>>>>>Legitnya Laba Bisnis Dodol Lidah Buaya
Sebagai sebuah tumbuhan yang berkhasiat, lidah buaya bisa diolah menjadi dodol. Selain tetap mempertahankan nutri-sinya. dodol lidah buaya semakin diminati konsumen, bahkan mampu menembus pasar Malaysia. Mulai ramai di pasar tahun 2000 lalu, kini permintaan dodol lidah buaya menurun. Namun, salah satu produsen bisa mencetak laba bersih Rp 10 juta per bulan.
KREATIVITAS produsen makanan sangat diperlukan untuk mempertahankan usaha Produsen mengolah berbagai balian baku menjadi produk nurunan yang enak dinikmati, sekaligus memiliki nilai jual yang tinggi. Lidah buaya mejadi salah satu bahan baku yang selama ini sudah diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman. Salah satu makanan berbahan lidah buaya adalah dodol.
Deni Triadi. pemilik CV Margahayu di Pontianak, Kalimantan Barat, mengolah dodol dan jeli dari lidah buaya dan menjadikannya produkoleh-oleh khas Kalirnantan.
Deni membutuhkan pasokan 300 kilogram (kg) hingga 500 kg lidah buaya per pekan dari para petani untuk menghasilkan sekitar 300 kg dodol lidah buaya. Deni memperoleh omzet Rp 13 juta per bulan dengan mei\jual dodol di harga Rp 45.000 per kg.
Memulai usaha sejak tahun 2000, kini ia sudah memiliki pelanggan di pulau Jawa dan Malaysia. Tntuk Sumatra, kanu masih kesulitan memasarkan karena karakter dodol yang manis tidak begini disukai di sana. luar Deni. Ia juga merasakan bahwa permintaan dodol lidah buaya mengalami fluktuasi.
Pada awal 2000 lampau per-mintaan dodol lidah buaya sempat menurun. Namun, memasuki akhir tahun 2000 permintaan kembali meningkat meski tidak begini signifikan. Kendala penjualan dodol terletak pada penyebaran informasi atau promosi yang belum merata dan distribusi yang kurang luas.
Pembuatan dodol bermutu tinggi memerlukan proses yang lama dan membutuhkan keahlian. Deni mengatakan, bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat dodol terdiri dari santan kelapa, tepung beras, gula pasir, gula merah, dan garam. Bahan-bahan im dicampur dan dimasak dengan api sedang. Jika dibiarkan begitu saja, dodol akan hangus di bagian bawah dan membentuk kerak.
Makanya adonan dodol harus diaduk terus menerus. Waktu pemasakan dodol kurang lebih empat jam. Jika kurang dari itu. dodol yang dimasak akan kurang enak rasanya. Setelah dua jam. campuran dodol tersebut akan berubah warnanya menjadi coklat pekat.
Pada saat itu juga adonan dodol tersebut akan mendidih dan mengeluarkan gelembung-gelembung udara. Tiris-kan untuk memastikan lidah buaya tak berlendir," kata Deni. Olahan itu lalu dicampur dengan berbagai bahan seperti susu, gula, dan kelan putih di dalam kuali. Campuran ini diaduk untuk mendapatkan rasa dodol yang manis dan legit.
Pemain lainnya adalah Felice di Pontianak. Felice mengatakan masyarakat Pontianak banyak melakukan usaha budidaya lidah buaya dan mengolahnya nieiyadi dodol. Inilah kemudian yang mendorong Felice 10 tahun lalu mengembangkan usaha tanaman aloe vera menjadi dodol. Dulu permintaan dodol dari lidah buaya memang tinggi. Setiap harinya saya bisa memproduksi 10 ton dodol.* kenang Felice.l ntuk memenuhi pasokan bahan baku lidah buaya. Feli-ce membeli lidah buaya dari petani-petani lain selain memasoknya dari kebun sendiri.
Namun, sekarang usaha dodolnyn mengalami penurunan. Kini. Felice memproduksi tiga ton dodol per hari. Penurunan produksi dodol, menurut Felice disebabkan karena faktor banyaknya pesaing. Felice juga melihat kendala distribusi ke beberapa pelosok Indonesia
Meski begitu dia mengaku masih mampu mengantongi laba bersih sebesar Rp 10 juta per bulan. Felice menjual dodol lidah buaya seharga Rp 5.000 untuk 10 bui dodol dengan berat 250 gram. Felice memproduksi dodol lidah buaya ini secara rumahan dengan mengandalkan 20 orang pegawainya.
