" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Pemerintah Harus Rangkul Perajin Kecil"

Sama seperti buruh tani dan pedagang kecil, nasib pengrajin kecil di daerah kurang mendapat perhatian yang pantas dari pemerintah daerah. Pesan itulah yang dititipkan Dwi Purnomo pada Neraca, saat dijumpai di acara INACRAFT 2010 yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Dwi Pumomo adalah pembuat replika perahu layar khas Eropa yang terbuat dari kayu. Letak keunikan replika perahu tersebut adalah tingkat detailnya yang cukup tinggimdash;replika perahu dibuat hanya separuh, membuat desain lambung kapal terlihat sangat detail.Pria kelahiran kota Pasuruan ini mempelajari keahlian membuat replika kapal kayu ini secara otodidak. Sep-uluh tahun silam, Dwi mulai tertarik untuk membuat replika kapal dari kayu, tapi ketertarikannya terhadap dunia perkapalan ternyata sudah dimulai sejak Dwi masih kecil.

Ia mengaku tertarik dengan dunia perkapalan, karena saat masih bocah ia membaca buku tentang cerita rakyat Matin Kun-dang dan buku-buku tentang kapal. Apa hubungan antara Matin Kundang dengan perkapalan? Bukankah cerita rakyat itu berkisah tentang seorang anak yang durhaka terhadap ibunya? Pertanyaan-pertanyaan ini spontan Neraca tanyakan pada Dwi.Ternyata Malin Kundang berlayar meninggalkan kampungnya menggunakan kapal pinisi. Dan replika kapal layar pertama yang dibuat Dwi adalah replika kapal pinisi yang terbuat dari bahan bambu.

Mengolah Kayu Limbah

Menurut pria yang lahir pada tanggal 23 September 1979 ini, membuat sebuah replika kapal layar tidaklah segampang membuat kerajinan tangan lainnya, seperti patunghiasan dinding. Selain imajinasi dan kreativitas, dibutuhkan riset sebelum membuat sebuah replika kapal layar. Inilah yang membuat hasil karya Dwi berbeda dibanding replika kapal buatan orang lain Riset yang dilakukan Dwi tentang sebuah kapal layar tidak terbatas waktu. Dwi baru akan berhenti meriset bila info-info yang dikumpulkan sudah cukup. Riset itu dilakukan dengan membaca berbagai literatur dan buku-buku perkapalan.

Dwi selalu ingin membuat replika kapal layar karyanya terlihat mendekati kondisi aslinya. Bila menurut sejarah, sebuah kapal layar milik Spanyol dapat menembus kutub utara, maka replika kapal layar tersebut akan diberi warna sesuai dengan kondisi kapal ketika melintasi kutub utara.Untuk bahan dasarnya, Dwi selalu menggunakan bambu atau kayu limbah furnitur atau kerajinan kayu lainnya. Dwi tidak pernah membeli kayu baru untuk membuat replika kapal layarnya.

Ia merasa senang dan puas jika kayu-kayu limbah yang dianggap tak berguna, bisa disulap menjadi karya seni yang layak jual. Biasanya, satu karung kayu-kayu limbah dapat ia gunakan untuk membuat lima replika kapal layar.Untukmasalah finishing dan pengecatan replika kapal layar. Dwi mempercayakannya pada Hari Prastiwah-yudi. Pria berambut panjang ini adalah pengrajin dari kota Pasuruan, yang diakuiDwi sebagai gurunya membuat replika kapal layar. Hasil finishing yang dikerjakan Hari untuk setiap replika kapal buatan Dwi patut diacungi jempol. Sangat detail dan rapi.

Satu Replika, Dua Minggu Untuk menyelesaikan sebuah replika kapal layar kayu, Dwi membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu, tergantung tingkat kesulitan masing-masing replika kapal layar. Menurut Dwi, kapal layar yang relatif sulit untuk dibuat replikanya adalah kapal-kapal layar buatan Inggris. Letak kesulitannya adalah saat membuat tali temali layar kapalnya.

Tapi bukan replika kapal layar Inggris yang paling sulit yang pernah dikerjakan Dwi. Pesanan replika dengan tingkat kesulitan paling tinggi yang pernah dikerjakan adalah membuat replika kapal yang digunakan penjelajah Spanyol, Ferdinand de Magellans. Yang membuatnya sulit, sang pemesan ingin meriam-meriam yang terdapat di dalam lambung kapal dapat bergerak maju mundur. Sehingga Dwi harus memutar otak untuk memasangkan roda dan penyangga tambahan. Untuk replika yang satu ini, Dwi mengerjakan selama hampir dua bulan.

