" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Pulang Membawa Cerita Sukses

26/08/2011
Pulang Membawa Cerita Sukses

PADA 22 tahun lalu, Mansur remaja datang ke Kota Bandung untuk mencari rezeki. Mansur diamanatkan meneruskan jualan orang tuanya, yaitu warung mi instan dan bubur kacang-ketan hitam yang dirintis sejak tahun 1972. Warung mi instan dan bubur kacang milik ayahnya itu berada di daerah Dago Pojok. Ketika sudah mulai bisa mengelola, ayahnya kembali ke kampung halaman di Kab. Kuningan, Jawa Barat. Di tangan Mansur, warung itu berkembang pesat

Kini, Mansur (38), telah memiliki sebelas warung mi instan yang tersebar di Kota Bandung, di antaranya di daerah Dago, Titiran, dan Sekeloa. Warung-warungnya itu tergabung dalam satu nama, yaitu Kabita Group. "Bisa dilihatjuga kok di Facebook," katanya kepada wartawan. Jln. Diponegoro, Kota Bandung.

Mansur kini sudah tidak lagi berjualan. Dia di Bandung hanya setengah bulan untuk mengontrol warung-warungnya serta tiga rumah kosan miliknya di daerah Dago, Titiran, dan Sekeloa. Setengah bulan sisanya dihabiskan di Kuningan untuk mengontroltujuh kolam ikan guramenya dan lahan sawahnya.

Mansur adalah 1 dari 300 pedagang mi instan di kawasan Bandung dan sekitarnya yang turut dalam acara mudik bareng para pedagang mi instan. Mudik bareng itu didukung PT Indofood CBP (Consumer Branded Product) Sukses Makmur Cabang Bandung. "Saya sekaligus koordinator keberangkatan untuk 150 pedagang mi instan untuk wilayah Cicaheum sampai Ledeng," katanya.

Mansur menambahkan, di Bandung dan sekitarnya, ada 700 warung mi instan. Sebagian besar pedagangnya asal Kuningan. Ada juga yang dari Sumedang. "Di Kurungan, hampir di semua kecamatanada yang dagang mi instan. Tidak hanya di Bandung, tapi juga kota-kota lainnya di Indonesia," ujarnya.

Cerita sukses itulah yang membuat banyak warga Kuningan terus berdatangan ke kota-kota di Indonesia untuk berjualan mi instan. Tahun lalu yang ikut mudik bareng sekitar 240 orang. Tahun ini menambah jadi 300 orang lebih yang diangkut dengan enam bus," kata Mansur.

Sementara itu, General Manager PT Indofood CBP (Consumer Branded Product) Sukses Makmur cabang Bandung, Harry Tampi, menuturkan, tahun ini adalah tahun ke-9 PT Indofood mengadakan mudik bareng. 

Sumber: Pikiran Rakyat



Panen Rezeki dari Kolang-Kaling yang Sudah Mendunia

26/08/2011
Panen Rezeki dari Kolang-Kaling yang Sudah Mendunia
Usaha Kolang-Kaling

Kolang-kaling (Arenga pinnata) yang bisa diolah menjadi beragam kudap-an adalah takjil yang populer di kala Ramadan. Di bulan puasa ini, pedagang kolang-kaling bisa menuai omzet ratusan juta. Tak hanya dari pasar lokal, permintaan kolang-kaling juga datang dari luar negeri.

KETIKA bulan Ramadan tiba, kolang-kaling selalu menjadi primadona. Olahan buah pohon enau ini sering menjadi pelengkap menu lajil, seperti kolak atau pun es campur.Boleh dibilang, kolang-kaling menjadi salah satu buah khas selama puasa Tak heran bila pada bulan suci ini menjadi masa panen bagi pekebun dan pedagang kolang-kaling.

Maklum, permintaan buah nan kenyal ini melonjak tinggi. Pedagang kolang-kaling pun bisa meraup omzet hingga ratusan juta bila masa panen tiba.Tengok saja rejeki Benjamin Muliono. Pemilik Sentosa Enterprise di Cirebon ini mengaku menjual hingga 12 ton kolang-kaling per minggu di saat bulan puasa.

Tak hanya melayani permintaan lokal, Benjamin yang sudah jualan kolang-kaling sejak 1962 ini juga memasok ke luar negeri. Secara rutin, Sentosa Enterprise mengirim produknya ke Singapura, Malaysia, Hong Kong hingga Arab Saudi. "Sebanyak 30% penjualan saya mengisi pasar ekspor. Tiap bulan, ekspor mencapai 25 ton," ujarnya

Selama bulan puasa ini, Benjamin telah menjual 50ton kolang-kaling. Alhasil, ia pun meraup omzet sekitar Rp 700 jutaan. Kolang-kaling produk Sentosa ada dua macam rasa, yakni rasa original dan kolang-kaling manisan.

Tentu saja, Benjamin tak sendirian menikmati berkah Ramadan. Pedagang kolang-kaling yang lain, Indrayana, pun juga ketiban berkah serupa "Biasanya penjualan hanya 1 ton, kini naik 2,5 ton per minggu," ujar Indrayana Pasokan kolang-kaling itu berasal dari empat pengepul di Jawab Barat.

Menurut Indrayana, meningkatnya penjualan itu juga karena banyaknya pedagang kolang-kaling dadakan. Di luar bulan puasa, Indrayana memang hanya memasok sebuah pabrik pengolahan kolang-kaling di Cirebon. Untuk pabrik itu, ia memasok satu ton kolang-kaling tiap bulan.

