" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Jimmy Afaar Membangun Kemandirian dengan Batik

Jimmy Afaar Membangun Kemandirian dengan Batik


>>>>>Jimmy Afaar Membangun Kemandirian dengan Batik

Batik tidak pernah hanya berupa selembar kain bermotif. Seperti sebuah buku sejarah, kain putih yang ditutup malam itu tidak hanya menyuguhkan kisah, dongeng, atau legenda. Batik sejatinya merekam sejarah sebuah komunitas, pandangan, serta cara hidup mereka.

Karena itu, khalayak mengenal batik lasem dengan ciri khasnya yang berwarna terang serta beraneka motif, seperti bunga, burung, dan kupu-kupu. Motif maupun warna pada batik lasem bisa dikatakan mencirikan perumpaan dan pengaruh China di daerah Lasem, Jawa Tengah.

Sedangkan motif gurdo atau garuda, kawung, parang rusak, pisan bali, dan nitikan adalah motif-motif pada kain batik yang secara umum dikenal sebagai khas Yogyakarta dan Surakarta. Setiap daerah yang menghasilkan batik umumnya selalu me-milQd ciri khas masing-masing sesuai dengan sejarah masyarakatnya. Ini juga berlaku pada batik pekalongan, batik tuban, maupun batik madura.

Seiring dengan semakin populernya batik, motif-motif ciri khas dari berbagai daerah itu pun sering kali dimodifikasi oleh para pembuat atau pembatiknya Meski dengan sentuhan kreatif yang baru, motif-motif yang dimodifikasi tersebut biasanya tetap mempertahankan ciri khas motif aslinya.

Motif asli pada sehelai kain batik tetap dipertahankan, umumnya karena si pembatik "menghormati" nilai-nilai yang ada dalam motif tir - sebut, seperti keluhuran, kemuliaan, serta derajat atau pangkat Gagasan itu pula yang mendorong Jimmy Afaar dalam memulai industri kreatif membuat batik di Jayapura, Papua. Sesuai lokasi pembuatannya, batik ini pun mengadopsi motif-motif yang dekat dengan kehidupan masyarakat Papua.

"Saya ingin memelihara goresan asli yang ditinggalkan leluhur kami," kata Jimmy yang pernah bekerja sebagai asisten desainer di Jakarta Dibantu oleh kerabatnya, Ohee Gusty, Jimmy mulai mengumpulkan berbagai motif khas yang ada di daerah Papua. Motif yang dia ambil antara lain berasal dari ukiran pada tangkai pengaduk papeda (penganan yang dibuat dari tepung sagu) sampai berbagai motif ukiran pada perahu.

Selain mengambil motif-motif dari ukiran kayu, Jimmy juga mengambil motif hewan seperti penyu dan ikan. Dia juga mengambil fouw atau motif lingkaran khas Sentani yang melambangkan sifat komunal, kekerabatan.

Motif tifa (alat musik khas Papua) pun digambarkan dengan corak sesuai masing-masing wilayah. Misalnya, dot (titik) untuk tifa Asmat, fouw untuk tifa Sentani, dan ornamen wajah untuk tifa Asmat "Kami juga tidak sembarang, asal menggambar tifa. Tetapi, benar-benar kami sesuaikan dengan motif aslinya," katanya.

Untuk menghormati warisan leluhur pula. Jimmy tidak sembarangandalam mengambu motif-motif di berbagai benda yang selama int dekat dengan kehidupan masyarakat Papua Dia bercerita sejak dulu orang Papua tidak akan menggunakan motif tertentu secara sembarangan.

