>>>>Bangga Menjadi Pencipta Batik Khas Bogor
Untuk mendirikanTradisiku, Siswaya harus menguras kantongnya. Ia melego mobil dan rumahnya, bahkan hingga meminjam uang kerabatnya untuk mengumpulkan modal sebesar Rp 400 juta. Namun, upayanya itu tidak sia-sia. Terbukti, sebuah galeri batik bogor Tradisiku berdiri di tanah Bogor sejak tiga tahun lalu.
DI tahun ketiga berdirinya usaha batik khas Bogor ini, Siswaya tetap memelihara mimpi untuk membesarkan TVadisiku. "Saya berani mengorbankan harta benda, karena saya yakin bisnis batik bogor ini ke depannya bakal Bagus," tuturnya
Dari total modal Rp 400 juta, sebanyak Rp 50 juta ia gunakan untuk biaya transportasi dan kehidupan empat orang pembatik Yogya yang menjadi korban gempa bumi. Keempat pembatik itu dia bawa ke Bogor. Adapun, sisa modal, dia gunakan membeli perlengkapan membatik serta biaya rekrutmen pembatik.
Sejak Tradisiku berdiri awal Januari 2008, sampai saat ini, modal awal Siswaya belum kembali. Tapi, dia tidak putus asa Pengalaman mempertahankan hidup secara mandiri sejak muda membuatnya kuat.
Dua puluh lima tahun silam, Siswaya muda berangkat sendirian dari Sleman ke Bogor. Ia baru putus kuliah dari Universitas Sebelas Maret. "Saya tidak selesai karena faktor biaya Orang-tua saya meninggal," kata Siswaya Sebagai anak pertama dari lima bersaudara dan lelaki satu-satunya, Siswaya sadar dia harus mencari biaya hidup keempat adiknya Di Bogor, ia tinggal di rumah sanak-saudara dan bekerja secara serabutan.
Hingga akhirnya, Siswaya punya modal untuk membangun usaha kos-kosan di Cibuluh, Bogor. Sayangnya,usahanya bangkrut lantaran penghuni kos yang kebanyakan pegawai suatu perusahaan terkena PHK.
Lantas, Siswaya pun beralih pada usaha warung telepon (wartel). Lantaran kepemilikan telepon seluler makin meluas, usaha wartel pun makin meredup. "Saya kemudian membuka usaha konter handphone di beberapa tempat. Tapi, tak bertahan lama juga," ujarnya
Gempa yang melanda Yogyakarta pada tahun 2006 justru membuka jalan bagi Siswaya untuk mewujudkan mimpinya. Ia membawa empat pembatik ke Bogor.Setelah lima tahun berlalu, kini ia telah menggandeng 25 pembatik di Tradisiku. Para pembatik memproduksi batik tulis, cap, dan printing. "Printing itu bukan batik sebenarnya Batik cuma ada dua jenis, tulis dan cap. Karena keduanya dibuat pakai canting dan malam," kata Siswaya
Namun, meski printing tidak termasuk batik yang sebenarnya, hasil produksi terbesar Tradisiku justru berasal dari produk batik printing. Dalam sehari, Tradisiku mampu membuat 200 meter batik printing. "Mungkin karena lebih murah dibanding cap dan tulis maka printing lebih laku," Siswaya beralasan.
Selain printing, batik cap juga menjadi juara Dalam satu hari, ia menghasilkan 25 helai kain batik cap jadi. Seei-ap helai mempunyai panjang dua meter hingga 2,5 meter dan lebar 115 cm. Siswaya mengklaim, batik pri nl ing dan cap buatannya unggulkarena pakai bahan pewarna yang bagus.
Sementara itu, batik tulis tak bisa diukur pasti hasil produksinya Sebab, lama pembuatan batik tulis tergantung kerumitan motif
Dinas-dinaspemerintahan dansekolah di Bogorsudah memakaibatik Tradisikudan pewarnaan. Sebulan rata-rata TVadisiku menghasilkan 15 lembar batik tulis yang dikerjakan dua pembatik.Siswaya pun tidak kesulitan memasarkan batik bogor. Masyarakat di Bogor antusias menerimakarya kontemporer itu. "Dinas-dinas dan sekolah-sekolah di Bogor sudah pakai batik Tradisiku. Ini jadi semacam pengakuan buat saya," ungkap bapak dua anak ini.
Di sela-sela mengurusproduksi batik, Siswaya juga membuka wisata pelatihan membatik. Ia menyediakan beberapa paket pelatihan dengan kisaran harga Rp 35.000 hingga Rp 100.000.Setiap paket dibedakan dari jumlah pewarnaan dan bahan. Dari usaha produksi barik dan wisata pelatihan membatik, Siswaya memperoleh pendapatan yang lumayan besar. Sebulan ia bisa menghasilkan omzet Rp 100 juta hingga Rp 160 juta
Ia beranggapan usaha Tradisiku ini masih berkembang. Ia yakin usahanya akan terkenal dan terus membesar. "Kalau saya ukur 1 sampai 10, usaha saya sekarang ada di angka 6," kata lelaki 50 tahun ini. Di posisi ini saja Siswaya sudah berkenalan dengan banyak pejabat. Ia senang kala para pembesar negeri ini berkomentar mengenai batik bogor Tradisiku. "Saya bangga akan usaha ini," ujarnya
Sumber : Harian Kontan
Untuk mendirikanTradisiku, Siswaya harus menguras kantongnya. Ia melego mobil dan rumahnya, bahkan hingga meminjam uang kerabatnya untuk mengumpulkan modal sebesar Rp 400 juta. Namun, upayanya itu tidak sia-sia. Terbukti, sebuah galeri batik bogor Tradisiku berdiri di tanah Bogor sejak tiga tahun lalu.
