" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Bisnis Kuliner Tradisional Tak Pernah Mati

Bisnis Kuliner Tradisional Tak Pernah Mati


>>>>.Bisnis Kuliner Tradisional Tak Pernah Mati


Berwirausaha tak melulu bermodal besar. Akantetapi, modal ratusan ribu rupiah atau di bawah lima juta rupiah, juga bisa untuk membangun bisnis sendiri. Contohnya, pedagang kala lima, yang menjual makanan tradisional, bisnisnya terus bertahan dan dapat menghidupi pedagangnya.

BISNIS kuliner, bisnis yang tak lekang di makan zaman. Jika makanan lain harus mengikuti tren atau harus bolak-balik di-update setiap saat, agar penggemarnya tak bosan. Tapi, makanan tradisional tetap punya banyak penggemar, meski tak banyak perubahan dari segi rasa dan penampilan.

Bahkan, bisnis makanan tradisional cenderung aman. Contohnya, soto, hampir kebanyakan orang menyukainya dan pasarnya tak pernah surut. Pasalnya, orang sudah mengenal makanan itu sejak lama. Boleh jadi, sejak kita kecil hingga dewasa, makanan itu kerap disantap panas-panas, dengan nasi atau tanpa nasi. Nikmat.

Begitu juga dengan bisnis somay yang dilakoni Qomariyyun Najmil Ittihadah. Menurutnya, usaha kuliner tradisional itu bisa dilakukan oleh ibu rumah tangga yang menginginkan penghasilan tambahan atau mahasiswa yang ingin memulai bisnisnya di usia muda. Banyak usaha kuliner yang bisa dibuka dengan modal sedikit, tapi tentu perlu kejelian dan kiat khusus untuk mengembangkannya karena persaingan makin sengit," ujar Qomariyyung yang akrab disapa Yuyun Anwar kepada Berita Kota, belum lama Ini.

Ia mengatakan, bisnis makanan tradisional sedang ngetren di Jakarta, mulai dari kelas pedagang kali lirna hingga restoran mewah. Lihat saja, gerobak dan kedai soto mudah ditemui di hampir sudut-sudut Ibukota. Bahkan, soto-soto itu laku keras, hingga panci soto kering tak bersisa. "Mungkin suatu saat nanti soto bisa menjadi pengganti bubur sebagai makanan pagi," kata Yuyun.

Bisnis yang dikembangkan Yuyun dianggap berhasil. Berkat keberhasilannya itu, ia kerap disibukkan dengan kegiatan pelatihan. Februari lalu, ia tampil di hadapan sekitar 250 mahasiswa dari Universitas Mulawarman, Samarinda. Dalam pelatihan itu, ia ingin mengubah pola pikir mahasiswa agar bisa menjadi wirausaha sejati. Sebelumnya, Yuyun juga tampil pada acara workshop Food Entrepreneur Institute, di Jakarta. Pelatihan itu mengangkat tema menjadi pengusaha bakso sapi retail dan ayam goreng.

Yuyun mengaku senang melihat antusias mahasiswa dalam mengikuti seminar kewirausahaan. Hal itu menunjukkan generasi muda mulai melirik dunia bisnis sebagai pilihan hidupnya. Mereka tidak malu-malu lagi untuk berbisnis di usia muda. "Tinggal upaya kita untuk memberi motivasi, pengetahuan, dan ide-ide bisnis agar mereka dapat berkembang," kata penulis buku Menjadi Juragan Soto dengan Modal Lima Jutaan.

Suka Menulis

Yuyun Anwar yang kelahiran Sidoarjo ini, memiliki usaha siomay di Karawang, Jawa Barat. Siomay itu dipasok untuk pedagang keliling. Dibandingkan dengan ide usaha yang dimilikinya, usaha yang dikembangkan Yuyun terbilang sedikit. "Ya, karena sebetulnya passion saya menulis buku, bukan bisnis," katanya.

Menulis buku dilakoninya sejak tahun 2003- Buku yang dihasilkan, antara lain, buku yang berkaitan dengan masakan, teknologi pangan, dan wirausaha. Untuk serial wirausaha yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU), Yuyun telah menghasilkan delapan buku, seperti Jadi Juragan Pempek, Kebab dan Burger, serta Resep dan Peluang Usaha Snack Kering.

Ia mengatakan, usaha makanan ringan, cocok diterapkan mahasiswa sebagai usaha memulai wirausaha, baik dari segi waktu maupun modal. "Kalau dikenakan sendiri bisa karena tidak menghabiskan waktu sampai seharian. Modalnya pun hanya ratusan ribu rupiah," ujar sarjana lulusan Universitas Jember itu.

Sebelum menjadi penulis buku, Yuyun pernah bekerja di perusahaan pengolahan pangan di Surabaya, selama 1996-2001. Di sana Yuyun sempat ditugaskan untuk mendampingi tim FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan USA) untuk mengecek mutu barang yang akan diekspor ke Negeri Paman Sam. Pengalamannya di FDA, ia pernah mendampingi ahli-ahli teknologi pangan dari luar negeri yang diundang perusahaan, seperti ahli bakso dari Taiwan dan ahli sosis dari Jerman. "Saya dapat berkah ilmu," kata Ketua Litbang Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso Jakarta.

Yuyun menjelaskan, pengetahuan yang diperolehnya itu akan terus dibagikan untuk membantu usaha kecil menengah (UKM). Dari pengamatannya, UKM butuh bantuan teknis untuk mengembangkan usahanya", seperti kenapa snack-nya gampang tengik atau mengapa kripik jamumya tidak bisa renyah. Lewat sharing itu, katanya, dia juga dapat meningkatkan pengetahuannya.

Pelatihannya juga banyak diikuti pengusaha UKM. Ke depan, Yuyun ingin membuat sekolah agar dapat membantu UKM mengembangkan usahanya dan menghasil-kan produk yang aman dikonsumsi masyarakat. "Ini penting agar UKM juga menerapkan sistem produksi yang baik, bersih, dan aman dikonsumsi," kata Yuyun.

Menurutnya, peran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), sangat penting dalam menggerakkan ekonomi rakyat. Tapi, sektor itu belun dianggap strategis oleh pemerintah..Buktinya, pemerintah belum menyediakan kebijakan khusus terkait pengembangan sektor UMKM.

"Di sini pedagang kuliner kaki lima lebih banyak diuber-uber, digusur dibandingkan diberikan fasilitas seperti di negara lain. Tidak aneh bila sektor UMKM sulit berkembang," ujarnya. Ia berangan-angan, di masa depan, UMKM mendapat fasilitas, sehingga bisnis itu bisa bergerak lincah dan tumbuh. Misalnya, gerobak bisa menjadi agunan untuk mendapat kredit pinjaman. Kelonggaran dalam sistem pembiayaan itu akan menimbulkan gairah masyarakat untuk berwirausaha.

Ia membandingkan dengan negara lain yang pernah dikunjunginya. Taiwan. Di Shin Lin, Taipei, Taiwan, pemerintahnya mengembangkan kawasan pasar jalanan kuliner. Pasar jalanan itu dibuka malam hari. Pedagang menjual aneka makanan dengan kualitas terbaik dan menjaga kebersihan dengan dukungan pemerintah, he

Berita Kota
omariyyun najmil ittihadah


Entri Populer