Untuk kepuasan, Dwi lebih senang bila membuat replika kapal layar daripada kapal mesin, khususnya replika kapal layar buatan Eropa tahun 1700-an. Kapal layar memiliki nilai historis dan seni lebih tinggi dibanding kapal kapal mesin," katanya, kendati tidak menolak bila ada pesanan untuk membual replika kapal modem.

Omzet Lebih Dari Cukup

Kapal-kapal layar replika buatan Dwi ini memiliki bermacam ukuran dan harga. Untuk ukuran yang kecil, replika buatan Dwi dihargai sekitar Rp350.000, untuk ukuran sedang dibanderol dengan harga Rp1,5 juta sampai Rp2juta.Dwi bercerita, replika kapal layar yang paling mahal yang pernah dia jual adalah replika kapal layar HMS Indefort. sebuah kapal perang buatan Inggris. Replika tersebut berukuran panjang 1,42 meter dan tinggi tiang layar utama replika ini mencapai 1,5 meter. Replika ini laku terjual seharga Rp8 juta.

Saat Neraca menanyakan omzet per bulan yang dihasilkan dari membuat replika kapal layar, Dwi mengaku tidak pernah menghitungnya.. "Prinsip saya dapat berapa pun tidak masalah. Itu sudah rejeki dari Tuhan," jelas Dwi, yang selain menjadi pengrajin, juga bekerja di kantor Koperasi kota Malang.Tidak merasa betah bekerja kantoran. Dwi mengaku Ingin segera keluar dari kantor Koperasi agar bisa berkonsentrasi sebagai pengrajin. Mungkin karena hasil dari pekerjaan Dwi sebagai pengrajin lebih dari cukup, sehingga membuatnya lebihmemilih bekerja sebagai pengrajin daripada bekerja di kantor Koperasi.

APKP, wadah pengrajin Pasuruan

Saat ini, Dwi bersama teman-teman pengrajin dari kota Pasuruan tergabung dalam Asosiasi Perajin Kota Pasuruan (APKP). Asosiasi perajin ini berbeda dengan asosiasi perajin biasa. Bedanya, APKP didirikan atas inisiatif para perajin-perajin yang berasal dari kota Pasuruan. Dan Dwi termasuk salah satu perajin yang turut andil mendirikan APKP ini. "Jadi APKP bukanlah asosiasi perajin yang dibentuk oleh pemerintah daerah," katanya.

Dwi mengakui, pemerintah daerah setempat kurang emmberi-kan dukungan dan dana pada perajin. Dua hal inilah yang membuat para perajin kota Pasuruan tergerak untuk membentuk APKP. Selain untuk menjadi wadah berkumpulnya para perajin se-Pasuruan, APKP juga bertujuan untuk membantu merangkul rekan-rekan perajin yang tingkat perekonomiannya masih tertinggal jauh. "Banyak sekali perajin-perajin yang bagus di daerah Pasuruan, tapi tidak terangkat, karena potensinya belum tergali," urai Dwi.

Masa Depan yang Memprihatinkan Menurut Dwi, masa depan perajin di kota Pasuruan sangat memprihatinkan. Dwi mengakui, tahun ini dukungan pemerintah kota Pasuruan kepada para perajin kecil mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya, tapi dirasa masih kurang. Ia bercerita, pada tahun-tahun sebelumnya, perajin kecil dijanjikan mendapatkan bantuan dan dukungan dari pemerintah kota. Tapi yang didapat perajin kecil hanya janji, sedangkan yang mendapatkan bantuan serta dukungan adalah para perajin yang sudah besar dan mapan.

Menurut Dwi, seharusnya pemerintah kota lebih memperhatikan perajin-perajin kecil yang belum bisa mandiri. Atas nama APKP, Dwi berharap pemerintah kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat dapat mendukung para perajin kecil di seluruh Indonesia. "Jangan hanya perajin besar saja yang diperhatikan. Karena banyak potensi-potensi besar yang belum tergali, dimiliki oleh perajin-perajin kecil," kata Dwi, yang berharap dukungan pemerintah terhadap perajin kecil berlanjut terus.

