>>>>>Tas Unik dari Bungkus Kopi
TAS terbuat dari kulit sudah biasa. Demikian pula dengan tas cantik yang dibuat dari bahan daur ulang kemasan detergen. Namun ada satu tas cantik yang menarik, tas yang terbuat dari plastik bekas kopi. Berbeda dengan tas limbah detergen yang dibuat hanya dengan dijahil dan dalam bentuk utuh, tas limbah bungkus kopi ini dibuat dengan cara dianyam.
Adalah Eus Regina yang mempunyai ide kreatif ini. Pemilik Lembaga Pelatihan dan Ketrampilan Swasta Daur Ulang Limbah Plastik Regina Craft C57 ini mengaku, baru sekitar setahunan ini mendalami kreasi tas anyam bekas kopi ini. "Awalnya memang dari hobi. Saya sering ke lokasi barang-barangbekas." ujarnya ketika ditemui dalam pameran PKJBL BUMN di JCC, Jakarta, kemarin
Etis menjelaskan meski terbuat dari plastik kemasan bekas kopi, produk buatannya tersebut sudah disterilisasi."Sebelum dianyam kita sudah cuci sampai bersih," tandasnya didampingi suami. Dia menceritakan, pernah mencoba bungkusan tersebut tidak dicuci namun yang ada malah dikerubuti semut.
Sebagai bahan dasarnya. Etis menggunakan bungkus kopi sa-chetan."Bahannya dikumpulkan dari pedagang kopi pinggir jalan juga dari pemulung," imbuhnya. Untuk satu buah tas cantik Elis mengaku membutuhkan waktu setidaknya lima hari dengan penggunaan sekitar 500-600 kemasan bekas kopi.
Dengan banyaknya pesanan, Elis mengaku kini dia kesulitanmencari bahan bakunya. "Karena kita kan nggak pakai semuanya. Tergantung mau gambar apa yang dipakai," tandasnya. Misalnya saja tas berwarna cokelat dengan tulisan mocca, dia harus mengumpulkan plastik kopi dengan tulisan mocca hingga 600 biji. "Makanya tas ini limited edition. Dijamin nggak ada yang nyamain," tukasnya.
Beruntung Elis mendapatkan bantuan PKBL dari perusahaan BUMN Jasa Raharja sehingga bisnisnya tersebut bisa semakin berkembang."Untungnya ada bantuan dari Jasa Raharja. Ini sangat membantu sekali," ungkapnya.
Elis mengungkapkan, 95 persen plastik bekas kopi tersebut dimanfaatkan. "Guntingan-gun-tingan bekas sachet kopi ini juga bisa dibuat tas lagi," ulasnya. Maka tak heran dengan keunikantas tersebut mampu menarik perhatian pelanggan dari luar negeri. "Saya sudah ekspor ke New Zealand. Karena menurut merka selain produknya bagus harganya jauh lebih murah," ujarnya lagi.
Selain tas, Elis juga membuat karya yang lain seperti wadah untuk aksesoris hingga bando. Harga yang ditawarkan pun cukup kompetitif. Mulai dari Rp 25 ribu sampai Rp 200 ribu. Dengan usahanya ini dia bisa mempekerjakan orang.
Tak pelit berbagi ilmu, Elis juga membuka workshop di rumahnya dikawasan Bandung. Dengan keunikannya banyak yang tertarik untuk belajar membuat tas terutama dari kalangan ibu-ibu. "Pelatihan sering juga. Ke-marin-kemarin saya baru melatih selama dua hari sebanyak 500 orang," katanya, (dew)
Sumber : Indo Pos
TAS terbuat dari kulit sudah biasa. Demikian pula dengan tas cantik yang dibuat dari bahan daur ulang kemasan detergen. Namun ada satu tas cantik yang menarik, tas yang terbuat dari plastik bekas kopi. Berbeda dengan tas limbah detergen yang dibuat hanya dengan dijahil dan dalam bentuk utuh, tas limbah bungkus kopi ini dibuat dengan cara dianyam.
Adalah Eus Regina yang mempunyai ide kreatif ini. Pemilik Lembaga Pelatihan dan Ketrampilan Swasta Daur Ulang Limbah Plastik Regina Craft C57 ini mengaku, baru sekitar setahunan ini mendalami kreasi tas anyam bekas kopi ini. "Awalnya memang dari hobi. Saya sering ke lokasi barang-barangbekas." ujarnya ketika ditemui dalam pameran PKJBL BUMN di JCC, Jakarta, kemarin
Etis menjelaskan meski terbuat dari plastik kemasan bekas kopi, produk buatannya tersebut sudah disterilisasi."Sebelum dianyam kita sudah cuci sampai bersih," tandasnya didampingi suami. Dia menceritakan, pernah mencoba bungkusan tersebut tidak dicuci namun yang ada malah dikerubuti semut.
Sebagai bahan dasarnya. Etis menggunakan bungkus kopi sa-chetan."Bahannya dikumpulkan dari pedagang kopi pinggir jalan juga dari pemulung," imbuhnya. Untuk satu buah tas cantik Elis mengaku membutuhkan waktu setidaknya lima hari dengan penggunaan sekitar 500-600 kemasan bekas kopi.
Dengan banyaknya pesanan, Elis mengaku kini dia kesulitanmencari bahan bakunya. "Karena kita kan nggak pakai semuanya. Tergantung mau gambar apa yang dipakai," tandasnya. Misalnya saja tas berwarna cokelat dengan tulisan mocca, dia harus mengumpulkan plastik kopi dengan tulisan mocca hingga 600 biji. "Makanya tas ini limited edition. Dijamin nggak ada yang nyamain," tukasnya.
Beruntung Elis mendapatkan bantuan PKBL dari perusahaan BUMN Jasa Raharja sehingga bisnisnya tersebut bisa semakin berkembang."Untungnya ada bantuan dari Jasa Raharja. Ini sangat membantu sekali," ungkapnya.
Elis mengungkapkan, 95 persen plastik bekas kopi tersebut dimanfaatkan. "Guntingan-gun-tingan bekas sachet kopi ini juga bisa dibuat tas lagi," ulasnya. Maka tak heran dengan keunikantas tersebut mampu menarik perhatian pelanggan dari luar negeri. "Saya sudah ekspor ke New Zealand. Karena menurut merka selain produknya bagus harganya jauh lebih murah," ujarnya lagi.
Selain tas, Elis juga membuat karya yang lain seperti wadah untuk aksesoris hingga bando. Harga yang ditawarkan pun cukup kompetitif. Mulai dari Rp 25 ribu sampai Rp 200 ribu. Dengan usahanya ini dia bisa mempekerjakan orang.
Tak pelit berbagi ilmu, Elis juga membuka workshop di rumahnya dikawasan Bandung. Dengan keunikannya banyak yang tertarik untuk belajar membuat tas terutama dari kalangan ibu-ibu. "Pelatihan sering juga. Ke-marin-kemarin saya baru melatih selama dua hari sebanyak 500 orang," katanya, (dew)
Sumber : Indo Pos