>>>>>>Manik-manik yang Terus Mengilap
BISNIS pembuatan perhiasan dari manik-manik tak pernah mati dimakan zaman. Tapi, untuk membuat usaha itu, dibutuhkan kreativitas dalam membuat desain yang bisa menarik pelanggan, agar tak kehilangan pelanggan.
Salah satu pebisnis perhiasan manik-manik, Enno Aksyamala, pemilik Rumah Kalung. Enno memulai bisnis manik-manik tahun 2005. Ia menggunakan bahan baku batu kristal dan mutiara dengan untaian wire jewelry atau kawat khusus lapis perak impor. Produk Enno khusus menyasar wanita umur 30 tahun ke atas. "Produk saya tidak cocok untuk anak baru gede, karena harganya mahal dan desainnya berat," katanya.
Inspirasi desain perhiasan Rumah Kalung, antara lain dari media luar negeri dan internet. Banyaknya pemain yang juga berbisnis yang sama membuat Enno harus lebih kreatif. Enno mengupah 5 sampai 10 pekerja, untuk membuat perhiasan. Biasanya, satu pekerja menghasilkan 1-3 buah perhiasan manik-manik per hari. Pemesan biasanya membeli satu set manik-manik yang terdiri dari kalung, gelang, dan anting-anting.
Agar konsumen tidak kecewa, ia lebih dulu melihat karakter pemesan-nya. "Kalau orang tomboi, kami buatin perhiasan feminin," ujarnya. Tak hanya membuat dan menjual, Enno juga menyelenggarakan kursus membuat perhiasan manik-manik.Untuk level dasar, biayanya Rp 250.000 sekab pertemuan selama 2-4 jam. Kelas paling tinggi tingkat kerumitan, biayanya Rp 470.000. Dari kursus ini, Enno mendapat pemasukan Rp 2,5 juta per bulan dari rata-rata 10 murid yang mengikuti.
Omzet dari kursus ditambah bisnis penjualan manik-manik yang mencapai Rp 10 juta - Rp 15 juta per bulan. Omzet itu naik menjadi Rp 20 juta - Rp 25 juta bila ada pameran. Keuntungannya per bulan di atas Rp 5 juta.
Sementara itu, Riski Hapsari, pemilik Koleksi Kikie, di Jakarta, juga berbisnis perhiasan manik-manik. Riski mampu mengantongi omzet Rp 7 juta per bulan. Tak hanya untuk pasar dalam negeri, produksi Riski sudah menembus pasar Malaysia, Singapura, Australia, dan Jepang.
Harga manik-manik yang dihasilkan Kila, panggilan akrab Riski, cukup terjangkau. Dijual mulai harga Rp 25.000 - Rp 75.000 per item. Kila juga melayani permintaan khusus. Koleksi Kike menyasar segmen perempuan berumur 19-35 tahun.
Untuk lebih mengenalkan perhiasan manik-manik, Kila juga menyediakan buku tentang cara merangkai aksesori manik-manik. "Saya membagikannya secara gratis lewat internet," katanya. Ia berharap dengan memberikan buku cara membuat perhiasan manik-manik, membuat orang bisa merangkai aksesori sesuai yang diinginkannya. Kontan.co.id/in
Sumber : Bisnis Indonesia
BISNIS pembuatan perhiasan dari manik-manik tak pernah mati dimakan zaman. Tapi, untuk membuat usaha itu, dibutuhkan kreativitas dalam membuat desain yang bisa menarik pelanggan, agar tak kehilangan pelanggan.
Salah satu pebisnis perhiasan manik-manik, Enno Aksyamala, pemilik Rumah Kalung. Enno memulai bisnis manik-manik tahun 2005. Ia menggunakan bahan baku batu kristal dan mutiara dengan untaian wire jewelry atau kawat khusus lapis perak impor. Produk Enno khusus menyasar wanita umur 30 tahun ke atas. "Produk saya tidak cocok untuk anak baru gede, karena harganya mahal dan desainnya berat," katanya.
Inspirasi desain perhiasan Rumah Kalung, antara lain dari media luar negeri dan internet. Banyaknya pemain yang juga berbisnis yang sama membuat Enno harus lebih kreatif. Enno mengupah 5 sampai 10 pekerja, untuk membuat perhiasan. Biasanya, satu pekerja menghasilkan 1-3 buah perhiasan manik-manik per hari. Pemesan biasanya membeli satu set manik-manik yang terdiri dari kalung, gelang, dan anting-anting.
Agar konsumen tidak kecewa, ia lebih dulu melihat karakter pemesan-nya. "Kalau orang tomboi, kami buatin perhiasan feminin," ujarnya. Tak hanya membuat dan menjual, Enno juga menyelenggarakan kursus membuat perhiasan manik-manik.Untuk level dasar, biayanya Rp 250.000 sekab pertemuan selama 2-4 jam. Kelas paling tinggi tingkat kerumitan, biayanya Rp 470.000. Dari kursus ini, Enno mendapat pemasukan Rp 2,5 juta per bulan dari rata-rata 10 murid yang mengikuti.
Omzet dari kursus ditambah bisnis penjualan manik-manik yang mencapai Rp 10 juta - Rp 15 juta per bulan. Omzet itu naik menjadi Rp 20 juta - Rp 25 juta bila ada pameran. Keuntungannya per bulan di atas Rp 5 juta.
Sementara itu, Riski Hapsari, pemilik Koleksi Kikie, di Jakarta, juga berbisnis perhiasan manik-manik. Riski mampu mengantongi omzet Rp 7 juta per bulan. Tak hanya untuk pasar dalam negeri, produksi Riski sudah menembus pasar Malaysia, Singapura, Australia, dan Jepang.
Harga manik-manik yang dihasilkan Kila, panggilan akrab Riski, cukup terjangkau. Dijual mulai harga Rp 25.000 - Rp 75.000 per item. Kila juga melayani permintaan khusus. Koleksi Kike menyasar segmen perempuan berumur 19-35 tahun.
Untuk lebih mengenalkan perhiasan manik-manik, Kila juga menyediakan buku tentang cara merangkai aksesori manik-manik. "Saya membagikannya secara gratis lewat internet," katanya. Ia berharap dengan memberikan buku cara membuat perhiasan manik-manik, membuat orang bisa merangkai aksesori sesuai yang diinginkannya. Kontan.co.id/in
Sumber : Bisnis Indonesia