.000 per meter.
Dengan harga yang menurut Heru terbilang miring, ia mengaku mendapat banyak pelanggan. Namanya juga sudah sohor di kalangan pengurus masjid di Sumatera, Kalimantan hingga Sulawesi. "Hampir seluruh Indonesia sudah memesan karpet ke saya," klaim Heru yang berbisnis karpet sejak tahun 2005. Apalagi, Heru juga membebaskan pelanggan untuk memilih model, ukuran dan desain sendiri sesuai dengan kebutuhannya.
Menurut Heru, murah atau mahalnya harga karpet sejatinya ditentukan oleh kualitas bahan dan cara pembuatannya. Karpet dengan bahan berkualitas tinggi dan dibuat tangan, harganya sudah pasti mahal. Karpet bikinan pabrik sudah pasti lebih murah. Biasanya, karpet cetakan ini dijual dalam ukuran meterr "Jadi, kalau dananya terbatas, lebih baik membeli yang meteran, ujarnya
Kenaikan permintaan karpet untuk masjid juga dirasakan oleh Tanjung Satya
Pambudi, pemilik Trista Karpet yang juga ada di Bekasi. Sebulan belakangan, Tanjung sudah mendapat pesanan pembuatan karpet masjid sebanyak 3.500 rn2. "Kenaikan pesanan sudah mulai sejak Juni lalu," kata Tanjung yang dulu hanya memproduksi karpet untuk pesanan hotel saja
Karpet buatan Tanjung terdiri dari berbagai motif dan ukuran yang bisa disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Pria yang sudah mendirikan usaha pembuatan karpet sejak tahun 2007 ini menyediakan berbagai bahan pembuatan karpet, antara lain kain sintetis atau akrilik dan wol asli yang berasal dari hewan.
Harga masing-masing bahan karpet itu adalah Rp 500.000 per meter untuk akrilik dan Rp 700.000 untuk karpet dengan bahan wol. "Cuma yang laris yang karpet berbahan akrilik," ujar Taruung yang banyak memiliki pelanggan pengurus masjid di Pulau Jawa
Saat menjelang bulan puasa seperti sekarang, omzet Tanjung bisa mencapai Rp 500 juta sebulan. Biasanya, ia hanya mengantongi omzet Rp 100 juta-Rp 200 juta. "Pasar jelang Ramadhan memang besar," ujar pria berusia 31 tahun ini.
Bambang Rakhmanto Fahriyadi Bulan Ramadan tak lama lagi tiba. Jelang bulan suci itu, banyak pengurus masjid mulai menyiapkan tempat ibadah yang nyaman. Banyak dari mereka yang mengganti karpet lama yang ada di masjid dengan karpet baru. Inilah saatnya bagi produsen karpet menuai berkah yang berlipat.
MENYAMBUT datangnya bulan suci Ramadan, banyak pengurus masjid yang mulai berbenah. Mereka berupaya untuk menyediakan tempat ibadah yang nyaman bagi pengunjung masjid.
Selain sibuk membersihkan masjid dengan cara mengecat masjid, banyak pula pengurus masjid yang menambah sajadah, tikar hingga karpet demi mengantisipasi lonjakan umat muslim yang akan datang beribadah. Bahkan, tak sedikit pula pengurus masjid yang mengganti sajadah, karpet yang usang dengan yang baru.
Jelang Ramadhan seperti sekarang, banyak produsen karpet mengaku kewalahan memenuhi permintaan konsumen. Salah satunya Heru Purnomo pemilik Higen Jaya Karpet. Produsen sekaligus penjual karpet untuk masjid di Bekasi, Jawa Barat mengatakan, permintaan karpet untuk masjid naik 50% ketimbang hari biasa.
Kenaikan permintaan sudah pasti diiringi dengan kenaikan omzet bagi Heru. Bila sebelumnya Heru mampu membentang karper dengan omzet Rp 100 juta-Rp 200 juta tiap bulan, pada saat jelang Ramadhan naik menjadi Rp 300 juta-Rp 500 juta per bulan.
Heru yang pernah menjualkarpet untuk Masjid Raya Banten ini mengaku tak berani mengambil untung banyak untuk pembelian karpet masjid. Biasanya, ia menjual karpet untuk masjid seharga antara Rp 350.000-Rp 500.000 per meter.
Dengan harga yang menurut Heru terbilang miring, ia mengaku mendapat banyak pelanggan. Namanya juga sudah sohor di kalangan pengurus masjid di Sumatera, Kalimantan hingga Sulawesi. "Hampir seluruh Indonesia sudah memesan karpet ke saya," klaim Heru yang berbisnis karpet sejak tahun 2005. Apalagi, Heru juga membebaskan pelanggan untuk memilih model, ukuran dan desain sendiri sesuai dengan kebutuhannya.
Menurut Heru, murah atau mahalnya harga karpet sejatinya ditentukan oleh kualitas bahan dan cara pembuatannya. Karpet dengan bahan berkualitas tinggi dan dibuat tangan, harganya sudah pasti mahal. Karpet bikinan pabrik sudah pasti lebih murah. Biasanya, karpet cetakan ini dijual dalam ukuran meterr "Jadi, kalau dananya terbatas, lebih baik membeli yang meteran, ujarnya
Kenaikan permintaan karpet untuk masjid juga dirasakan oleh Tanjung Satya
Pambudi, pemilik Trista Karpet yang juga ada di Bekasi. Sebulan belakangan, Tanjung sudah mendapat pesanan pembuatan karpet masjid sebanyak 3.500 rn2. "Kenaikan pesanan sudah mulai sejak Juni lalu," kata Tanjung yang dulu hanya memproduksi karpet untuk pesanan hotel saja
Karpet buatan Tanjung terdiri dari berbagai motif dan ukuran yang bisa disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Pria yang sudah mendirikan usaha pembuatan karpet sejak tahun 2007 ini menyediakan berbagai bahan pembuatan karpet, antara lain kain sintetis atau akrilik dan wol asli yang berasal dari hewan.
Harga masing-masing bahan karpet itu adalah Rp 500.000 per meter untuk akrilik dan Rp 700.000 untuk karpet dengan bahan wol. "Cuma yang laris yang karpet berbahan akrilik," ujar Taruung yang banyak memiliki pelanggan pengurus masjid di Pulau Jawa
Saat menjelang bulan puasa seperti sekarang, omzet Tanjung bisa mencapai Rp 500 juta sebulan. Biasanya, ia hanya mengantongi omzet Rp 100 juta-Rp 200 juta. "Pasar jelang Ramadhan memang besar," ujar pria berusia 31 tahun ini.
Sumber : Harian Kontan