" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Bisnis Ayam Goreng Masih Empuk

Bisnis Ayam Goreng Masih Empuk

Para pemain bisnis ayam goreng tetap optimistis dan agresif menambah gerai baru

Meski pemainnya telah berjubel, temyata, prospek bisnis sajian ayam goreng masih cukup empuk. Buktinya, para pemilik kemitraan usaha sajian ini mengaku bendera usahanya tetap berkibar hingga saat ini. Bisnis ini tetap eksis, bahkan terus berkembang karena lauk dari unggas ini memang telah diterima oleh lidah sebagian besar orang Indonesia. Tak heran, sajian paling standar, yakni ayam goreng, pun tak pernah sepi pembeli.

Kali ini, KONTAN memotret kembali para pemilik kemitraan ayam goreng yang pernah ditulis setahun silam. Meski masih berkembang, para pebisnis mengaku tetap menghadapi berbagai kendala dan tantangan. Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Magfood Amazy Meski baru membuka usaha pada Juni 2007, Magfood Amazy cukup sukses menjajakan bisnisnya. Terakhir kali, KONTAN menulis peluang kemitraan ini pada awal 2009. Saat itu, jumlah gerainya mencapai 38 gerai yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua

Suwanto, pemilik Magfood Amazy, bilang, jumlah gerainya saat ini melonjak menjadi 78 gerai. Artinya, dalam kurun waktu setahun, dia berhasil menggandeng 50 mitra baru. Dari total gerai itu, hanya empat gerai yang ia miliki sendiri. Keempatnya tersebar di di Jakarta dan Surabaya

Menurut Suwanto bisnisnya maju karena memang menguntungkan. "Bukti bahwa kemitraan yang saya tawarkan menguntungkan inilah yang menarik investor untuk bergabung," katanya.
Suwanto berpendapat, peluang di bisnis layanan cepat saji untuk kelas menengah ini memang masih besar. Sebab, pemainnya tak banyak. Selain itu, pemasaran bisnis ini juga tak sulit. "Lebih dari 70% orang Indonesia suka makan ayam," ujarnya.

Harga jual ayam goreng Magfood bervariasi, tergantung biaya produksinya Ambil contoh, harga jual ayam goreng di Papua bisa mencapai Rp 12.000 per potong, se-dangkan di Jakarta hanya Rp 8.000 hingga Rp 9.000.

Meski sukses memikat puluhan mitra, Suwanto tak cepat puas. Dia tetap berinovasi dengan menyuguhkan aneka menu baru. Antara lain, chicken steak, rice bowl dan ayam asam manis.
Semua menu baru itu tetap tak jauh-jauh dari unggas ayam. "Jika seragam menggunakan bahan ayam, ini bisa mengurangi risiko kelebihan bahan baku," imbuhnya

Selain menu, mulai Juni tahun ini, Suwanto juga mengubah paket kemitraan yang ia tawarkan. Ia tak lagi menawarkan paket gerobak bergerak (Mobile BoothJ. Alhasil, calon mitra kini hanya mempunyai empat pilihan paket.

Untuk meningkatkan pelayanan dan penambahan investasi peralatan, biaya investasi tiga paket akan naik. Investasi paket Foodcourt yang semula Rp 85 juta naik menjadi Rp 95 juta dan paket Mini Cafe yang semula Rp 95 juta melejit menjadi Rp 155 juta Sedangkan investasi paket Cafe akan ditawarkan Rp 210 juta atau naik Rp 25 juta Hanya paket Booth saja yang biaya investasinya tetap, yakni Rp 42 juta. Harga ini belum termasuk pungutan royalty fee sebesar 3,5% tiap bulan kepada mitranya

Suwanto mengakui, investasi awal yang ia tetapkan cukup besar. Namun, menurutnya, biaya yang itu bakal sepa-dan dengan dukungan Magfood dalam memajukan para mitranya. Misalnya, ia mendampingi para mitranya selama satu hingga satu setengah bulan pertama.