Dwi, bersama perajin-perajin lain yang tergabung dalam APKP, terus berusaha merangkul dan memberi bantuan pada perajin-perajin kecil dari daerah sekitar Pasuruan. Selain bantuan dana, para perajin kecil membutuhkan bantuan pemerintah untuk menjadi pihak ketiga yang mempertemukan para perajin dengan calon konsumen, serta menyediakan sarana promosi untuk memperkenalkan hasil-hasil karya mereka, (yogi)

Bisnis Ayam Goreng Masih Empuk

Para pemain bisnis ayam goreng tetap optimistis dan agresif menambah gerai baru

Meski pemainnya telah berjubel, temyata, prospek bisnis sajian ayam goreng masih cukup empuk. Buktinya, para pemilik kemitraan usaha sajian ini mengaku bendera usahanya tetap berkibar hingga saat ini. Bisnis ini tetap eksis, bahkan terus berkembang karena lauk dari unggas ini memang telah diterima oleh lidah sebagian besar orang Indonesia. Tak heran, sajian paling standar, yakni ayam goreng, pun tak pernah sepi pembeli.

Kali ini, KONTAN memotret kembali para pemilik kemitraan ayam goreng yang pernah ditulis setahun silam. Meski masih berkembang, para pebisnis mengaku tetap menghadapi berbagai kendala dan tantangan. Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Magfood Amazy Meski baru membuka usaha pada Juni 2007, Magfood Amazy cukup sukses menjajakan bisnisnya. Terakhir kali, KONTAN menulis peluang kemitraan ini pada awal 2009. Saat itu, jumlah gerainya mencapai 38 gerai yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua

Suwanto, pemilik Magfood Amazy, bilang, jumlah gerainya saat ini melonjak menjadi 78 gerai. Artinya, dalam kurun waktu setahun, dia berhasil menggandeng 50 mitra baru. Dari total gerai itu, hanya empat gerai yang ia miliki sendiri. Keempatnya tersebar di di Jakarta dan Surabaya

Menurut Suwanto bisnisnya maju karena memang menguntungkan. "Bukti bahwa kemitraan yang saya tawarkan menguntungkan inilah yang menarik investor untuk bergabung," katanya.
Suwanto berpendapat, peluang di bisnis layanan cepat saji untuk kelas menengah ini memang masih besar. Sebab, pemainnya tak banyak. Selain itu, pemasaran bisnis ini juga tak sulit. "Lebih dari 70% orang Indonesia suka makan ayam," ujarnya.

Harga jual ayam goreng Magfood bervariasi, tergantung biaya produksinya Ambil contoh, harga jual ayam goreng di Papua bisa mencapai Rp 12.000 per potong, se-dangkan di Jakarta hanya Rp 8.000 hingga Rp 9.000.

Meski sukses memikat puluhan mitra, Suwanto tak cepat puas. Dia tetap berinovasi dengan menyuguhkan aneka menu baru. Antara lain, chicken steak, rice bowl dan ayam asam manis.
Semua menu baru itu tetap tak jauh-jauh dari unggas ayam. "Jika seragam menggunakan bahan ayam, ini bisa mengurangi risiko kelebihan bahan baku," imbuhnya

Selain menu, mulai Juni tahun ini, Suwanto juga mengubah paket kemitraan yang ia tawarkan. Ia tak lagi menawarkan paket gerobak bergerak (Mobile BoothJ. Alhasil, calon mitra kini hanya mempunyai empat pilihan paket.

Untuk meningkatkan pelayanan dan penambahan investasi peralatan, biaya investasi tiga paket akan naik. Investasi paket Foodcourt yang semula Rp 85 juta naik menjadi Rp 95 juta dan paket Mini Cafe yang semula Rp 95 juta melejit menjadi Rp 155 juta Sedangkan investasi paket Cafe akan ditawarkan Rp 210 juta atau naik Rp 25 juta Hanya paket Booth saja yang biaya investasinya tetap, yakni Rp 42 juta. Harga ini belum termasuk pungutan royalty fee sebesar 3,5% tiap bulan kepada mitranya

Suwanto mengakui, investasi awal yang ia tetapkan cukup besar. Namun, menurutnya, biaya yang itu bakal sepa-dan dengan dukungan Magfood dalam memajukan para mitranya. Misalnya, ia mendampingi para mitranya selama satu hingga satu setengah bulan pertama.

Pendampingan dilakukan dengan cara menempatkan seorang supervisor di gerai mitra selama jangka waktu tersebut. "Kalau investasi yang di bawah Rp 20 juta, mitra dibiarkan berkembang sendiri setelah pemilik kemitraan berhasil menjual produknya," kata dia

Sebagai gambaran, kini, dua gerai Booth yang dimiliki Suwanto bisa membukukan omzet masing-masing Rp 20 juta per bulan. Sementara dua gerai lain, yang berkonsep Food-court mampu mencetak pendapatan kotor masing-masing Rp 25 juta -Rp 30 juta sebulan.