"Kalau kami salah, orang bisa minta denda entah itu dengan menggunakan babi, manik-manik, atau batu karena persoalan tersebut," katanya

Motif dan makna

Tahun 2006 adalah masa di mana batik papua mulai muncul dan dikenal orang. Selanjutnya pada 2007 produk tersebut telah menjadi tren dan ikon bagi warga lokal di Papua Toko-toko batik pun kemudian bermunculan. Namun, nyaris semua batik papua tersebut dikerjakan di Pulau Jawa, terutama di kawasan Pekalongan dan Surakarta

Meskipun telah menggunakan gambar burung cenderawasih. tifa, atau anak panah, motif-motif tersebut dinilainya tidak sepenuhnya mencirikan kekhasan masyarakat Papua

"Gerigi pada mata anak panah, mi-salnya, jumlahnya digambar secara sembarang. Demikian juga dengan banyaknya motif anak panah yang dibuat Padahal, jumlah mata anak panah itu ada maknanya Ini antara lain berkaitan dengan jumlah fam (seperti marga) dalam satu suku di Papua" paparnya

Prihatin dengan kondisi tersebut, pada 2007 Jimmy memulai usahanya Lulusan Akademi Perdagangan Medan, Sumatera Utara itu ingin agar karakter-karakter khas yang tersirat dalam masing-masing motif khas Papua dapat dilestarikan. Hal itu di-mungkinkan lewat pembuatan batik papua "Agar sejarah itu dapat terus hidup. Ini penting karena itu merupakan bagian dari harkat dan martabat hidup masyarakat Papua" kata lulusan Sekolah Teknik Menengah Jayapura tersebut

Dengan cara otodidak, dia mulai mempelajari teknik pembuatan batik. Untuk mengasah kemampuannya membuat batik. Jimmy belajar sampai ke daerah Kauman, Pekalongan. Setelah merasa cukup mampu menyerap teknik pembuatan batik di salah satu pusat pembatikan Pulau Jawa itu, dia kembali ke Jayapura

Modal pertamanya adalah 16 lembar kain. Perlahan-lahan Jimmy meniti usaha itu tanpa sepeser pun dana bantuan dari pemerintah.

"Kalau kita mengharapkan dana Otonomi Khusus atau Rencana Strategis Pembangunan Kampung, itu ibarat lagu lama Kami harus belajar mandiri, memulai dari diri sendiri. Apalagi mengingat kondisi pemerintah sekarang ini," kata Jimmy yangmenamakan produknya Batik Port Numbay itu.

Membagi ilmu

Jimmy kemudian berupaya membagikan ilmunya kepada warga lain. Awalnya ia mengajak orang-orang di lingkungan keluarga lalu ilmu mem-batiknya perlahan-lahan menyebar. Bukan hanya ibu-ibu yang belajar membatik, melainkan juga para remaja.

Di teras rumah Jimmy, mereka mem.llm motif yang dikembangkan Ohee Gusty dari berbagai ikon tradisional. Gambar itu lalu ditutup malam yang ditorehkan dengan canting. Perlahan pula usahanya membuahkan hasil.
Beberapa kali Jimmy menggelar pameran. Bahkan, rumah batiknya ditunjuk mewakili Papua sebagai peserta Expo Produk Ekspor Unggulan di Jakarta pada 2010.

Keahlian membatik yang sudah dia tularkan itu juga menghadirkan lapangan pekerjaan baru, terutama bagi para ibu. Mereka tidak perlu lagi memesan batik papua ke Pulau Jawa Bagi Jimmy, antusiasme masyarakat Papua belajar membatik memberinya kebahagiaan tersendiri.

Motivasi untuk berkarya dan antusiasme itu membuat dia kian bersemangat meski dengan modal terbatas. Jimmy tak mau meminjam kepada bank karena hal itu dianggapnya justru menyerap energi kreatif. Ia tidak mau kehilangan kreativitas hanya karena memikirkan cara melunasi pinjaman.

"Karena seni dan kesenimanan sesungguhnya tidak diukur dari besarnya rupiah," kata Jimmy. Lebih dari itu, kekayaan kisah, legenda nilai-nilai, dan sejarah Papua tetap terpelihara

Sumber : Koran  Kompas

Entri Populer