Pendampingan dilakukan dengan cara menempatkan seorang supervisor di gerai mitra selama jangka waktu tersebut. "Kalau investasi yang di bawah Rp 20 juta, mitra dibiarkan berkembang sendiri setelah pemilik kemitraan berhasil menjual produknya," kata dia

Sebagai gambaran, kini, dua gerai Booth yang dimiliki Suwanto bisa membukukan omzet masing-masing Rp 20 juta per bulan. Sementara dua gerai lain, yang berkonsep Food-court mampu mencetak pendapatan kotor masing-masing Rp 25 juta -Rp 30 juta sebulan.

Omzet tersebut masih ditambah dengan penjualan bahan baku, berupa tepung danbumbu kepada puluhan mitranya. Dari penjualan bahan baku tersebut, Suwanto mampu membukukan penjualan sampai Rp 280 juta sebulan.

Chicken Crispy Jakarta
Pengusaha ayam goreng lain yang tetap eksis adalah Mona Nasution. Pemilik Chicken Crispy Jakarta ini mengatakan,, jumlah gerainya melonjak cukup tajam dibandingkan saat terakhir kali ditulis oleh KONTAN pada pertengahan tahun 2008 lalu. Dulu, dia mengaku memiliki gerai sebanyak 107 gerai. Kini, gerainya lebih dari 200 gerai yang tersebar di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Dari jumlah ini, Mona sendiri hanya memiliki lima gerai.

Meski sudah berhasil menggaet ratusan mitra, usaha Mona terkadang menemui aral. Ada beberapa mitra yang stangnan. "Dari total 200 gerai, 25% bisa dikatakan pasif," imbuhnya.

Namun, secara garis besarnya, Mona menilai, usaha ayam goreng ini masih tergolong bagus. Buktinya, dari lima gerainya, dia mampu membukukan omzet sekitar Rp 4 juta per hari. Sementara, dari penjualan bumbu ke mitra, omzetnya mencapai minimal Rp 10 juta.

Jumlah tersebut belum termasuk penjualan bahan-bahan lain. Pasalnya, menurut Mona, kemitraannya juga menawarkan makanan selain ayam. Misalnya burger dan kentang goreng. Semua balian baku itu disediakan oleh kantor pusat.

Seperti Suwanto, Monajuga merilis variasi menu untuk menyuguhkan beragam pilihan ke konsumen. Meski begitu, produk utama Chicken Cripsy tetap ayam goreng. Mona mematok harga ayam goreng sekitar Rp 4.000 hingga Rp 5.500 per potong ayam goreng, burger Rp 6.000-Rp 9.000 per buah, dan kentang goreng Rp 5.000 per porsi. Dia tak mengubah harga produk .sejak kemitraan ini ditawarkan pertama kalinya

Investasi awal Chicken Crispy Ju8a tetap. Mona masih mematok biaya kemitraan yang tergolong murah, yakni Rp 9,5 juta. Tak ada royalty fee maupun masa biaya penggunaan merek untuk jangka waktu tertentu. Selama mitra masih berbelanja bahan baku pada Mona, sepanjang waktu itu pula jalinan bisnis masih berlangsung.

Selain itu, Mona juga rajin melakukan inovasi. Hanya, ia lebih fokus memoles tampilan booth Chicken Cripsy. Diamengembangkan desain baru untuk semua booth Chicken Crispy di Jakarta. "Tampilan baru dengan neon box diharapkan bisa lebih memikat pembeli," katanya

Mona tetap optimistis bisnis ayam goreng akan terus berkembang. Menurutnya, ayam adalah makanan yang bisa memikat konsumen dari semua golongan usia

Karena itu, dia tinggal mengatur strategi usaha untuk menawarkan ayam goreng dengan rasa yang enak dan porsi yang memuaskan konsumen. Harganya juga harus murah. "Untuk harga, ayam saya lebih murah Rp 500 dibandingkan dengan pesaingyang ada di wilayah sekitar," tandasnya