Omzet tersebut masih ditambah dengan penjualan bahan baku, berupa tepung danbumbu kepada puluhan mitranya. Dari penjualan bahan baku tersebut, Suwanto mampu membukukan penjualan sampai Rp 280 juta sebulan.

Chicken Crispy Jakarta
Pengusaha ayam goreng lain yang tetap eksis adalah Mona Nasution. Pemilik Chicken Crispy Jakarta ini mengatakan,, jumlah gerainya melonjak cukup tajam dibandingkan saat terakhir kali ditulis oleh KONTAN pada pertengahan tahun 2008 lalu. Dulu, dia mengaku memiliki gerai sebanyak 107 gerai. Kini, gerainya lebih dari 200 gerai yang tersebar di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Dari jumlah ini, Mona sendiri hanya memiliki lima gerai.

Meski sudah berhasil menggaet ratusan mitra, usaha Mona terkadang menemui aral. Ada beberapa mitra yang stangnan. "Dari total 200 gerai, 25% bisa dikatakan pasif," imbuhnya.

Namun, secara garis besarnya, Mona menilai, usaha ayam goreng ini masih tergolong bagus. Buktinya, dari lima gerainya, dia mampu membukukan omzet sekitar Rp 4 juta per hari. Sementara, dari penjualan bumbu ke mitra, omzetnya mencapai minimal Rp 10 juta.

Jumlah tersebut belum termasuk penjualan bahan-bahan lain. Pasalnya, menurut Mona, kemitraannya juga menawarkan makanan selain ayam. Misalnya burger dan kentang goreng. Semua balian baku itu disediakan oleh kantor pusat.

Seperti Suwanto, Monajuga merilis variasi menu untuk menyuguhkan beragam pilihan ke konsumen. Meski begitu, produk utama Chicken Cripsy tetap ayam goreng. Mona mematok harga ayam goreng sekitar Rp 4.000 hingga Rp 5.500 per potong ayam goreng, burger Rp 6.000-Rp 9.000 per buah, dan kentang goreng Rp 5.000 per porsi. Dia tak mengubah harga produk .sejak kemitraan ini ditawarkan pertama kalinya

Investasi awal Chicken Crispy Ju8a tetap. Mona masih mematok biaya kemitraan yang tergolong murah, yakni Rp 9,5 juta. Tak ada royalty fee maupun masa biaya penggunaan merek untuk jangka waktu tertentu. Selama mitra masih berbelanja bahan baku pada Mona, sepanjang waktu itu pula jalinan bisnis masih berlangsung.

Selain itu, Mona juga rajin melakukan inovasi. Hanya, ia lebih fokus memoles tampilan booth Chicken Cripsy. Diamengembangkan desain baru untuk semua booth Chicken Crispy di Jakarta. "Tampilan baru dengan neon box diharapkan bisa lebih memikat pembeli," katanya

Mona tetap optimistis bisnis ayam goreng akan terus berkembang. Menurutnya, ayam adalah makanan yang bisa memikat konsumen dari semua golongan usia

Karena itu, dia tinggal mengatur strategi usaha untuk menawarkan ayam goreng dengan rasa yang enak dan porsi yang memuaskan konsumen. Harganya juga harus murah. "Untuk harga, ayam saya lebih murah Rp 500 dibandingkan dengan pesaingyang ada di wilayah sekitar," tandasnya

AGPS

Jika dua pemain ayam goreng sebelumnya mengaku jumlah gerainya bertambah, nasib serupa tak dialami Ayam Goreng Pemuda Surabaya (AGPS). Sejak AGPS menjadi narasumber KONTAN pada pertengahan tahun 2009 hingga saat ini, jumlah gerai merek ayam goreng yang sudah ada sejak 1990 ini hanya bertambah satu saja

Bahkan, pemilik APGS, Alvi Mulyadi, mengakui, ia perlu meninjau ulang gerai yang ia buka di Mall Blok M. Sebab, pengunjungnya tidak banyak. Namun, di Mall Blok M, kondisi yang sepi tak hanya dialami gerainya. "Tenant lainnya juga mengalami hal sama," tutur dia.

Ketimbang membiarkan gerainya merugi, Alvi pun berniat untuk menutup gerai itu. Sebagai gantinya, dia membuka dua gerai, yakni di Serpong, Tangerang dan pusat perbelanjaan Gandaria City, Jakarta Selatan.

