" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Bisnis obat makin manjur

Bisnis obat makin manjur

Meski lambat, bisnis apotek masih tetap bertumbuh. Ketatnya persaingan dan distribusi obat yang terkonsentrasi di rumah sakit memengaruhi perkembangan sektor usaha tersebut. Dari total pasar farmasi nasional sebesar Rp37 triliun, porsi pasar apotek mencapai 30% dan sisanya terkonsentrasi di rumah sakit, toko obat dan pasar nonpanel lainnya.

Setiap tahunnya, sektor apotek tumbuh di bawah 10% atau minimal menyamai pertumbuhan pasar farmasi nasiona) yang tahun ini diharapkan tumbuh sekitar 9% dari Rp33 triliun menjadi Rp37 triliun.Menurut Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk Syamsul Arifin, total apotek nasional saat ini mencapai 8.000 unit lebih sedikit dibandingkan dengan potensi pasar yang dapat diraup khususnya pada daerah-daerah terpencil.Dari total tersebut, Kimia Farma memiliki 400 unit apotek yang tersebar di seluruh Indonesia, yang terbagi atas apotek kelas A. B dan apotek rakyat. Pembagian tersebut didasarkan pada besarnya investasi yang ditanamkan.

Untuk apotek kelas A, investasi yang dibutuhkan di luar tanah dan bangunan berkisar Rp800 juta hingga miliaran rupiah. Paket itu lebih mahal karena apotek tersebut dilengkapi dengan dokter umum dan spesialis, serta laboratorium kecil.Adapun, untuk apotek kelas B, investasi yang dibutuhkan berkisar Rp600 juta, yang dilengkapi hanya dengan dokter umum saja. Untuk apotek rakyat, modal yang dibutuhkan hanya Rp100 juta karena tanpa dilengkapi praktik dokter.Dalam mengembangkan bisnis apoteknya, Kimia Farma melakukan pemisahan, yaitu berupa kerja sama operasi (KSO) dan dimiliki sendiri. Dari total 400 apotek tersebut, sekitar 65% dimiliki oleh perseroan dan 35% berupa waralaba.

Kerja sama operasi ditujukan kepada orang yang memiliki modal lebih, tetapi tidak punya kemampuan dalam mengelola bisnis obat. Bagi apoteker yang berminat mengelola apotek, perseroan memberikan kesempatan dengan menyediakan unit usaha atau pinjaman berupa modal ventura.

Keuntungan

Menurut Syamsul, meski lambat, investasi di apotek masih menjanjikan keuntungan karena margin yang diberikan cukup besar. Untuk apotek kelas A dan B yang berada di lokasi padat penduduk, si pemilik usaha bisa meraup margin sebesar 20%-25%, sedangkan untuk lokasi yang tidak strategis keuntungan yang bisa diraup 10%-20%.

Selain Kimia Farma, jaringan waralaba apotek yang ikut meramaikan persaingan adalah apotek K-24. Sebagai pengelola, PT K-24 menargetkan pembukaan gerai bam dapat bertambah menjadi 500 apotek dalam beberapa tahun yang akan datang.Hingga akhir tahun lalu, total jaringan waralaba apotek K-24 telah mencapai 170 unit yang tersebar di 18 kota di seluruh Indonesia.Untuk membuka sebuah jaringan waralaba Apotek K-24, katanya, diperlukan modal sekitar Rp800 juta. Diharapkan dalam 3 tahun modal tersebut sudah kembali.Menghadapi ketatnya persaingan, Syamsul mengatakan pemodal tetap harus memiliki strategi usaha di antaranya memilih lokasi usaha.Layanan 24 jam dinilai tidak efektif diterapkan untuk kota-kota kecil, bahkan itu dapat menambah beban usaha karena harus membayar listrik dan pegawai.

Dia juga menyarankan agar pemerintah kembali mencanangkan program apotek rakyat agar akses obat bagi masyarakat lebih maksimal.Perkembangan apotek rakyat dengan skala kecil semestinya dapat sepesat apotek kelas A atau kelas B, tetapi karena regulasi yang dinilai belum berpihak terhadap sektor usaha tersebut pertumbuhannya menjadi lambat.Dia menyarankan agar pemerintah lebih fleksibel dengan memperbanyak obat wajib apotek yang dapat diperjualbelikan tanpa resep dokter. Namun, pembeliannya tetap harus melalui apoteker.

info pasar lukisan dan industri kreatif.http://artkreatif.net/

Entri Populer