AGPS

Jika dua pemain ayam goreng sebelumnya mengaku jumlah gerainya bertambah, nasib serupa tak dialami Ayam Goreng Pemuda Surabaya (AGPS). Sejak AGPS menjadi narasumber KONTAN pada pertengahan tahun 2009 hingga saat ini, jumlah gerai merek ayam goreng yang sudah ada sejak 1990 ini hanya bertambah satu saja

Bahkan, pemilik APGS, Alvi Mulyadi, mengakui, ia perlu meninjau ulang gerai yang ia buka di Mall Blok M. Sebab, pengunjungnya tidak banyak. Namun, di Mall Blok M, kondisi yang sepi tak hanya dialami gerainya. "Tenant lainnya juga mengalami hal sama," tutur dia.

Ketimbang membiarkan gerainya merugi, Alvi pun berniat untuk menutup gerai itu. Sebagai gantinya, dia membuka dua gerai, yakni di Serpong, Tangerang dan pusat perbelanjaan Gandaria City, Jakarta Selatan.

Menurutnya, lokasi adalah salah satu faktor penting untuk mendongkraK kemajuan usaha, khususnya makanan. "Jadi pengalihan lokasi saya pikir adalah tindakan yang wajar," katanya.

Di samping faktor lokasi yang kurang tepat, Alvi bilang, AGPS kurang gesit berekspansi lantaran menghadapi kendala permodalan. Sebenarnya, sudah ada pebisnis asal Malaysia yang ingin meminang AGPS untuk membuka gerai di negara tersebut. Sayangnya, pebisnis tersebut menghendaki kerjasama patungan.

Di sisi lain, sejatinya, Alvi ingin menjadi pengelola saja Sementara, urusan permodalan ia serahkan sepenuhnya kepada pemodal asal Negeri Jiran itu. Hal inilah yang menyebabkan jalinan kerjasama belum dapat direalisasikan.

Menyadari kurang gesit dalam menggaet mitra, Alvi memutar otak. Ia mulai menyodorkan kemudahan bagi para mitranya mulai tahunini. Antara lain, mitra tak ha-rus mengambil bahan baku dalam frekuensi tertentu setiap bulan. Ia juga bersedia merundingkan biaya pemakaian merek dengan para mitranya.

Alvi mematok biaya pemakaian merek AGPS selama tiga tahun sebesar Rp 30 juta, sedangkan untuk masa yang berlaku lima tahun sebesar Rp 50 juta. "Nantinya bisa dicicil," ungkapnya

Alvi juga memutuskan tidak mengubah paket kemitraan tahun ini. Ia tetap menawarkan dua paket kemitraan, yakni Paket Foodcourt dengan investasi awal Rp 80 juta dan Paket Restoran dengan investasi Rp 250 juta.

Semua pemilik gerai AGPS tinggal menjalankan usahanya saja. Pasalnya, semua bahan baku, mulai dari daging ayam, bumbu, sampai minyak goreng dipasok oleh pemilik kemitraan berdasarkan order sehari sebelumnya Dalam sehari, Alvi mengaku menyediakan sekitar 60 ekor-80 ekor ayam. Saat akhir pekan, pasokannya meningkat sampai 100 ekor lebih per hari.

Satu ekor ayam ini dipotong menjadi empat bagian. Kepada konsumen, sepotong ayam dyual dengan harga Rp 13.000. Ada juga paket lengkap berisi ayam, nasi, lalap, sambal dan sayur asam yang dijajakan dengan harga Rp 22.000.

Sayang, Alvi enggan menyebutkan jumlah omzet yang ia kantongi setiap bulan pada saat ini. Yang pasti, dia tengah menyiapkan beberapa terobosan baru tahun ini untuk mengembangkan usaha ayam gorengnya. Maklum, Alvi menilai, sejatinya,- bisnis seputar ayam saat ini masih cukup potensial unluk digarap. "Kuncinya pada rasa yang khas yang bisa menarik konsumen," katanya

Entri Populer