" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Gaya Kepemimpinan Urakan Steve Jobs Trainer Bisnis dan Mitra Pengelola

Gaya Kepemimpinan Urakan Steve Jobs Trainer Bisnis dan Mitra Pengelola

Ketika International Herald Tribune menulis dengan kepala berita Apple Melengserkan Microsoft dengan Satu Usapan Jari, maka dunia bergetar. Ulasan panjang tentang kedig-dayaan Apple muncul bak cendawan di musim panas pada hampir media di seluruh dunia. Tak terkecuali, diskusi hangat muncul tanpa bisa dicegah pada jejaring sosial. Microsoft dengan Bill Gates-nya, yang langganan menjadi perusahaan pilihan dan orang paling kaya di muka Bumi, dikabarkan menuju senjakala, alias akan terlibas dengan ekspansi cerdas ala Apple. Benarkah demikian?

Apple adalah Steve Jobs. Dan Steve Jobs adalah Apple. Inilah adagium yang tak terbantahkan. Benar bahwa Steve Jobs pernah didepak dari Apple, yang tak lain kerajaan bisnis yang ia dirikan. Sejenak berkarya di Pixar, akhirnya Steve Jobs putar haluan menuju kerajaan yang dibesarkan. Ketika Steve Jobs berkutat dengan Apple lagi, dunia kemudian mencatat dengan tinta emas produk-produk inovatif karyanya. Muncullah iPod, iTunes, iPhone, dan yang paling gres iPad yang benar-benar menyihir dunia. Inovasi ala Steve Jobs memangrenyah. Serenyah ketika kita menggigit buah apel yang baru dipetik dari pohon. Memakai produk-produk keluaran Apple tidak saja memberi sensasi baru terhadap kecanggihan penemuan teknologi. Lebih dari itu, produk Apple menawarkan rasa bangga kepada konsumennya yang tidak dipunyai para pesaingnya.

Apple adalah Steve Jobs. Dan Steve Jobs adalah Apple. Merupakan perpaduan yang sangat kuat dan memberi nilai lebih pada keduanya. Tapi, perpaduan ini sekaligus menyisakan rongga menganga seperti logo Apple. Bila tidak diantisipasi dengan segera, rongga ini akan membesar dan kemudian menelan habis buah apel.

Mengapa demikian? Seperti banyak terjadi pada berbagai perusahaan besar, ketika sang CEO (atau pemilik atau pendiriyang identik dengan perusahaan bersangkutan lengser, lengser pula kedigdayaan perusahaan. Apalagi jika sang pemimpin tidak menyiapkan regenerasi dengan matang.

Gaya kepemimpinan Steve Jobs sangat urakan. Dia menyempal dari mainstream utama gaya kepemimpinan seperti lazim diperu-sahaan. Ribuan referensi menyoal kepemimpinan mungkin belum ada yang bisa membidik secara jernih gaya kepemimpinan Jobs.

Jika referensi menyebut bahwa para pemimpin hebat selalu me-ngedepankan respek kepada orang lain, memuji dan memotivasi anak buah, maka yang terjadi pada diri Steve Jobs bertolak belakang. Alih-alih memberi respek, Steve Jobs suka memaki-maki anak buahnya.

Bahkan, Jobs tak segan bertanya hal yang tidak relevan dengan pekerjaan. Calon karya wati nya dalam sesi wawancara pernah ditanya masih perawan apa tidak, walaupun Jobs tidak bermaksud untuk melecehkannya Mengembangkan pemimpim Gaya urakan ala Steve Jobs ketika diimbangi dengan kompetensi jauh di atas rata-rata memang akan memberi nilai tambah. Bahkan, urakannya Steve Jobs menjadi merek dagang tersendiri bagi Apple. Produk-produk keluaran Apple mendapat amunisi nan menggelegar ketika kuli tinta memberi ulasan sisi lain dari kepemimpinan Steve Jobs.

Sayang, kejeniusan Steve Jobstidak bisa dikloning kepada anak buahnya. Takdir I hln.ih ini hanya dinikmati Steve Jobs seorang. Gaya kepemimpinan urakan ala Steve Jobs hanya bisa dijalankan oleh Steve Jobs sendiri. Mendupli-kasi gaya urakannya jelas sebuah pekerjaan sia-sia yang berujung pada kegagalan.

Pada konteks ini, menyebut Microsoft sedang berada dalam senjakala bisnis menjadi tidak relevan. Benar bahwa satu usapan jari yang diciptakan Steve Jobs membuat posisi Microsoft terancam. Namun, yang luput dari perhatian para cerdik pandai, Microsoft tidak saja mengembangkan software, namun juga serius mengembangkan brainware (hu-manware) bernama pemimpin. Bill Gates memutuskan lengser untuk kemudian berkiprah dalam organisasi sosial. Apa yang terjadi sepeninggalnya? Microsoft justru semakin mengkilap kinerjanya di bawah CEO Steve Ballmer.

Hal demikian tidak terbayangkan terjadi pada Apple. Apabila sewaktu-waktu Steve Jobs lengser dari takhtanya, dapat dipastikan akan terjadi keguncangan.Senjakala bisnis temyata tidak sedang dihadapi oleh Microsoft. Justru siap menerkam Apple yang sekarang sedang berada pada posisi puncak. Karena alasan nan sederhana lemahnya regenerasi kepemimpinan di Apple.

Entri Populer