Sebagai sebuah tumbuhan yang berkhasiat, lidah buaya bisa diolah menjadi dodol. Selain tetap mempertahankan nutri-sinya. dodol lidah buaya semakin diminati konsumen, bahkan mampu menembus pasar Malaysia. Mulai ramai di pasar tahun 2000 lalu, kini permintaan dodol lidah buaya menurun. Namun, salah satu produsen bisa mencetak laba bersih Rp 10 juta per bulan.
KREATIVITAS produsen makanan sangat diperlukan untuk mempertahankan usaha Produsen mengolah berbagai balian baku menjadi produk nurunan yang enak dinikmati, sekaligus memiliki nilai jual yang tinggi. Lidah buaya mejadi salah satu bahan baku yang selama ini sudah diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman. Salah satu makanan berbahan lidah buaya adalah dodol.
Deni Triadi. pemilik CV Margahayu di Pontianak, Kalimantan Barat, mengolah dodol dan jeli dari lidah buaya dan menjadikannya produkoleh-oleh khas Kalirnantan.
Deni membutuhkan pasokan 300 kilogram (kg) hingga 500 kg lidah buaya per pekan dari para petani untuk menghasilkan sekitar 300 kg dodol lidah buaya. Deni memperoleh omzet Rp 13 juta per bulan dengan mei\jual dodol di harga Rp 45.000 per kg.
Memulai usaha sejak tahun 2000, kini ia sudah memiliki pelanggan di pulau Jawa dan Malaysia. Tntuk Sumatra, kanu masih kesulitan memasarkan karena karakter dodol yang manis tidak begini disukai di sana. luar Deni. Ia juga merasakan bahwa permintaan dodol lidah buaya mengalami fluktuasi.
Pada awal 2000 lampau per-mintaan dodol lidah buaya sempat menurun. Namun, memasuki akhir tahun 2000 permintaan kembali meningkat meski tidak begini signifikan. Kendala penjualan dodol terletak pada penyebaran informasi atau promosi yang belum merata dan distribusi yang kurang luas.
Pembuatan dodol bermutu tinggi memerlukan proses yang lama dan membutuhkan keahlian. Deni mengatakan, bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat dodol terdiri dari santan kelapa, tepung beras, gula pasir, gula merah, dan garam. Bahan-bahan im dicampur dan dimasak dengan api sedang. Jika dibiarkan begitu saja, dodol akan hangus di bagian bawah dan membentuk kerak.
Makanya adonan dodol harus diaduk terus menerus. Waktu pemasakan dodol kurang lebih empat jam. Jika kurang dari itu. dodol yang dimasak akan kurang enak rasanya. Setelah dua jam. campuran dodol tersebut akan berubah warnanya menjadi coklat pekat.
Pada saat itu juga adonan dodol tersebut akan mendidih dan mengeluarkan gelembung-gelembung udara. Tiris-kan untuk memastikan lidah buaya tak berlendir," kata Deni. Olahan itu lalu dicampur dengan berbagai bahan seperti susu, gula, dan kelan putih di dalam kuali. Campuran ini diaduk untuk mendapatkan rasa dodol yang manis dan legit.
Pemain lainnya adalah Felice di Pontianak. Felice mengatakan masyarakat Pontianak banyak melakukan usaha budidaya lidah buaya dan mengolahnya nieiyadi dodol. Inilah kemudian yang mendorong Felice 10 tahun lalu mengembangkan usaha tanaman aloe vera menjadi dodol. Dulu permintaan dodol dari lidah buaya memang tinggi. Setiap harinya saya bisa memproduksi 10 ton dodol.* kenang Felice.l ntuk memenuhi pasokan bahan baku lidah buaya. Feli-ce membeli lidah buaya dari petani-petani lain selain memasoknya dari kebun sendiri.
Namun, sekarang usaha dodolnyn mengalami penurunan. Kini. Felice memproduksi tiga ton dodol per hari. Penurunan produksi dodol, menurut Felice disebabkan karena faktor banyaknya pesaing. Felice juga melihat kendala distribusi ke beberapa pelosok Indonesia
Meski begitu dia mengaku masih mampu mengantongi laba bersih sebesar Rp 10 juta per bulan. Felice menjual dodol lidah buaya seharga Rp 5.000 untuk 10 bui dodol dengan berat 250 gram. Felice memproduksi dodol lidah buaya ini secara rumahan dengan mengandalkan 20 orang pegawainya.
Sumber : Harian Kontan
Ragil Nugroho, Mona Tobing