Tak hanya penjualan yang meningkat. Indra bilang, harga kolang-kaling dari petani pun naik selama Ramadan ini. Jika biasanya ia membeli kolang-kaling dengan harga Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kilogram (kg), kini harga dari petani naik menjadi Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per kg

Namun, kenaikan harga ini tak mengurangi keuntungan. Pasalnya saat pengolahankolang-kaling mentah menjadi siap konsumsi, kolang-kaling justru bertambah beratnya Misalnya, kata Indra, dari satu ton kolang-kaling mentah akan dihasilkan 1,6 ton kolang-kaling matang, la pun memperoleh kuntungan dari penambahan berat kolang-kaling itu sendiri.

"Dari omzet Rp 10 juta per minggu, setengahnya merupakan keuntungan -axa milir Indra Ia menjual kolang-kaling dengan harga Rp 6.000 kepada pedagang eceran. Sementara, untuk pelanggan tetapnya. Indra mematok hargajual Rp 4.500.

Sedangkan Benjamin memilih tak menjual kolang-kaling secara curah. Ia mengemas kolang-kaling itu dalam empat ukuran, yakni ukuran kantong 360 gram (gr), 1 kg, 3 kg, dan 20 kg. Demikian juga harga jualnya, tergantung isi kemasan itu. "Semakin ringan isinya semakin murah harganya," ujar Benjamin.

Dia memberi contoh, um nk kemasan 360 gram harganya Rp L2.000. Namun harga ini hama berlaku untuk pasar lokal. Sebaliknya, harga kolang-kaling ekspor bisa berubah-ubah. Tergantung dari nilai tukar rupiah dengan dollar Amerika," ujarnya 


Sumber : Harian Kontan
Dea Chadiza Syaflna


Potensi Terhambat Kondisi Jalan Sempit,Sentra Kani Cigondewah

26/08/2011
Potensi Terhambat Kondisi Jalan Sempit


Sentra Kani Cigondewah (3)
Walau sudah ditetapkan sebagai salah satu kawasan perdagangan di Bandung, namun kondisi jalan di Cigondewah dari hari ke hari kian parah. Tak hanya sempit, beberapa ruas jalan di situ juga rusak sehingga menyebabkan kemacetan parah.

SENTRA kain Cigondewah, Bandung, terus berkembang dari hari ke hari. Jika dulu pedagang hanya membuat toko seadanya di rumah mereka sendiri, sekarang di situ sudah dibangun toko-toko khusus penjualan kain.

Kawasan pertokoan yang dibangun pada 2006 itu tentu menarik perhatian pedagang lain di luar pedagang asli Cigondewah. Jika pada awal 90-an hanya ada lima pedagang, saat ini melonjak menjadi 60 toko pedagang.

Perkembangan Cigondewah semakin cepat setelah Pemerintah Kota Bandung menetapkannya sebagai kawasan industri dan perdagangan pada tahun lalu bersama sentra-sentra industri lain, seperti Sentra Sepatu Cibaduyut, Sentra Rajut Binong Jati, Sentra Jeans Cihampelas, dan Sentra Sablon Surapati-Cicaheum.

Walaupun sudah ditetap-kan sebagai kawasan industri dan perdagangan, namun mayoritas pedagang di Cigondewah masih mengeluhkan minimnya pembangunan infrastruktur pendukung kawasan oleh pemerintah. "Jalan yang sempit dan akses yang susah menjadi kendala terbesar," kata Yosi Gaos, pedagang kain di Cigondewah yang juga menjadi pengurus Kawasan Tekstil Cigondewah (KTC).

Kondisi jalan di sentra Cigondewah memang sempit karena hanya cukup dilalui satu mobil di tiap jalurnya Beragam jenis kendaraan, mulai dari truk pengangkut, mobil pribadi, sepeda motor, dan juga sepeda yang lalu lalang di kawasan itu semakin membuat suasana semrawut. Sehingga, jika ada satu mobil saja parkir di pinggir jalan pasti jalanan bakal macet.

Dengan kondisi jalan yang sempit, bahkan di beberapa ruas juga rusak, tentupengendara maupun pejalan perlu berhati-hati kalau . melintas di kawasan itu. Apalagi, dalam dua tahun belakangan ini, kemacetan di Cigondewah makin menjadi-jadi. "Dampaknya tentu ke pedagang juga karena banyak pedagang yang mengeluhkan penurunan omzet liingga 30%," ujarnya.

Jalan menuju sentra ini juga tak nyaman. Untuk menuju Cigondewah, akan lebih mudah jika menggunakan sepeda motor dibanding mobil. Menurut Yosi, banyak pengunjung asal luar kota yang mengaku tersesat untuk ke Cigondewah. "Rambu penunjuk jalan dari Pasir Koja sangat kurang, sehingga banyak yang tersesat," ungkapnya

Sebenarnya, keluhan pedagang kain Cigondewah sudah disampaikan kepada Pemerintah Kota Bandung. Namun sampai saat ini, janji pembenahan jalan dan kawasan belum terealisasi.

Pemerintah daerah berdalih anggaran pembangunan yang terbatas, terutama untuk pembebasan lahan guna pelebaran jalan. Rencana revitalisasi kawasan juga berhenti karena keterbatasan dana tersebut.

Padahal kalau pemerintah mau membenahi, sentra kain Cigondewah memiliki potensi ekonomi yang besar. Nah, untuk mengembangkan potensi itu, pedagang ingin pembenahan infrastruktur segera dilakukan sehingga kawasan ini bisa diakses dengan lebih mudah, terutama oleh pembeli dari luar kota Bandung.

Dina Sulaiman, pemilik Toko Rizki Ilahi, menimpali, perbaikan jalan itu harus menjadi prioritas. Apalagi pedagang kain di kawasan ini terus bertambah dari tahun ke tahun. "Kalau tidak segera diperbaiki akan semakin semrawut," keluh Dina

Sumber: Harian Kontan
Ragil Nugroho


Entri Populer