Menurutnya, lokasi adalah salah satu faktor penting untuk mendongkraK kemajuan usaha, khususnya makanan. "Jadi pengalihan lokasi saya pikir adalah tindakan yang wajar," katanya.

Di samping faktor lokasi yang kurang tepat, Alvi bilang, AGPS kurang gesit berekspansi lantaran menghadapi kendala permodalan. Sebenarnya, sudah ada pebisnis asal Malaysia yang ingin meminang AGPS untuk membuka gerai di negara tersebut. Sayangnya, pebisnis tersebut menghendaki kerjasama patungan.

Di sisi lain, sejatinya, Alvi ingin menjadi pengelola saja Sementara, urusan permodalan ia serahkan sepenuhnya kepada pemodal asal Negeri Jiran itu. Hal inilah yang menyebabkan jalinan kerjasama belum dapat direalisasikan.

Menyadari kurang gesit dalam menggaet mitra, Alvi memutar otak. Ia mulai menyodorkan kemudahan bagi para mitranya mulai tahunini. Antara lain, mitra tak ha-rus mengambil bahan baku dalam frekuensi tertentu setiap bulan. Ia juga bersedia merundingkan biaya pemakaian merek dengan para mitranya.

Alvi mematok biaya pemakaian merek AGPS selama tiga tahun sebesar Rp 30 juta, sedangkan untuk masa yang berlaku lima tahun sebesar Rp 50 juta. "Nantinya bisa dicicil," ungkapnya

Alvi juga memutuskan tidak mengubah paket kemitraan tahun ini. Ia tetap menawarkan dua paket kemitraan, yakni Paket Foodcourt dengan investasi awal Rp 80 juta dan Paket Restoran dengan investasi Rp 250 juta.

Semua pemilik gerai AGPS tinggal menjalankan usahanya saja. Pasalnya, semua bahan baku, mulai dari daging ayam, bumbu, sampai minyak goreng dipasok oleh pemilik kemitraan berdasarkan order sehari sebelumnya Dalam sehari, Alvi mengaku menyediakan sekitar 60 ekor-80 ekor ayam. Saat akhir pekan, pasokannya meningkat sampai 100 ekor lebih per hari.

Satu ekor ayam ini dipotong menjadi empat bagian. Kepada konsumen, sepotong ayam dyual dengan harga Rp 13.000. Ada juga paket lengkap berisi ayam, nasi, lalap, sambal dan sayur asam yang dijajakan dengan harga Rp 22.000.

Sayang, Alvi enggan menyebutkan jumlah omzet yang ia kantongi setiap bulan pada saat ini. Yang pasti, dia tengah menyiapkan beberapa terobosan baru tahun ini untuk mengembangkan usaha ayam gorengnya. Maklum, Alvi menilai, sejatinya,- bisnis seputar ayam saat ini masih cukup potensial unluk digarap. "Kuncinya pada rasa yang khas yang bisa menarik konsumen," katanya

Social Enterpreneur

Tri Mumpuni, Mengerek Derajat Hidup Warga Desa Lewat PLTA
Listrik bukan kemewahan di kota besar. Tapi, berbeda di daerah terpencil yang belum tersentuh jaringan PLN. Melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mini, Tri Mumpuni tak hanya menerangi desa, tapi sekaligus mendorong perkembangan ekonomi masyarakat.

LISTRIK bisa mengubah kehidupan sebuah masyarakat. Tak hanya sekadar penerangan dan peralatan rumah tangga, pemanfaatan listrik mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki kualitas hidup.

Kenyataan inilah yang mendasari langkah Tri Mumpuni Iskandar bersama Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan. Sejak 1996,Puni ini telah berkeliling ke berbagai desa untuk membantu warga membangun pembangkit listrik bertenaga air mini atau microhydro powerplant. "Kami hanya membantu sekaligus memaksa masyarakat membuat rencana bisnis untuk pembangunan PLTA kecil," katanya. Saat ini, Puni sedangmenggalang dana pendirian PLTA mungil berkapasitas 4 Mega Watt di sebuah desa di Subang, Jawa Barat. PLTA ini berpotensi menghasilkan pendapatan Rp 117 juta per bulan. Bahkan, desa ini bisa memiliki rumahsakit sendiri.

