Uji Agung Santosa (Magelang)
Sudah jatuh tertimpa tangga, ungkapan yang pas untuk menggambarkan nasib petani salak nglumut di Srumbung, Magelang. Setelah kebun mereka rusak akibat siraman abu panas Gunung Merapi, saat ini mereka menghadapi ancaman baru. Ketiadaan bibit menyebabkan mereka segera keluar dari masalah.
MASA vakum produksi selama dua tahun bukan persoalan sepele bagi petani salak nglumut Srumbung, Magelang, Jawa Tengah. Apalagi, sebagian besar petani di sentra ini hanya punya kebun salak dengan luas tak seberapa
Cuma segelintir saja yang memiliki kebun lebih dari satu hektare. "Untuk petard yang memiliki kebun luas masih mempunyai tabungan," kata Gunadi Joko, koordinator Badan Penyuluh Pertanian dan Kehutanan (BPPK)
Srumbung. Ia menambahkan, jika masalah ini tidak segera diatasi, petani salak Srumbung makin menderita.
Oleh karena itu, Gunadi mengatakan, untuk mengurangi penderitaan petani, pihaknya sedang melakukan uji coba penerapan tanaman sela semusim di sekitar tanaman salak nglumut
Jika berhasil, tanaman sela itu akan membantu ekonomi para petani sambil menunggu tanaman salak nglumutnya berbuah. "Pertama diuji coba di perkebunan seluas 10 hektare dengan tanaman jagung manis dan sayuran," ujar Gunadi. Bantuan bibit dan pupuk organik untuk uji coba ini dari pemerintah.
Uji coba tersebut seiring dengan upaya rehabilitasi seluruh perkebunan salak nglumut seluas 1.628 hektare yang ada di Srumbung. Dari total luas perkebunan itu, sebanyak 30% di antaranya harus diganti pohon salak-nya. Sedangkan, 70% sisanya masih bisa diselamatkan, walau mesti stop berbuah selama dua tahun.
Penggantian pohon salak nglumut menjadi masalah tersendiri bagi petani. "Bibit susah dicari, kalau ada harganya mahal dan rebutan dengan petani lain," ungkap Bambang Sutyo, Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki.
Dulu, harga satu bibitpohon salak nglumut hanya Rp 3.000. Sekarang, harganya bisa di atas Rp 5.000 per bibit. Makanya, Bambang meminta pemerintah memberikan bantuan bibit salak nglumut kepada petani terutama yang kebunnya luluh lantak. "Yang penting bantuan bibit dan pupuk," kata Sri Nuryatmi yang memiliki kebun salak nglumut 1.000 meter persegi.
Tapi, Sri masih beruntung. Sebab, selain berkebun salak nglumut, ia memiliki penghasilan lain sebagai penjual salak di sentra penjualan salak Gremeng, Salam, Magelang. Namun, dia melihat banyak tetangganya yang benar-benar mengalami kesulitan karena tidak memiliki penghasilan lain.
Soal bibit memang membuat petani salak Srumbung kelimpungan. Pasalnya, "Bibit memang tidak ada dan perlu ada upaya khusus untuk menyediakan termasuk mengganti 30% tanaman yang mati. Kami sudah mengajukan bantuan tapi belum ada respon," kata Gunadi.
Tidak mudah mendapatkan bibit salak nglumut dari daerah lain seperti Sleman. Selain jenisnya berbeda, bibit yang diperoleh dari wilayah lain kemungkinan sudah mengalami persilangan.
GALERY LUKISAN,PATUNG,FOSIL KAYU,UKIR-UKIRAN JAKARTA http://artkreatif.net/