" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Menata Rezeki dari Salon Khusus Lelaki

28/10/11
Menata Rezeki dari Salon Khusus Lelaki


Dandan bukan cuma monopoli kebutuhan perempuan. Para lelaki juga perlu bersolek, minimal bercukur. Mereka inilah yang menjadi target salon-salon khusus lelaki atawa barbershop. Tak hanya menawarkan jasa potong rambut, beberapa barbershop juga menyediakan layanan mewarnai rambut, manikur, dan pedikur.

Salah satu yang memanfaatkan potensi pasar ini adalah salon Macho! Barber! di Yogyakarta. Salon khusus pria yang berdekorasi maskulin ini didirikan oleh Hamid Mulyareja sejak 2008.

Menurut Hamid, usaha barbershop modern memiliki prospek yang baik. Meski pemainnya sudah banyak, pasarnya masih cukup besar. Dengan alasan inilah Hamid menawarkan kemitraan Macho! Barber! pada 2008.

Macho! Barber! menyediakan dua paket kemitraan. Pertama, kemitraan standar dengan nilai investasi Rp 55 juta. Kedua, kemitraan eksklusif senilai Rp 100 juta.

Dari nilai investasi sebesar itu, mitra berhak menggunakan merek Macho! Barber!. Hamid juga memberikan dukungan teknik dan sistem manajemen yang dikembangkan Macho Management.

Paket investasi ini juga sudah termasuk peralatan dan perlengkapan barber. Mitra standar akan mendapat empat kursi gunting rambut dewasa dan sebuah kursi gunting rambut anak. Mitra eksklusif menerima delapan kursi gunting rambut dewasa dan dua kursi gunting rambut anak.

Hamid juga menyiapkan stylist atau tukang cukur profesional. Jika ada stylist yang absen, technical support akan mengirim penggantinya. Kedua paket itu sama-sama memiliki jangka waktu kemitraan selama lima tahun.

Selain biaya perlengkapan dan kemitraan, biaya investasi ini sudah termasuk biaya survei dan commitment fee sebesar Rp 5 juta untuk mitra di Pulau Jawa, dan Rp 10 juta untuk mitra di Luar Jawa. Bila ada pembatalan, mitra akan dikenai penalti 10 persen dari total investasi.

Dalam penghitungan Hamid, mitra standar bisa balik modal dalam waktu 12 bulan. Adapun mitra eksklusif selama 18 bulan. Masa balik modal itu bisa diperoleh bila mitra mendapat omzet minimal Rp 20 juta per bulan.

Hamid bilang, perolehan sebesar itu merupakan omzet awal mitra. "Bila sudah masuk bulan keempat, omzet bisa mencapai Rp 50 juta per bulan," ujarnya. Macho Management menetapkan royalti fee dan supporting fee sebesar 5 persen dari omzet.

Incar pasar Luar Jawa

Jika berminat mengambil kemitraan ini, mitra harus menyediakan tempat minimal 3 x 5 meter. Bila mitra tak memiliki tempat, pihak Macho! Barber! pun sanggup menyediakan lokasi salon ini.

Saat ini sudah ada empat gerai Macho! Barber! di Yogyakarta. Dua di antaranya gerai kemitraan. Ke depan, Hamid berniat membuka outlet di luar Jawa. "Saat ini sudah banyak permintaan, khususnya di Kalimantan dan Indonesia Timur," kata Hamid.

Joko Setiawan, mitra Macho! Barber! di Yogyakarta mendulang omzet minimal Rp 12 juta per bulan. Sehari pengunjung salonnya bisa mencapai 100 orang. Tarif terendah jasa Macho! Barber! Rp 6.000 untuk gunting rambut.

Kini, modal Joko, yang membeli paket standar pada 2009, telah terkumpul lagi. "Modal saya kembali pada tahun pertama," ujarnya. (Fitri Nur Arifenie/Kontan)


Sumber : Harian kontan



Dari Stik Es Krim Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah

28/10/2011
Dari Stik Es Krim Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah


Tak hanya es krim saja yang butuh gagang atau stik. Lihat saja, stik yang biasanya hanya untuk es krim itu kini bisa juga dipakai untuk gagang penganan dari cokelat atau nugget. Bahkan, salon kecantikan juga butuh stik. Dengan harga berkisar Rp 10 sampai Rp 22 per batang, pembuat stik bisa meraup omzet hingga ratusan juta rupiah.

Stik atau tusuk kayu berbentuk pipih yang biasa dipakai untuk gagang es krim ternyata juga dibutuhkan untuk gagang penganan seperti cokelat ataupun nugget. Itulah sebabnya, barang kecil seukuran 9 cm sampai 12 cm ini bisa menghasilkan keuntungan yang gede. Apalagi, kini salon kecantikan pun membutuhkan stik ini.

Salah satu produsen sendok dan stik es krim ini adalah Doni Indra. Walau baru memulai bisnis pada 2011, pemilik CV Elang Manunggal di Tangerang ini sudah menangguk pesanan stik dan sendok es krim dalam jumlah besar. "Produk ini termasuk barang repeat order sehingga pesanan terus datang," katanya.

