" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Termasyhur sebagai Pusat Kain Impor

Termasyhur sebagai Pusat Kain Impor


>>>>>>>Termasyhur sebagai Pusat Kain Impor


I eputasi Pasar Mayestik sebagai susat kain tak diragukan lagi. Pelbagai jenis kain lokal dan impor mudah ditemukan di toko atau pedagang eceran di sini. Tidak hanya masyarakat lokal yang sibuk memilih kain, turis asing pun sering terlihat asyik memilih kain di sana. Mereka banyak memburu kain impor negeri tetangga.

KAIN impor rupanya memiliki daya tarik tinggi bagi pembeli kain di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan. Makanya, banyak pemilik toko yang memenuhi dagangannya dengan kain impor ketimbang kain lokal.

Salah satunya Manuhargas Timkadas, pemilik toko kain Ratu Busana Ia menyediakan berbagai kain impor di tokonya. "Kain impor seperti dari Korea Hong Kong. Jepang, dan Irfdia juga lebih bagus ketimbang kain lokal." katanya

Kualitas kain impor yang relatif lebih baik menjadi pertimbangan pembeli kain. Dari pewarnaan, tampilan kain impor juga lebih bagus. "Motifnya juga lebih beragam karena dicetak dan terkesan eksklusif," jelas pria yang juga memiliki toko kain di Pasar Baru ini.

Jenis kain impor favorit adalah katun Jepang yang harganya Rp 125.000 per meter. Kemudian, printed silk c\ffon seharga Rp 200.000 per meter asal Korea, teh ite bordir cotton Rp 150.000 dan voille motif seharga Rp 150.000 dari China Jepang dan India Begitu pula dengan kain brokat impor, yang harganya Rp 450.000 per meter.

Padahal, baik kain impor maupun lokal sama-sama berbahan katun. Ida yang tengah asyik berbelanja kain di Ratu Busana pun menuturkan, selain lebih awet, biasanya warna kain impor tak cepat pudar biarpun dicuci berkali-kali. Ida memilih kain katun Jepang karena cocok untuk dibuat semacam blouse.

Tidak hanya Ida turis asing yang tengah berbelanja kain di Pasar Mayestik juga terlihat menenteng beberapa kain impor. Siti Aisyah, turis asal Negeri Jiran yangberpakaian gamis, mengaku lebih menyukai kain berbahan lembut. "Biasanya saya membeli kain yang permukaan kainnya halus sehingga mudah dibentuk," ujarnya

Manuhargas mengaku kewalahan dalam mendatangkan kain impor dari Jepang. Sebelum tsunami di Jepang. Manuhargas rutin memesan puluhan peti kain katun dari Jepang tiap bulan. Sekarang ini, ia tak lagi memesan kain katun Jepang.

Ia khawatir akan kualitas kain Jepang akan terkontaminasi zat berbahaya yang tercemar pada saat proses pembuatan kain. "Saya hanya menjual stok lama dan hanya mengandalkan kain dari Korea dan Hong Kong." papar pria keturunan India ini.

Biarpun, pengunjung lebih banyak memburu kain impor di Pasar Mayestik ini. bukan berarti kain lokal kehilangan pamor. Menurut beberapa pedagang yang beijualan kain di sekitar lapak maupunpertokoan, banyak juga pembeli yang mencari kain lokal. "Misalnya, brokat lokal yang juga lembut dan elastis, sehingga membuat kain lebih fleksibel kala dyahit," ungkap Aning, pemilik kios di pasar Mayestik.

Harga brokat lokal juga relatif terjangkau, yakni mulai dari Rp 150.000 sampai Rp 425.000 per meter. "Memang kebanyakan pembeli lebih memilih kain impor, tapi ini karena pembeli sendiri kurang pengetahuan tentang kualitas kain lokal," papar Aning yang lebih banyak menjual kain lokal dari Palembang. Padang dan Sumatera Utara

Aning memang lebih banyak memajang kain daerah. Alasannya, banyak pula pengunjung yang mencari kain daerah. Selain itu, ia dapat dengan mudah mendapatkan jenis kain tersebut dari rekanannya.

Sumber : Harian Kontan

Entri Populer