Belut dari Hamamatsu
Hamamatsu mungkin belum dikenal oleh banyak orang Indonesia. Hamamatsu merupakan salah satu kota yang terletak di Jepang bagian tengah. Kalau di Indonesia mungkin setingkat dengan Kotamadya.Namun, bila disebut kendaraan bermotor seperti Suzuki, Yamaha dan alat musik Yamaha, sudah tidak asing lagi di telinga. Merek yang sudah memasyarakat di Indonesia tersebut, produknya dihasilkan di kota Hamamatsu.
Selain sebagai kawasan industri produk brand internasional, Hamamatsu juga dikenal sebagai daerah penghasil unagi (belut). Unagi air tawar ini berasal dari hasil budi daya di kolam, sungai, dan danau di daerah tersebut. Saat melintasi beberapa danau di wilayah tersebut, terlihat pancangan bambu yang memanjang sebagai tempat budi daya belut. Di Indonesia juga banyak terdapat danau, sungai dan kolam, tetapi belum ada yang memanfaatkannya untuk budidaya belut. Indonesia baru memanfaatkannya untuk budi daya ikan.
Unagi dihidangkan oleh banyak restoran di kota ini sebagai menu khusus steak unagi yang legit, gurih, yang dominan manis. Unagi merupakan salah satu makanan yang istimewa bagi penduduk Jepang. Tidak semua penduduk sering makan unagi karena mahal. Berbeda dengan di Indonesia, orang banyak makan belut, terutama di Sumatra Barat.-
Kalau mengenai harga, di Jepang memang sudah dikenal jauh lebih mahal dibandingkan dengan negara lain. Namun, mahalnya harga belut disebabkan oleh cara budi daya, menangkapnya, pengolahannya yang sulit karena licin dan sulit untuk membuang tulangnya. Sebagai daerah penghasil belut yang terkenal di Jepang, unagi juga diproses untuk makanan ringan berupa pie unagi.
Restoran unagi dan pabrik pie dijadikan pula sebagai objek wisata. Rombongan media dari empat negara yang diundang oleh Singapore Airlines mengikuti Media Trip Familiarization ke Nagoya dan Tokyo juga mengunjungi dan menikmati menu makanan khusus dari unagi.
Penghasil camilan
Hamamatsu dikenal sebagai salah satu penghasil camilan pie unagi. Hm..hm aroma wangi yang menyegarkan sudah tercium waktu kami turun dari bus yang berada di areal parkir pabrik yang terletak agak di pinggiran pusat kota Hamamatsu. Aroma tersebut semakin kuat waktu mendekati pintu masuk gedung itu. Terdapat dua perempuan cantik yang memakai busana wama pink menyambut para tamu.
"Hamamatsu terkenal dengan pusat unagi [belut]. Ingat unagi ingat Hamamatsu," kata Takuya Nakamura, Kepala Divisi Promosi Pariwisata, Japan Shizuoka Prefection, dengan nada berpromosi. Apa itu pie unagp. Ternyata pie unagi yaitu makanan ringan yang renyah, gurih, dan manis yang terbuat dari tepung belut, tetapi tidak terasa belutnya. Bentuknya agak memanjang, pipih dan bagian kedua ujungnya melengkung. Kalau dari segi penampilannya hampir sama dengan salah satu makanan ringan di Indonesia yang diproduksi oleh satu perusahaan biskuit.
Proses pembuatannya terdapat sembilan tahap. Secara garis besar bahan pie itu terdiri dari tepung, air, dan gula. Namun, detail resepnya tetap mereka rahasiakan. Kami hanya dapat menyaksian,proses pembakaran dan pengemasan yang dibungkus satu persatu.
Pengolahannya sudah maju dengan menggunakan peralatan mesin. Tenaga manusia yang bekerja hanya diperlihatkan pada bagian kontrol terakhir pie yang sudah siap dikemas saja. Kemudian kunjungan pabrik itu keluar di toko pie, sehingga para pengunjung dapat membelinya sebagai oleh-oleh. Pabrik pei tersebut sudah berdiri sejak 1961.
Produksinya terdiri dari tiga rasa yaitu orisinal, cokelat, ada yang ditambahkan sake. Lalu dikemas dengan beberapa ukuran. enurut Nakamura yang juga principal Namamoko, di derah Hamamatsu hanya terdapat dua pabrik yang serupa. Meskipun daerah ini dikenal sebagai produsen belut, tetapi belut segar lebih banyak dijual ke restoran. Pie itu tidak hanya dijual di daerah Hamamatsu saja, juga ke Nagoya, Tokyo, dan daerah lainya.
Produksinya diperkirakan mencapai 71 juta stik per tahun dengan tiga rasa. Pengembangan rasa itu baru dilakukan pada 1991. Produknya berukuran kecil, sedang, dan besar. Tenaga kerja yang terlibat untuk proses produksi mencapai sekitar 150 orang. CEO usaha tersebut dipegang oleh Nista Yamanaki. lhm over pabrik ini mencapai sekitar US$87 juta per tahun.
Belut hidup dipasarkan ke restoran. Harganya cukup mahal. Harga satu hidangan komplet unagi (nasi yang di atasnya terdapat tiga potong unagi, sup, disert) di restoran Yasikawa, yang terkenal di kota ini mencapai sekitar Rp350.000. Menu makanan unagi di restoran Jepang di Jakarta juga ada. Mungkin unagi-nya diimpor dari Hamamatsu. Namun, di Indonesia belum ada melakukan budi daya belut di sungai atau danau. Kemudian pengolahan belut untuk menjadi tepung pun belum ada, apalagi untuk pengolahan menjadi camilan.
info pasar lukisan dan industri kreatif.http://artkreatif.net/