" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Banjir Pesanan Kelom ke Kampung Gobras

Banjir Pesanan Kelom ke Kampung Gobras


>>>>>Banjir Pesanan Kelom ke Kampung Gobras

Pasar kelom tak lekang oleh zaman. Buktinya, pesanan dari Jakarta, Bogor, Surabaya, dan Tasikmalaya terus membanjiri perajin di kampung Gobras. Para perajin mendulang omzet besar. Mereka bisa mengantongi omzet puluhan juta rupiah dari si alas kaki geulis ini.

KELOM sedang naik daun. Itu yang dirasakan para perajin Kampung Gobras. Cecep Nurdin bilang sejak akhir tahun lalu, permintaan kelom yang datang kepadanya meningkat. Selama empat tahun membuka usaha, ia merasakan pesanan kelom semakin tinggi. "Prospeknya sekarang ini bagus. Meledak sejak November-Desember tahun lalu," kata Cecep, 40 tahun. Sekarang ini saja, Cecep dan pegawainya mampu memproduksi 300 bungkusan kelom per hari.

Mereka bekerja sepanjang pekan dan libur hanya di hari Jumat. Sebulan, usaha Cecep menghasilkan sekitar 7.200 pasang. Ia menjual Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per kodi. Hitung punya hitung, Cecep mengantongi omzet Rp 72 juta per bulan.

Mumu, pemilik kelom Primadona, juga merasakanmanisnya bisnis kelom. Mengawali usaha pada 1982 dengan hanya lima pegawai, sekarang Mumu sudah mempekerjakan 25 orang. Saban minggu, lelaki asli Tasikmalaya ini bisa mengirim beratus-ratus kelom setengah jadi ke sebuah perusahaan sepatu-dan sandal di Jakarta.

Mumu rutin memasok 500 pasang per pekan dengan harga Rp 300.000 per kodi. Ia pun memasok ke tiga perusahaan alas kaki lain yang menjadi pelanggannya. Usaha Mumu kian berkembang. Bila di awal usaha ia baru buka satu bengkel; saat ini ia sudah punya lima bengkel. Tahun 2002, saya bisa bikin pesanan dari Italia. Jumlah pesanannya 300.000 pasang. Saya jual Rp 12.500 per pasang," kenang Mumu.

Pesanan itu tak lantas dikerjakannya dalam satu waktu. Ia memilih rutinmengirim 20.000 kelom setengah jadi pesanan Italia tiap bulan. Saat itu, Mumu mengerahkan 50 pekerja.

Sekarang, Mumu berkonsentrasi mengirim 500 pasang kelom ke .Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bandung tiap pekan. Itu di luar pesanan dari empat perusahaan sepatu dan sandal di Jakarta. Harga jualnya Rp 15.000 hingga Rp 33.000 per pasang. "Ke depan saya lihat prospek kelom masih bagus. Apalagi kelom dipandang sebagai bagian budaya Tasikmalaya," kata Mumu. Mumu bercita-cita membangun sebuah toko kelom di Kota Tasikmalaya

Toha yang sejak 1956 buka usaha kelom, punya lingkup konsumen sendiri buat kelom-kelomnya "Saya memasarkan kelom di Tasikmalaya dan Rajapolah. Itu yang rutin." tutur Toha Pesanan lain datang dari Bogor, Jakarta, Surabaya,dan Bandung. Toha menjual 12.000 pasang kelom sebulan.

Toha memasang harga Rp 80.000 sampai Rp 100.000 per kodi. Dengan asumsi terendah, Toha bisa mengantongi omzet Rp 48 juta sebulan. Omzet itu belum termasuk penjualan tampah kelom untuk rei uat ik ke Kelurahan Sambongjaya, Tasikmalaya Di sana, tampah remaiik yang belum siap pakai itu dipasangi bulatan-bulatan kayu.

Omzet besar juga menghampiri pengukir kelom. Tengok saja Abdul Rozak. Lelaki yang akrab disapa Nono ini mampu mengukir satu kodi kelom per pekan. Nono menjual kelom berukir burung merak Rp 900.000 per kodi dan kelom berukir naga Rp 1,2 juta per kodi. Dengan penjualan empat kodi kelom ukir per bulan, Nono meraup omzet Rp 3,6 juta

Sumber : Harian Kontan
Gloria Natalia


Entri Populer