DI tahun ketiga berdirinya usaha batik khas Bogor ini, Siswaya tetap memelihara mimpi untuk membesarkan TVadisiku. "Saya berani mengorbankan harta benda, karena saya yakin bisnis batik bogor ini ke depannya bakal Bagus," tuturnya
Dari total modal Rp 400 juta, sebanyak Rp 50 juta ia gunakan untuk biaya transportasi dan kehidupan empat orang pembatik Yogya yang menjadi korban gempa bumi. Keempat pembatik itu dia bawa ke Bogor. Adapun, sisa modal, dia gunakan membeli perlengkapan membatik serta biaya rekrutmen pembatik.
Sejak Tradisiku berdiri awal Januari 2008, sampai saat ini, modal awal Siswaya belum kembali. Tapi, dia tidak putus asa Pengalaman mempertahankan hidup secara mandiri sejak muda membuatnya kuat.
Dua puluh lima tahun silam, Siswaya muda berangkat sendirian dari Sleman ke Bogor. Ia baru putus kuliah dari Universitas Sebelas Maret. "Saya tidak selesai karena faktor biaya Orang-tua saya meninggal," kata Siswaya Sebagai anak pertama dari lima bersaudara dan lelaki satu-satunya, Siswaya sadar dia harus mencari biaya hidup keempat adiknya Di Bogor, ia tinggal di rumah sanak-saudara dan bekerja secara serabutan.
Hingga akhirnya, Siswaya punya modal untuk membangun usaha kos-kosan di Cibuluh, Bogor. Sayangnya,usahanya bangkrut lantaran penghuni kos yang kebanyakan pegawai suatu perusahaan terkena PHK.
Lantas, Siswaya pun beralih pada usaha warung telepon (wartel). Lantaran kepemilikan telepon seluler makin meluas, usaha wartel pun makin meredup. "Saya kemudian membuka usaha konter handphone di beberapa tempat. Tapi, tak bertahan lama juga," ujarnya
Gempa yang melanda Yogyakarta pada tahun 2006 justru membuka jalan bagi Siswaya untuk mewujudkan mimpinya. Ia membawa empat pembatik ke Bogor.Setelah lima tahun berlalu, kini ia telah menggandeng 25 pembatik di Tradisiku. Para pembatik memproduksi batik tulis, cap, dan printing. "Printing itu bukan batik sebenarnya Batik cuma ada dua jenis, tulis dan cap. Karena keduanya dibuat pakai canting dan malam," kata Siswaya
Namun, meski printing tidak termasuk batik yang sebenarnya, hasil produksi terbesar Tradisiku justru berasal dari produk batik printing. Dalam sehari, Tradisiku mampu membuat 200 meter batik printing. "Mungkin karena lebih murah dibanding cap dan tulis maka printing lebih laku," Siswaya beralasan.
Selain printing, batik cap juga menjadi juara Dalam satu hari, ia menghasilkan 25 helai kain batik cap jadi. Seei-ap helai mempunyai panjang dua meter hingga 2,5 meter dan lebar 115 cm. Siswaya mengklaim, batik pri nl ing dan cap buatannya unggulkarena pakai bahan pewarna yang bagus.
Sementara itu, batik tulis tak bisa diukur pasti hasil produksinya Sebab, lama pembuatan batik tulis tergantung kerumitan motif
Dinas-dinaspemerintahan dansekolah di Bogorsudah memakaibatik Tradisikudan pewarnaan. Sebulan rata-rata TVadisiku menghasilkan 15 lembar batik tulis yang dikerjakan dua pembatik.Siswaya pun tidak kesulitan memasarkan batik bogor. Masyarakat di Bogor antusias menerimakarya kontemporer itu. "Dinas-dinas dan sekolah-sekolah di Bogor sudah pakai batik Tradisiku. Ini jadi semacam pengakuan buat saya," ungkap bapak dua anak ini.
Di sela-sela mengurusproduksi batik, Siswaya juga membuka wisata pelatihan membatik. Ia menyediakan beberapa paket pelatihan dengan kisaran harga Rp 35.000 hingga Rp 100.000.Setiap paket dibedakan dari jumlah pewarnaan dan bahan. Dari usaha produksi barik dan wisata pelatihan membatik, Siswaya memperoleh pendapatan yang lumayan besar. Sebulan ia bisa menghasilkan omzet Rp 100 juta hingga Rp 160 juta
Ia beranggapan usaha Tradisiku ini masih berkembang. Ia yakin usahanya akan terkenal dan terus membesar. "Kalau saya ukur 1 sampai 10, usaha saya sekarang ada di angka 6," kata lelaki 50 tahun ini. Di posisi ini saja Siswaya sudah berkenalan dengan banyak pejabat. Ia senang kala para pembesar negeri ini berkomentar mengenai batik bogor Tradisiku. "Saya bangga akan usaha ini," ujarnya
Sumber : Harian Kontan
Gloria Natalia