Stik dan sendok es krim termasuk barang repeat order karena sifatnya sekali pakai. Tak hanya es krim, beberapa produk makanan lain seperti cokelat dan nugget juga banyak yang menggunakan produk ini.

Bahkan, menurut Doni, permintaan juga acap datang dari salon kecantikan untuk mengaduk krim. Meski jumlah permintaan dari salon kecantikan tidak besar, pesanan selalu datang tiap bulan. Saat ini, Doni mengaku telah mengantongi delapan pelanggan tetap.

Dari pelanggan-pelanggannya itu, Doni mengungkapkan, bisa menjual sekitar 6 juta batang stik es krim per bulan. Bahkan, jika permintaan melonjak, dia sering menggandeng perajin stik tradisional. Dengan harga Rp 17-Rp 22 per batang, Doni tak sungkan menyatakan mampu meraup omzet hingga sebesar Rp 100 juta per bulan. Dari total omzet sebesar itu, setidaknya Doni bisa membawa pulang sebesar 15 persen.

Tentu saja stik es krim itu tidak dijual satuan, tetapi dikemas dalam karton berisi 20.000 batang. Untuk memproduksi stik es krim, Doni menggunakan mesin rakitan sendiri. Kapasitas mesin yang dipakainya sekitar satu juta batang per hari.

Doni sendiri lebih suka membuka pasar dengan memasarkan melalui internet. "Saya belum berani menawarkan langsung ke perusahaan sebab kapasitas mesin saya masih kecil," ujarnya. Selain itu, Doni menghindari produksi secara berlebihan untuk meminimalkan risiko.

Bahan baku yang dipakai untuk stik es krim antara lain kayu albasia dan sengon. Menurut Doni, jenis kayu albasia dan sengon lebih ideal dibandingkan dengan kayu yang lain karena lebih empuk dan mudah dibentuk.

Lain lagi dengan Guntur Yudihartono di Banyumas, Jawa Tengah. Walau masih sebatas home industry, Guntur mampu memproduksi sekitar tiga juta stik es krim per bulan. "Saya banyak memanfaatkan limbah pabrik kayu lapis untuk bahan baku," katanya.

Dengan harga Rp 10-Rp 15 per batang, ia mengaku telah memiliki pelanggan tetap dari Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Dari penjualan stik ke berbagai kota itulah, dia mampu mengumpulkan omzet mencapai Rp 30 juta per bulan.

Untuk memperluas cakupan pasar, saat ini Guntur juga mulai menawarkan produknya secara langsung ke berbagai perusahaan es krim. Bahkan, ke depan ia akan mulai mengembangkan produksi di Jakarta untuk menyasar peluang kerja sama dengan minimarket atau supermarket besar. Menurut Guntur, untuk produk yang sama, harga di minimarket dan supermarket mempunyai harga lebih baik.

Sayangnya, untuk memproduksi lebih banyak lagi, Guntur terhalang pasokan bahan baku. Mahalnya harga bahan baku membuatnya harus bersaing ketat dengan sesama produsen stik. Padahal, menaikkan harga jual stik jelas bukan pilihan dengan situasi ketatnya persaingan seperti sekarang ini. (Fahriyadi, Hafid Fuad/Kontan)

Sumber : Lipsus kompas,Harian kontan


Ada 150 Merek Ramaikan Pameran Waralaba

 28/10/2011
 Ada 150 Merek Ramaikan Pameran Waralaba


Pameran Franchise License Indonesia Expo ke-9 resmi dibuka siang hari ini. Sebanyak 150 merek waralaba di berbagai bidang usaha meramaikan ajang tahunan yang akan berlangsung mulai hari ini, Jumat (14/10/2011) hingga Minggu (16/10/2011), di Jakarta Convention Center, Jakarta.

"Demi meningkatkan kenyamanan baik pengunjung maupun para peserta pameran, kami telah melakukan perubahan di areal pameran, yaitu salah satunya adalah memperluas areal gangway," ujar Project Manager Panorama Convex, Sendy Maihenda, di Jakarta, Jumat. Perluasan area tersebut, lanjut dia, sebagai upaya agar pengunjung dapat leluasa bergerak dan tidak berdesakan di depan booth peserta dalam mendapatkan informasi.

Untuk peserta tahun ini, ia menuturkan, masih didominasi oleh sektor industri food and beverage, yang mencapai 45 persen dari keseluruhan peserta pameran. Kemudian, menyusul sektor industri otomotif, kesehatan, kecantikan, dan lainnya.

Tidak hanya mendapatkan informasi dari peserta yang mengisi stan-stan, pengunjung dapat juga mengikuti sejumlah kegiatan diskusi melalui Franchise Forum yang diselenggarakan di areal panggung. Sejumlah peserta pameran akan melakukan persentasi terkait waralaba, termasuk juga penjelasan informasi dari institusi keuangan, seperti dari Bank OCBC NISP, Rabobank, dan BNI Syariah, mengenai pembiayaan usaha.

Penyelenggaraan pameran ini pun didukung penuh oleh Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.


Sumber : Lipsus kompas


Entri Populer