Maklum, esensi dari perjuangan Puni selama ini bukan hanya menerangi desa dengan listrik. Listrik juga harus bisa meningkatkan pendapatan masyarakat desa.Pemanfaatan listrik ini terbagi atas dua kategori berdasar kondisi desa, yaitu on-grid atau off-grid. Desa off-grid adalah desa yang lokasinya tidak terjangkau jaringan listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kehadiran pembangkit listrik membuat kebutuhan penerangan desa terpenuhi. Pada desa-desa jenis ini, pemakaian listrik juga bertujuan memenuhi kebutuhan produksi desa tersebut. Puni mencontohkan, pengeringan kemiri secara tradisional membutuhkan waktu empat hari asalkan matahari bersinar terik. Dengan adanya listrik, penduduk desa dapat memakai mesin untuk mengering-kan kemiri dan hanya memakan waktu enam jam.

Contoh lain adalah sebuah desa binaan Puni di Nanggroe Aceh Darussalam yang memproduksi minyak nilam. Keberadaan listrik membuat penduduk desa tidak perlu menebang pohon untuk kayu bakar. Selain itu, pemakaian mesin penyuling bisa menghasilkan minyak lebih banyak dan berkualitas.

Uang yang terkumpul berkat adanya listrik digunakan untuk membayar biaya perawatan dan pemeliharaan alat tersebut. Jadi, tercipta sebuah sistem berkesinambungan untuk perawatan pembangkit listrik.

Adapun desa on-grid sebenarnya sudah bisa mendapat pasokan listrik PLN,. Namun, desa-desa jenis ini memiliki potensi air yang cukup besar untuk membang-kitkan listrik. Kemudian, listrik yang dihasilkan di sana dapat dijual kepada PLN. Hal ini tentunya akan menghasilkan pendapatan yang besar bagi desa tersebut.

Puni menyadari, butuh persiapan yang baik dalam menghadapi aliran pendapatan tambahan itu sehingga tidak menimbulkan kekacauan dalam masyarakat. Oleh karena itu, jauh sebelum pembangkit listrik beroperasi, Puni dan timnya sudah terlebih dahulu mengajak para penduduk desa untuk berunding dan merencanakan pemakaian uang hasil penjualan listrik.

Sejauh ini, biasanya para penduduk desa memilih menggunakan dana tersebut untuk kepentingan pendidikan dan kesehatan warga desa Misalnya, digunakan untuk subsidi uang buku atau transportasi anak yang tinggal di lokasi terpencil dan jauh dari sekolahnya.

Bagi kesehatan, ada desa yang memakai dana tersebut untuk membuat klinik desa serta membayar dokter yang secara berkala datang. Ada pula yang memakai duit ini menjadi modal bergulir untuk pinjaman warga yang ingin membuka usaha. Pinjamannya berkisar Rp 500.000 hingga Rp 2 juta, dengan bunga 2% per tahun.

Perjuangan Puni telah menyentuh berbagai desa di berbagai daerah di Indonesia Mulai dari Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, hingga daerah lainnya Untuk membangun pembangkit listrik memangmembutuhkan dana yang tidak sedikit. Misalnya, ada sebuah desa di Maluku yang membutuhkan dana € 415.000 untuk pembangunan pembangkit listrik. Puni berhasil mendapatkan dukungan dana untuk proyek ini. Namun, jumlahnya tak seberapa "Padahal pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 1 triliun per tahun untuk memasukkan listrik ke desa," imbuhnya

Masalah dana juga kerap menjadi penghalang Puni dalam mewujudkan obsesinya membangun pembangkit listrik di pedalaman Papua Proyek PLTA di sana membutuhkan dana Rp 19 miliar. Saat ini, dia baru mendapatkan bantuan dana sebesar Rp 7 miliar.

Padahal, manfaat listrik masuk desa begitu besar. Puni mencontohkan sebuah desa di Tasikmalaya yangdulu ditinggalkan oleh penduduknya Sebagian besar penduduknya pergi ke kota untuk menjadi buruh.

Setelah pembangkit listrik terpasang, para wanita yang tinggal di desa mulai mengerjakan usaha bordir. Temyata, usaha tersebut cukup sukses, bahkan sampai diekspor. Setelah itu barulah para pria memutuskan kembali ke desa untuk berkarya di sana.

Puni mempercayai, Indonesia bisa membangun ekonomi yang kokoh dan berkelanjutan bila didukung sektor pertanian. Karenanya, pertumbuhan perekonomian desa seharusnya bisa memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia secara umum. Puni memandang, pengadaan listrik di desa-desa terpencil seperti yang dilakukannya saat ini adalah langkah awal menuju tujuan tersebut.

Entri Populer