" Status YM ""
ukm indonesia sukses: usaha kecil mampu tembus pasar ekspor

usaha kecil mampu tembus pasar ekspor

Usaha kecil menengah (UKM) tahun (nl diprediksi sulit memacu penetrasi ke pasar ekspor karena masih teradang tingginya biaya transportasi, bahan baku, dan bunga kredit yang mahal. Hingga akhir tahun ini pasar ekspor UKM diperkirakan tetap sulit berkembang menyusul persoalan di dalam negeri hingga kini masih menghambat langkah ekspansi ekspor.

Kepala Bidang UKM Asosiasi pengusaha Indonesia (Apindo) Nina Tursinah menilai UKM nasional masih sulit untuk meningkatkan kinerja ekspornya karena persoalan infrastruktur dan bahan baku masih menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang membuat pelaku usaha sulit bersaing. "Kinerja ekspor UKM mungkin tidak akan jauh dari tahun lalu, karena persaingan harga masih berat akibat persoalan infrastruktur dan transportasi yang tergolong mahal, melemahkan dayasaing UKM di pasar Internasional, " ujarnya, kemarin.

Menurut Nina, persoalan ekspor juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam mendukung UKM seperti persoalan ketersediaan bahan baku di dalam negeri yang sangat terbatas. Hal itu, membuat UKM eksportir harus mengimpor dulu kebutuhan bahan bakunya agar produk memenuhi kualitas pesanan.

Karena itu diharapkan, pemerintah dapat mendorong keberadaan industri pendukung itu bisa dikembangkan dengan jelas agar UKM bisa lebih efisien, setidaknya kemudahan memperoleh bahan baku yang lebih murah. "Sekarang saja untuk sebagian UKM garmen masih harus mendatangkan dulu bahan baku dari Korea dan China, setelah itu baru bisa diekspor. Itu biayanya ton menjadi mahal karena untuk produksinya harus memesan bahan baku dari luar."

Persoalan yang juga krusial, lanjut Nina, terkait akses pembiayaan dari perbankan dan suku bunga yang lebih terjangkau, karena persoalan modal masih menjadi kendala utama perkembangan UKM. Peluang ekspor untuk beberapa komoditas memang cukup besar seperti handicmfts, garmen untuk pasar eksklusif yang ciri khas Indonesia, termasuk tepung tapioka dan arang batok kelapa dalam jumlah besar untuk pasar Shanghai.

Masih sedikit Berdasarkan data Kadin Indonesia menunjukkan statistik ekspor usaha kecil menengah pada tahun lalu mengalami tren penurunan menjadi hanya US$1,23 juta padahal pada 2008 nilai perdagangan internasional dari UKM mencapai USS 1,35 juta.

Jumlah pelaku UKM yang memiliki kemampuan menembus pasar ekspor baru sekitar 15% dari total pelaku usaha kecil sebanyak 529.220 dan usaha me-nengah 39.660 pengusaha. Menurut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang UMKM Sandiaga S.Uno, pengembangan UKM ke depan harus berorientasi ke pasar internasional, sehingga harus dipersiapkan dari sekarang dengan mempermudah pembiayaan, meningkatkan pendampingan untuk pengembangan kapasitas dan pelatihan SDM.

"Dengan begitu makin berkualitas serta siap alih teknologi." Managing Director Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Suharsono menjelaskan pembiayaan ekspor untuk UKM saat ini masih kecil yakni sekitar Rp200 miliar-Rp300 miliar.

Sampai akhir tahun, pembiayaan ekspor yang akan disalurkan ke UKM diproyeksikan bisa mencapai Rpl triliun terutama untuk UKM yang berpengalaman minimal 2 tahun yang memiliki pasar berorientasi ekspor. "Tapi umumnya pembiayaan ekspor UKM itu dilakukan tidak langsung, yakni melalui perusahaan ekspor yang berpengalaman seperti di sektor perikanan itu UKM biasanya menjadi pemasok dan ekspornya dilakukan perusahaan ekspor yang berpengalaman."

Untuk memperlancar pembiayaan ekspor tersebut. LPEI juga memberikan pembiayaan modal kerja bagi pemasok UKM agar ketersediaan barang yang akan diekspor bisa terpenuhi secara berkelanjutan. Pembiayaan ekspor untuk UKM yang berpengalaman seperti di sektor furnitur itu dilakukan secara langsung. Namun, untuk UKM yang skalanya masih sangat kecil itu belum bisa karena harus memperhatikan pengalaman dari calon debitur yang akan dibiayai.

Menurut Suharsono, saat ini pembiayaan ekspor akan diprioritaskan bagi pelaku UKM yang berpengalaman dulu. "Adapun UKM yang baru merintis belum bisa dibiayai"

Entri Populer